webnovel

2.

Tena pun yang mendengar itu tiba tiba langkahnya pun terhenti, tepat sebelum ia menuju arah pintu. "Apa gunanya kau memberitahuku di hari terakhirmu. Sekalian saja kau tak perlu mengatakannya padaku." Kata Tena dengan nada dingin. Sebenarnya Athena tak sanggup melihat sang kakak di sini, mengingat ini hari terakhir sang kakak akan menemaninya, itu membuatnya sedih. "Jadi kau ingin aku tiba tiba pergi, dan berlaku seperti aku tak punya orang lain yang paling berarti setelah ibu?" tanya Atha dengan dingin pula, tapi berbeda, di sana terdengar nada sedih yang tertera. Mereka saling membelakangi, dengan Atha yang tetap memegang nampan makan malam adiknya yang kini sedang marah padanya. 'Sepertinya aku gagal membujuknya, aku telah membuatnya kecewa, aku kakak yang buruk' batin Atha. Ia tersenyum miris sambil memutuskan berjalan ke nakas untuk meletakkan nampannya. Baru dua langkah yang ia ambil. Punggungnya tiba tiba tertabrak oleh seseorang yang kini memeluknya. Saat ia menyadari hal itu, ia tersenyum manis menatap tangan yang melingkar di tubuhnya. "Jadi...kau mau memaafkanku? Kakakmu yang bodoh ini?" tanya Atha dengan senyum yang tak pudar. "Kau tak bodoh. Aku memaafkanmu, aku juga salah" kata Tena sambil menjawab beberapa pertanyaan tadi dengan anggukan dan gelengan. "Tena...sepertinya kau harus melepaskan pelukanmu dahulu. Kau membuat bajuku basah." Kata Atha, dan dengan cepat Tena pun melepaskan pelukannya dan melihat baju sang kakak yang basah. "Bagaima...?" perkataanya terhenti dan menunjukkan rasa bersalahnya, "Maaf, pasti karna aku menabrakmu tadi. Kau berganti bajulah dulu, aku akan makan makanan yang kau bawa." Sambung Tena. "Tak perlu, makanlah dulu, aku tak perlu berganti baju Tena, ada yang lebih efektif." Kata Atha. Kening Tena berkerut sambil menerima nampan makan malamnya. 'tidak mungkinkan dia mau pinjam bajuku?' batin Tena. Awalnya Atha hanya menyuruh Tena makan, dan Tena pun menyantap makan malamnya tanpa menghiraukan Atha. Dan saat itu juga, Atha melepaskan bajunya yang basah.

Tiba tiba Atha di kejutkan dengan suara teriakan Tena. Ia pun berbalik menghadap ke Tena, dan mendekatinya. "Argghh...!! Kenapa kau membuka bajumu, dasar tolol!" teriak Tena sambil menyambit kepala Atha dengan bantal terdekat. Dan Atha yang sadar apa yang akan di timbulkan teriakan sang adik pun mendekati Tena. Dan yang di dekati malah menjauh, mau tak mau ia langsung menaiki ranjang dengan kecepatan yang tak dikira oleh Tena. Saat Atha berhasil menutup mulut Tena, tak lama terdengar ketukan yang tak sabar dari luar. Tokktokktoookk.....toktoktokkk.... "Tena, ada apa di dalam? Kalian kenapa?" tanya Amora dengan khawatir. Tena dan Atha pun saling berpandangan, dan Atha memberikan kode supaya dia menjawab. "E-ehmm.. i-iya bu. Tidak ada yang terjadi, kakak hanya 'sedikit' membuatku kaget tadi" jawab Tena dengan nada menyinggung sambil melirik tajam kearah Atha. Tapi yang di tatap malah menyunggingkan senyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang rapi. "Jangan membuat ulah di kamar, atau kalian akan tahu akibatnya." Kata Amora memperingati.

Sepeninggal sang ibu, kakak beradik kembar itu mulai bernapas lega. "Hh... Ini semua karna auman singamu itu." Ejek Atha. "Kau...!!!" geram Tena. Tapi aksi memukulnya terhenti saat menyadari sesuatu. Kakaknya itu sedang shirtless dan ia kembali menjauh dan menghabiskan makan malamnya. "Kenapa kau tiba tiba diam? Bukankah kau tadi berniat memukulku?" tanya Atha heran. "Athaa....jangan mendekat, atau akan kumuntahkan makananku on your body dan kau akan kuusir secara tak berperikemanusiaan" kata Tena memperingati. "Oke, makanlah dulu, aku akan menonton tv saja kalau begitu" jawab Atha memahami. Mereka pun sibuk dengan tv dan makanan yang ada di hadapan mereka masing-masing.

Setelah Tena selesai makan, ia keluar kamar untuk mencuci peralatan makannya. Tak lama kemudian Tena kembali ke kamarnya. Saat ia masuk ke dalam kamarnya, ia melihat Atha masih setia duduk di lantai, namun tv yang tadinya nyala telah menggelap. Ia menatap posisi tak nyaman kakaknya itu. Bayangkan saja, dengan keadaan shirtless ia tengah duduk di lantai, dengan kepala yang ia rebahkan pada pinggiran ranjang. Tena yang melihat hanya menggeleng tak menyangka, lalu dengan tulus ia berjalan ke arah Atha dan menatap wajah itu dengan sedikit berfikir, 'Seharusnya dia tidur, sekarang sudah jam 11 malam, besok dia harus berangkat dan butuh banyak istirahat' batin Tena. Lalu Tena dengan lembut menggoyangkan lengan Atha. "Atha...bangunn..kau harus segera kembali ke kamar untuk tidur. Besok pasti kau akan kelelahan jika tak segera istirahat." Kata Tena sembari tetap mengguncang lembut tubuh Atha. Dan Atha yang mulai tersadar, dan menggerakkan lehernya yang mungkin sedikit pegal karna menyandar pada pinggiran ranjang. "Argh..leherku pegal. Kau tadi bilang apa?" tanya Atha. "Tidurlah, kau bisa kelelahan besok saat berangkat ke New York, kembalilah ke kamar. Mau ku bantu mungkin?" tanya Tena sambil membantu Atha berdiri. "Jujur, tadi aku berniat tidur di sini, karna ini malam terakhirku. Tapi sepertinya kau keberatan, aku akan ke kamar." Kata Atha sedikit kecewa. "Tunggu, itu kenapa kau tidak kembali ke kamarmu dan membiarkan lehermu pegal? Apa tak masalah jika ibu tau?" tanya Tena tak yakin. Atha pun berbalik dan berkata, "Aku sudah bilang sedari awal jika aku sudah meminta ijin pada ibu. Tapi tak masalah jika kau keberatan, ak-" perkataannya terhenti ketika Tena menahan tangannya. Atha memandang Tena dengan satu alis terangkat. "Ada apa Ten?" tanya Atha. "Bukankah tadi kau bilang ingin tidur disini? Jadi kau tak perlu keluar, aku juga ingin dipeluk untuk terakhir kalinya sebelum kau pergi." Kata Tena dengan senyum sendunya. Jujur dalam hati Atha, ia merasa bersalah karna harus meninggalkan keluarganya ini. "Thanks Lil' girl. So, mau tidur sekarang? Atau mau aku temani begadang?" tanya Atha sambil merangkul bahu Tena. "Sebaiknya kita tidur supaya kita bisa bangun dengan baik dan kita bisa berangkat ke bandara bersama." Jawab Tena. "Oke, ayo kita tidur." Kata Atha.

Mereka saling berdiri di samping ranjang dan kemudian naik bersama, mereka lalu berbaring bersebelahan. "Maaf ya Ten aku baru memberitahumu hari ini. Aku hanya tidak tahu bagaimana membicarakannya denganmu. Terlebih aku sangat tahu kalau kita jarang sekali berpisah sejauh dan selama ini." Kata Atha sambil tetap memandang ke langit langit. "Aku juga bersalah di sini Tha. Maaf tadi siang aku sempat membentakmu, aku tahu itu sangat buruk." Jawab Tena dengan pandangan yang sama. Lalu di detik yang sama, mereka menoleh kearah satu sama lain. Dan kemudian mereka tersenyum tulus satu sama lain, kemudian Atha mengubah posisinya agar lebih keatas, dan kemudian menurut naluri Tena pun beranjak dan langsung memeluk tubuh shirtless Atha. Aroma yang menenangkan, itu yang ia kenal dari seorang Atha, kakaknya, kembarannya, separuh jiwanya. Atha pun menarik selimut untuk menyelimuti mereka, ia memeluk Tena tak kalah erat. Mereka saling menyalurkan energi agar mereka bisa kuat besok. Menghadapi hari tanpa satu sama lain. Tak lama, keduanya tengah lelap dalam alam mimpi.