7 Part 7

       Setelah mendengar penolakan Yoona untuk tinggal bersamanya. Dan mengetahui bahwa Yoona akan tinggal di sebuah pabrik, yang ia ketahui terdapat seorang pria disana. Seorang pria yang telah berhasil membuat Yoona tersenyum dan bersikap malu-malu. Ya, Kai masih sangat mengingat kejadian pada hari itu. Dimana ia menemukan Yoona tengah bersama seorang pria di depan sebuah pabrik. Hal itulah yang membuatnya merasa terpukul. Wanita yang selama ia sayangi, menyukai pria lain. Itu diluar perkiraannya.

     Sepanjang perjalanannya setelah meninggalkan rumah Yoona, tidak mengetahui arah tujuannya. Ia mengendarai motornya yang berakhir kehilangan fokus. Seluruh pikirannya dipenuhi dengan rasa kekecewaannya terhadap Yoona. Tidak menatap kedepan, pandangannya mengabur berkat emosi yang tengah mejalar keseluruh tubuhnya. Pada akhirnya ia tidak bisa menghindari itu. Tabrakan keras terjadi. Motornya terpental setelah menabrak mobil yang melaju kencang tepatnya melaju kearahnya. Itu karena Kai masuk ke jalur yang salah. Tentu setelah itu Kai tidak sadarkan diri. Ia kehilangan banyak darah.

     Sampai saat ini ia masih tidak sadarkan diri. Dibantu dengan beberapa alat untuk membantunya bertahan. Selang infuse terlihat, selang oksigen dan juga banyak kabel yang tertempel di badannya. Dengan matanya yang terus tertutup. Tentu sangat menyakiti keluarganya, yang hingga sekarang tetap menemaninya disana. Juga gadis itu. Yuri. Terus menangis tak mampu menahan rasa takutnya. Meski dokter sudah mengatakan bahwa Kai akan segera sadarkan diri, itu tidak membuat air matanya berhenti mengalir.

---

     Terus berlari tanpa sekalipun berjalan. Langkah cepatnya terus bergerak cepat setelah menuruni taksi yang mengantarkannya kerumah sakit itu. Mendapatkan informasi dari seorang perawat tentang keberadaan kamar Kai. Yoona kembali berlari, tidak menghiraukan pandangan orang. Satu-satunya harapannya, Kai baik-baik saja.

     Dilihatnya ayahnya Kai dan adiknya sedang duduk di depan kamarnya. Ragu-ragu ia melangkah menghampiri mereka. Hal pertama yang terjadi yaitu, Irene selaku adiknya Kai berlari ke arahnya, dan memeluknya. Suara tangisnya membisik Yoona, semakin membuatnya mengkhawatirkan keadaan pria itu.

"Eonni.. oppa.." ucapnya yang terus terisak.

"Tenanglah.. dia pasti akan segera sadarkan diri." meski begitu, Yoona tetap tidak bisa tenang.

"Irene.. biarkan Yoona masuk kedalam." kata ayah pria itu yang masih duduk menatap kosong ke lantai. Irene melepaskan pelukannya dari Yoona. Tidak sanggup menatap Yoona. Ia menundukkan wajahnya dan kembali duduk disamping ayahnya.

---

     Mengamati pintu yang ada dihadapannya. Ada rasa takut untuk masuk kesana. Tidak kuat melihat keadaan Kai yang seperti itu. Tapi tetap saja tangannya bergerak guna membuka pintu tersebut. Jantungnya memompa dengan berat. Tangannya terasa dingin dengan keringat yang mulai membasahi keningnya. Suara alat pendeteksi jantung mengisi kamar itu. dan juga suara tangis seorang gadis yang sedang duduk di sofa. Tentu Yoona mengenal suara itu. Hal pertama yang ia lakukan yaitu menghampiri Yuri dan langsung memeluknya. Ia tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya pada saat itu.

"Eotteokhaji?(bagaimana ini)" bisiknya kepada Yoona. Berusaha untuk tegar, Yoona elus pundaknya. Ia semakin menangis dengan hebat.

"Jangan begini, dia bisa mendengar suaramu." kata Yoona yang masih berusaha terlihat tenang. Yuri semakin memeluknya erat.

"Aku tidak kuat melihatnya seperti itu. Apa yang harus aku lakukan? Oo? Yoong-a.. Apa yang harus aku lakukan?"

"Yuri-a.. tenanglah.. kita hanya perlu menunggu. Seperti yang dikatakan dokter, Kai akan segera sadarkan diri. Kita hanya perlu menunggu waktu itu tiba." Yoona melonggarkan pelukannya. Mengamati wajah Yuri yang pucat seakan tidak ada darah yang mengalir disana. Sembari menyeka air mata sahabatnya itu. Ia membawa Yuri keluar dari kamar itu.

"Kenapa kau membawa aku keluar?" tanya Yuri yang baru menyadarinya.

"Irene-a, pergilah ke kantin yang ada dibawah. Wajah kalian sangat pucat, jangan sampai kalian jatuh sakit." perintahnya yang tidak dapat menemukan keberadaan ayahnya Kai disana. Yuri terlihat enggan. Tapi karena Irene telah menarik tangannya dan memaksanya untuk ikut, mereka pun pergi dari hadapan Yoona. Menghela nafasnya sejenak, mencoba tetap tenang. Yoona kembali masuk kedalam kamar itu.

---

     Mengamati wajah yang terlihat lemah itu. Tubuhnya bergetar menahan kesedihannya. Duduk di kursi yang terletak disamping tempat tidur. Menyentuh tangannya yang tertempelkan infuse, lalu menggenggamnya penuh harapan. Tidak sanggup menahannya lagi, setetes air mata mengalir di wajahnya yang penuh cemas. Kembali mengamati wajah itu. Ia takut memikirkannya, tapi tetap saja kemungkinan itu terpikirkan olehnya. Bahwa kecelakaan itu disebabkan olehnya. Mengingat ia telah menolak permintaan Kai untuk tinggal bersamanya. Kai pasti sangat terpukul.

"Jika itu karenaku. Mianhae..(aku minta maaf)" suaranya terdengar parau akibat menahan tangis. "tapi kau tidak harus seperti ini. Bangunlah." terdengar isak tangisnya yang masih tertahan. "aku tidak kuat melihatmu seperti ini. Kai-a.." membenamkan wajahnya di samping tubuh itu. Berusaha menyimpan isak tangisnya. Masih menggenggam tangan itu. Disela itu, dirasakannya sesuatu, dari tangan yang tengah ia genggam. Ia segera mengamati tangan itu. Ya, tangan itu bergerak. "Kai?" segera beralih menatap wajah itu. Masih menutup wajahnya. Merasa gelisah, Yoona bergegas berlari guna mengabarkan hal itu kepada perawat, tapi ia tidak bisa. Itu dikarenakan kini tangan Kai menggenggam tangannya dengan kuat.

"Yoong-a.." suara itu berbisik kepadanya. Takut-takut Yoona mencoba menoleh. Reflek air mata kembali mengalir. Melihat sepasang mata tengah menatapnya. Tatapan yang sangat ia rindukan. Ia kembali menggenggam tangan itu. Dapat ia rasakan genggaman Kai yang semakin erat menggenggam tangannya.

"Kai-a.. gwenchana?(kau baik-baik saja)" mengamati wajah itu lebih dekat. Kai mengangguk pelan. Belum mampu berkata banyak. Kai mencoba mengangkat tangan yang lain guna menyentuh wajah Yoona, tapi tidak berhasil, tangannya kembali terletak ke atas kasur. "aku harus mengatakan hal ini kepada perawat." tidak bisa menunggu lagi. Yoona langsung berlari untuk mengatakan kabar itu. Genggaman tangan mereka terpaksa terlepas.

---

     Mondar mandir di balkon tanpa tujuan seraya terus mengamati ke arah gerbang pabrik. Gitar yang biasanya ia mainkan terlihat terletak begitu saja. Musik Ipod terdengar menemaninya disana, tetapi ia tidak benar-benar mendengarkan musik itu. Karena ia terlalu fokus mengamati gerbang disana. 

     Lama menunggu akhirnya ia melihat sosok yang ternyata sedari tadi ia tunggu. Keluar dari Mini Cooper berwarna pink dengan raut sendunya. Terlihat ketenangan pada wajah Sehun. Tapi tidak lama dari itu ia terlihat kaget, tepat ketika Yuri ikut keluar dari mobil mewah itu dan memeluk Yoona. Mereka terlihat tengah mengobrol, dilihatnya juga Yoona yang berkali-kali menyeka air mata Yuri. Tapi anehnya, kini Sehun tak lagi mengamati Yoona, melainkan Yuri.

     Yoona memasuki perkarangan pabrik setelah kepergian Yuri. Walau terlihat duduk santai disana, tapi tidak dengan raut wajahnya yang seperti sedang berpikir keras. Didengarnya pintu lift terbuka, tentulah itu Yoona. ia tidak menghiraukan itu, karena kini yang ada pikirannya yaitu Yuri. Seseorang yang sangat ia kenal.

---

     Membiarkan air wastafel mengalir begitu saja. Menatap wajahnya di cermin. Ia masih terguncang dengan apa yang baru saja ia alami. Benar bahwa Kai sudah sadarkan diri. Tapi hal yang membuatnya tak bisa melupakan itu, kecelakaan itu dikarenakan Kai kecewa padanya. Ia merasa bersalah akan itu. Namun tetap saja tidak mungkin untuknya menerima tawaran itu. Ia mematikan keran air dan beranjak ke kasur. Berbaring disana dalam gelap.

     Sebenarnya ia tidak rela meninggalkan rumah sakit. Tapi karena itu permintaan dokter yang menginginkan pasien untuk tenang dalam beberapa hari tanpa kunjungan, ia terpaksa pergi dari sana. Suara cacing perutnya terdengar jelas mengisi ruangan yang sepi itu. Baru ia sadari, seharian ini ia hanya menyantap kue ulang tahun Sena. Ia juga tidak berselera menyantap makanan yang sudah Sehun pesan ketika berada di restoran. Pikirannya sudah dipenuhi dengan Kai. Tidak mungkin menahannya. Ia segera keluar dari kamarnya.

     Karena disana memiliki banyak dapur, ia pun memilih dapur pribadi milik Sehun yang berada pada lantai yang sama. Sulit untuknya mengamati simpanan makanan yang ada disana selain melihat isi kulkas, yang hanya terdapat sayuran dan buah-buahan, juga beberapa macam saus fermentasi. Melirik lemari penyimpanan yang terletak jauh di atasnya. Lemari yang menempel pada dinding itu tidak mampu diraihnya tanpa bantuan.

     Mencoba menggeser kotak kayu berukuran kecil yang ada pada sudut dapur. Kotak yang berukuran kecil itu diharapkan dapat membantunya membuka pintu lemari. Ia mulai meletakkan kotak itu di tempat yang sekiranya tepat. Dengan yakin ia menginjakkan kakinya diatas kotak. Tangannya mulai mencoba meraih gagang pintu lemari, sayangnya tetap tidak bisa.

"Apa dia sengaja meletakkan lemari itu disana? Lokasinya sangat aneh! Seperti disengaja." tidak menyerah. Ia terus mencoba hingga menjinjit. Ujung jarinya berhasil menyentuh pintu lemari, tapi terlalu lemah untuk menariknya agar terbuka.

"Kau bisa meminta pertolonganku." seperti tertangkap basah, Yoona yang berniat bersembunyi dengan cepat berbalik guna mencari tahu keberadaan pria itu. Tapi belum sempat ia turun dari kotak, baru saja ia membalikkan tubuhnya, Ia sudah mematung tidak tahu harus berbuat apa. Itu karena Sehun sudah berada di hadapannya. Menatapnya tanpa ekspresi. "apa sulit mengatakannya padaku?" ucap pria itu maju selangkah lalu membuka pintu lemari. Merasakan aroma tubuh Sehun membuatnya merinding. "kau ingin makan apa?"

"Oo?" berusaha keras untuk menjawabnya. Karena kini rasa lapar itu menghilang begitu saja. "aku hanya ingin cemilan." jawabnya asal. Sehun meliriknya yang berada beberapa centi di bawahnya, lalu kembali memilih makanan yang akan ia berikan kepada gadis itu.

"Makanlah, setelah itu temui aku di balkon." meletakkan makanan ringan itu di atas meja yang terletak dibelakang Yoona, tidak sempat menjawab karena Sehun sudah melangkah menuju balkon.

---

"Tugasmu mulai besok. Mendata jumlah karyawan yang datang, dan juga catat waktu kedatangan mereka. Dipagi hari kau sudah harus berdiri di depan gerbang menunggu kedatangan mereka. Jangan sampai adalah yang salah." meletakkan sebuah buku ke atas meja yang ia peruntukkan untuk gadis itu. Yoona segera mengamati lembar demi lembar buku itu. Tidak terlalu sulit untuknya.

"Jadi ini tugasku disini?" tanya Yoona usai memahami tugasnya.

"Wae?(kenapa) Terlalu sulit?"

"Aniya(tidak), maksudku. Apa tugasku hanya ini?"

"Malam harinya kau ikut denganku untuk mendata hasil penjualan di toko roti milik kami." Yoona menatapnya penuh pertanyaan. "kami memiliki tiga toko roti di Seoul." tambahnya melengkapi perkataannya. Baru dipahami oleh gadis itu. Tetapi menurutnya pekerjaan yang pria itu berikan tidaklah sepadan dengan apa yang ia dapatkan. Ia masih merasa tidak enak.

"Baiklah." jawabnya pelan sembari berpikir. Disaat ia dalam diam, Sehun meletakkan sebuah kotak ke atas meja dengan sedikit hentakkan, membuat gadis itu tersadar dan langsung menoleh. Ia menatap kotak yang ada di atas meja, lalu beralih menatap Sehun yang sedang bangkit dari duduknya hendak pergi. "jamkaman(tunggu)." kata Yoona menghentikan langkahnya. "ige mwoya?(ini apa)"

"Itu untukmu." menutup pintu balkon dan menghilang. Tinggallah Yoona yang diam bingung mengamati kotak pemberian pria itu.

---

     Menyalakan lampu tidur yang berada disamping kasurnya. Ia mulai mengamati satu persatu biodata karyawan untuk pekerjaannya esok hari. Ternyata pabrik itu memiliki banyak karyawan. Setelah menutup buku tersebut dan meletakannya di atas meja yang ada disamping kasurnya. Matanya menangkap keberadaan sebuah kotak yang juga berada di atas meja tersebut. Tentu itu adalah kotak pemberian pria itu. Ia meraih kotak tersebut seraya menebak isinya.

     Tidak diduga olehnya bahwa ternyata kotak itu berisikan sebuah ponsel. Jika mengingatnya, dulunya ia pernah secara terpaksa menjual ponsel miliknya untuk membantu ayahnya yang sulit mendapatkan uang setelah kepergian ibunya. dan kini ia mendapatkan kembali sebuah ponsel yang lebih canggih dari ponsel lamanya. Ponsel pintar idaman semua orang. Ia mulai serius berkutat dengan ponsel barunya. Satu hal yang ia temukan disana. Hanya terdapat sebuah kontak dan itu nomor pria itu. Tak disadarinya, terkulum sebuah senyuman diwajahnya ketika melihat itu.

     Disaat ia sedang serius mengamati kehebatan ponsel baru miliknya. Tba-tiba saja sebuah foto terlihat diiringi deringan ponsel yang memintanya untuk segera mengangkat panggilan itu. Itu memang hanya sebuah panggilan masuk, tetapi itu berhasil membuat jantungnya bekerja lebih cepat ketika foto itu terlihat olehnya. Tanpa senyum tetapi seakan menatapnya dengan tajam. Dengan gemetar ia menggerakkan jarinya untuk mengangkat panggilan itu.

"Waeyo?(kenapa)" ujarnya yang tidak tahu hendak mengucapkan apa.

"Hanya memastikan bahwa kau sudah menggunakannya atau tidak." jawab Sehun yang sepertinya juga kaget, tidak menyangka bahwa gadis itu sudah menggunakan ponsel itu.

"Tapi, kenapa kau memberikanku ponsel ini? Apa ini tidak berlebihan?" tanya Yoona yang masih merasa berat menerima pemberian itu.

"Kau pasti membutuhkannya ketika bekerja nanti. Yasudah, istirahatlah." pria itu sudah memutuskan panggilan itu tanpa memberikan kesempatan untuk Yoona menjawab.

---

     Mengamati kedatangan karyawan dari balkon kamarnya. Dengan secangkir kopi yang berada ditangan kirinya, dan ponsel miliknya di tangan kanannya. Sesekali terlihat senyuman di wajah tampan itu. Senyuman yang timbul dikarenakan merasa lucu melihat tingkah Yoona, yang tengah mendata kehadiran karyawan dengan menahan kantuk, bahkan hampir menutup matanya walau dalam posisi berdiri tegak.

     Banyak karyawan yang senang akan keberadaan Yoona disana. Dengan alasan cantik dan juga kesopanan yang ia perlihatkan. Tak jarang juga beberapa kali ia di goda dengan mereka. Membuat Sehun gatal hanya berdiri di balkon dan dengan cepat turun guna menghampiri Yoona disana. Sesampai Sehun disana, sukses menakuti karyawan yang juga berniat menggoda Yoona. Mereka malah mendapatkan wajah tanpa ekspresinya Sehun. Yang berlakon sebagai tuan muda pemilik pabrik yang ternyata produknya sangat terkenal di Seoul.

     Usai mendata kehadiran karyawan, Sehun membawa Yoona untuk mengamati kerja para chef yang sedang membuat aneka kue. Sesekali mencicipi kue buatan mereka. Seperti yang tengah ia lakukan di dapur milik Kris. Chef tampan itu baru saja membuat cup cake dengan cream cheese. Sehun mencobanya atas permintaan Kris.

"Eottae?(bagaimana)" Tanya Kris seraya membuat cup cake lainnya.

"Enak." ujar Sehun santai. "kau tidak mau mencobanya?" tanyanya kepada Yoona yang asik mengambil gambar kue-kue disana dengan ponsel barunya. Hanya menggelengkan kepalanya dan terus mengambil gambar. Merasa tidak perlu menghiraukannya, Sehun beranjak ke chef lainnya.

     Kini mereka mendatangi gudang penyimpanan. Tempat dimana dulunya Yoona nyaris tertimpa goni yang berisikan tepung. Terlihat sedikit trauma, Yoona berjalan dengan langkah kecil mengikuti pria itu, terus berada dibelakang pria itu. Sehun tidak terlalu permasalahkan itu walau sesekali gadis itu mencubit lengan jaketnya karena merasa takut. Yoona sudah mencatat semua bahan yang hendak mereka beli. Tentunya bahan yang sudah tidak tersedia di gudang penyimpanan.

"Jika kau takut, kau bisa pergi." kata Sehun yang mendadak menghentikan langkahnya. Mendapatkan raut wajah gadis itu yang was-was.

"Gwenchana(tidak masalah)." jawabnya tanpa menoleh.

"Sudah kau catat semua yang aku katakan tadi? Kita harus segera membelinya." tanya Sehun yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya. Dengan polos Yoona mengangguk tanpa menjawab. Tentu Sehun tidak tahu itu, karena tidak sedang melihatnya. "yak, kenapa kau tidak menjawab?" menatap tajam gadis itu.

"Oo?" baru ia sadari, bahwa tadinya ia hanya mengangguk. "su-sudah. Aku sudah mencatat semua yang kau sebutkan. "jelaskan takut takut. Merasa jengkel, Sehun kembali melangkah, keluar dari gudang penyimpanan. Dengan rasa menyesal Yoona mengikuti langkah pria itu.

Continued..

Btw, kakak2 sudah baca ceritaku yang judulnya Missing You(by Hyull)???

Baca deh. Ceritanya cuma 2 part dan menarik bgt isinya. Pasti kakak2 bakal suka.

Aku nulisnya hanya dalam 2 hari loh kak.

Jalan ceritanya menyentuh bgt + tentunya romantis. hehe..

avataravatar
Next chapter