6 Part 6

[hyung] kakak laki-laki (sebutan dr laki-laki)

[oppa] kakak laki-laki (sebutan dr perempuan)

[nuna] kakak perempuan (sebutan dr laki-laki)

[eonni] kakak perempuan (sebutan dr perempuan)

[halmoni] nenek

°

°

°

°

    Perasaannya menjadi serba salah antara ingin menegur atau tidak. Mencoba untuk diam tetapi tidak kuat dengan tatapan yang pria itu layangnkan padanya. Sama sepertinya, Sehun juga hanya diam, masih di depan lift sejak dia melangkah beberapa langkah dari sana. Sama seperti Yoona, Sehun juga terlihat sulit memilih kata-kata. Pintu lift kembali terbuka, Henry datang dengan membawa tiga kardus berukuran besar yang nyaris menutupi matanya.

"Oo, hyung! Aku taruh dimana barang ini?" sulit melangkah karna penglihatannya terhalangi oleh barang bawaannya. Sehun masih diam, belum menyadari kehadirannya. Dan Henry juga tidak menyadari keberadaan Sehun disana, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Sehun berdiri di depan lift, karena itu kardus yang berada dipelukannya pun terjatuh hingga isinya berhamburan di lantai, barulah Sehun tersadar dengan sedikit tersentak kaget. Begitu juga dengan Yoona yang kini sedang berlari kecil guna membantu Henry mengumpulkan barang-barang yang berhamburan itu.

"Yak, kapan kau disini? Igo, kenapa jadi berantakan seperti ini?" tanya Sehun yang tidak berniat membantu mereka.

"Aku tidak bisa melihatmu disana. Lagi pula, kenapa kau berdiri di depan lift? Seperti tidak ada tempat lain saja." celutuknya seraya memasukkan berbagai perlengkapan yang sepertinya akan digunakan untuk perayaan ulang tahun. "kenapa kau membeli semua ini? Apa ada yang ulang tahun?" tanya Henry yang baru menyadari isi dari kardus itu. Yoona hanya mendengar dalam diam sambil terus membantunya.

"Kau tidak perlu tahu." melirik Yoona sejenak, lalu sedetik itu seperti terburu-buru ia kembali masuk kedalam lift. Dan ternyata untuk menghampiri ayahnya.

---

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku?" tidak terlihat marah, tapi ia tetap melancarkan protesnya kepada sang ayah.

"Aku hanya merasa tidak perlu mengatakannya. Lagi pula, sepertinya kau tidak keberatan." melirik Sehun dengan senyum nakalnya. "kita tidak punya kamar lagi, jadi biarkan saja dia disana."

"Lantai 4 masih memiliki satu kamar appa.."

"Apa kau tega menempatkannya dengan manusia-manusia aneh itu? memikirkannya saja aku sudah tidak tega." seakan merinding dengan hebat. "tidak ada yang harus kau khawatirkan.. Bukankah dia adalah gadis yang baik?" Sehun terlihat bingung untuk menjawab. "lalu apa yang kau risaukan?" bentak ayahnya melototinya.

"Aniya(tidak).." ia juga bingung kenapa ia menjadi gelisah. Tiba-tiba saja terlintas dipikirannya, dia pun menemukan jawabannya. "Bagaimana pun juga aku ini seorang pria." diam sejenak. "apa kau tidak memikirkan itu? Kenapa kau sembarangan menempatkannya." tapi terlihat asal berkata.

"Aish sudahlah. Aku ini sangat mengenalmu. Kau tidak akan melakukan itu." kata ayahnya yang sudah malas mendengar komentarnya. Tapi diam-diam mencoba membaca raut wajah putranya itu. Tersenyum geli kepada anaknya itu.

"Wae?(kenapa)" tanya Sehun yang merasa aneh melihat ayahnya tersenyum seperti itu.

"Kau menyukainya?" tebak ayahnya. Dugg! Punggungnya meremang, tak mampu menjawab, hanya mengatup rapat bibirnya. "ah.. jadi begitu? Hahaha.. kau ini lucu sekali." melenggang mendekati anaknya. Menepuk pundak Sehun pelan sembari terus tertawa. "jika begitu, berarti aku sudah melakukan hal yang tepat. Waw!" dan melewati Sehun lalu masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Sehun yang gagal menemukan jawaban untuk mengelak.

---

     Menyusun pakaiannya kedalam lemari yang sangat tinggi itu, bahkan jauh dari tingginya. Setelah menyusunnya, seperti seekor anak kucing yang tengah tertidur di sebuah kardus berukuran besar. Lemari itu terlihat kosong, karena Yoona tidak membawa semua pakaiannya. Membuka jaket pemberian ayahnya, lalu mengantungnya di dalam lemari. Tersenyum rindu ketika melihat jaket itu. Membayangkan apa yang tengah ayahnya lakukan disana.

     Ia kembali menoleh ke jendela besar yang memperlihatkan balkon. Melangkah mendekati jendela itu. Pemandangan yang benar-benar indah. Tepatnya halaman pabrik itu, sangat luas dan rapi. Dengan pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk, lantai halaman yang berwarna merah bata. Yoona jadi penasaran dengan isi pabrik. Karena sebetulnya, ia belum mengetahui pabrik apa itu sebenarnya.

     Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan tertidur beberapa jam, ia terbangun di malam hari. Merasakan lembutnya seprai dan selimut yang menyelimutinya, ia tersenyum puas. Keheningan menemaninya malam itu. Gorden jendela yang tidak tertutup memperlihatkan balkon. Sekilas, ia seperti melihat seseorang disana. Penasaran ia bangkit dari tidurnya.

     Berjalan mengendap-endap guna mengintip siapa yang sedang berdiri disana. Perasaan itu kembali timbul ketika yang dilihatnya yaitu Sehun. Tepat disaat ia masih mengamati Sehun yang sedang mengamati langit dan membelakanginya, pria itu seperti menyadari tatapannya dan hendak menoleh kebelakang, tapi dengan cepat Yoona menarik gorden untuk menutup jendela. Dugg! Dugg! Dugg! Kini suara jantungnya menguasai kamar itu.

     Dengan cepat ia kembali berbaring dikasur, menutupi tubuhnya dengan selimut. Mencoba mengatur nafasnya dan menjinakkan detak jantungnya. Menyentuh dadanya, dapat ia rasakan desakkan jantungnya yang memompa dengan nakal. Ia terbatuk tak percaya. Melompat dari kasur dan beralih ke kamar mandi. Mengamati wajahnya yang memantul di cermin. menampar pipinya pelan.

"Ada apa denganku?" membasuh wajahnya dengan air dingin. Disela itu, suara ketukan pintu terdengar dan berhasil mengagetkannya. Cepat-cepat ia mengeringkan wajahnya dengan handuk, lalu berlari kecil untuk membuka pintu. "waeyo?" tanyanya kepada Sehun yang kini berdiri di hadapannya. Mencoba terlihat tenang walau kini detak jantungnya semakin tak terkendalikan.

"Apa kau bisa membantuku?" tanya Sehun terlihat santai.

"Mwoga?(Apa)"

---

"Jadi besok ulang tahun Sena?" Sehun mengangguk sembari memompa balon dengan alat. Yoona terlihat asik menggunting kertas hias. "kau akan merayakannya dimana?"

"Dirumah halmoni(nenek)." jawabnya singkat.

"Kenapa Kenapa tidak disini saja? Bukankah dia adikmu? Lalu ayahmu? Apa dia tidak.."

"Gunting saja dengan benar." selanya, tidak suka Yoona membahas itu.

"..." melirik Sehun sejenak lalu kembali menggunting kertas lainnya. "Setelah ini apa yang harus kita lakukan?" Yoona ingin bertanya lagi, tapi ia merasa aneh dengan kata 'Kita' dan sepertinya Sehun juga merasakan hal itu. Sehun berdehem pelan guna menghilangkan perasaan aneh itu. "ah, kau tidak membeli kue?" tanya Yoona tanpa melihat wajah pria itu.

"Akan aku buat nanti." jawab Sehun yang juga takut untuk melihat wajahnya. Tapi setelah mendengar jawaban Sehun, Yoona reflek menatapnya.

"Kau akan membuatnya? Kau bisa memasak?" Sehun juga reflek menatapnya balik. Sedikit kaget karena jarak mereka lumayan dekat, kembali berdehem agar merasa santai. Lalu mengangguk sebagai jawabannya. "Heol." kembali menggunting kertasnya.

---

     Memasukkan kembali semua kertas yang sudah ia bentuk kedalam kotak. Balon-balon sudah dirangkai dengan indah dan terikat agar tidak berterbangan. Mereka meletakkan semua barang-barang itu didepan kamar Sehun. Yoona mengamati balon itu dengan semangat, benar-benar terlihat indah. Sedangkan Sehun melangkah masuk kedalam kamarnya, lalu tidak lama kemudian keluar dari kamarnya dengan celemek yang sudah menempel di tubuhnya. Yoona yang masih tersenyum sendiri mendadak menerima sebuah celemek yang baru saja Sehun lempar kepadanya.

"Ige mwoya?(ini apa)" tanyanya yang tengah mengamati celemek dan Sehun bergantian.

"Kau tak berniat membantuku membuat kuenya?" Kata Sehun yang sudah terlihat santai. Malah Yoona yang menjadi gugup.

Malu-malu menerima tatapan itu. "baiklah."

---

     Sehun sedang bermain dengan mixernya. Menuangkan segala bahan satu persatu, lalu mengaduknya dengan lihai. Mematikan mixernya, menuangkan adonan kedalam loyang berbentuk Mickey Mouse. Menunggu kue yang sedang dalam proses pemanggangan. Ia beralih menyiapkan hal lainnya yang akan ia gunakan untuk menghias kue.

     Tidak berani melakukan apapun, Yoona hanya mondar mandir disana mengagumi dapur yang mewah itu, sesekali mencuri potongan coklat dan menyimpannya kedalam mulutnya. Mengetahui ulahnya, Sehun mencoba menahan senyumnya karena merasa lucu melihat tingkah gadis itu.

     Mengolesi kue dengan krim. Ia terlihat sangat ahli, kerjanya benar-benar rapi. Ia mulai mengaplikasikan warna guna menyulap kue itu. dengan teliti dan penuh konsentrasi. Mondar mandir dengan cepat untuk mengambil bahan yang diperlukan dan sesekali menghindari Yoona yang terkadang menghalangi langkahnya. Seakan tidak berniat meminta bantuan dari gadis itu. Lalu mengapa ia menyuruh Yoona ikut bersamanya?

     Saat ini Yoona terdiam mengamati kue itu. Tidak juga berhenti mengagumi kue yang nyaris serupa dengan tokoh mickey mouse. Tidak menyangka bahwa Sehun dapat membuat kue seindah itu. Pria itu melirik Yoona diam-diam, lalu tersenyum puas karena sepertinya kue itu berhasil mengambil hati Yoona.

"Jangan menatapnya terlalu lama." menggeser tubuh Yoona lalu mengambil alih kue itu, memasukkan kue itu kedalam lemari pendingin yang luar biasa besar. Mengatur suhu lemari esnya dan misinya pun selesai.

"Siapa kau sebenarnya? Bagaimana bisa kau membuat kue seindah itu? kau terlihat sangat ahli." menatap Sehun dengan kagum. Sehun berpikir sejenak.

"Sepertinya kau belum tahu itu." kata Sehun baru menyadarinya. "ikuti aku." masuk kedalam lift, menekan tombol nomor dua. Yoona berdiri disampingnya memikirkan jawabannya. Tepat ketika pintu lift terbuka, matanya melotot menatap apa yang ada dihadapannya. Dan terjawablah.

---

     Para pekerja dengan masker dan topi ala pastry chef. Memakai seragam serba putih, sibuk membuat adonan roti dibantu Mesin pengolah adonan yang sangat besar, terlihat tersusun rapi disana. Di bagian lain, sebuah mesin pemanggang memperlihatkan warna roti yang mulai kecoklatan. Para pekerja lainnya tengah mengawasi proses pemotongan roti yang sebelumnya sudah melewati proses pendinginan. Dan itu baru line satu. Karena pabrik itu memiliki dua line dalam produknya.

     Jika line pertama memperlihatkan kerja keras mesin dalam menghasilkan roti tawar atau pun roti tawar dengan aneka isi. Kini Sehun membawa Yoona ke sebuah line dimana hanya terdapat beberapa pastry chef handal. Menggunakan keahlian mereka dengan dibantu beberapa alat. Apapun hasilnya, semuanya terlihat lezat dan tampilannya benar-benar manis. Cake maupun cup cake, dan sejenis kue lainnya.

     Sehun berjalan mendekati seorang chef yang sedang membuat cheese cake. Chef tampan itu sangat fokus dalam membuat cakenya. Ia bahkan tidak menghiraukan ulah nakal Amber dan Henry yang berkali-kali menyempatkan mencuri keju di saat melewatinya. Juga disaat Sehun dan Yoona berdiri dihadapannya.

"Hyung, kenapa ukurannya besar sekali?" tanya Sehun kepada Kris yang sedang asik mengoleskan cream cheese ke kue yang sudah ia dinginkan.

"Pesanan orang." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya. Sehun mengangguk mengerti. Ia menikmati menonton pekerjaan Kris, lalu baru menyadari keberadaan Yoona yang tidak diketahuinya.

"Oo? kemana dia pergi?" pikirnya yang mulai melangkah mencari gadis itu.

---

     Mereka bekerja dengan santai tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. Pekerjaan mereka sangat rapi dan bersih. Aroma roti setelah dipanggang tercium kuat olehnya. Yoona mengamati cara kerja mereka. Mengintip proses pengemasan yang sangat kreatif, dengan bungkusan yang terbuat dari kotak aneka bentuk dan plastik full color. Lucunya, mereka bekerja sambil mendengarkan lagunya Momoland berjudul Boom Boom. Bahkan ada yang sesekali bernari sembari beristirahat sejenak. Tentu Yoona tersenyum karena ulah mereka.

     Ia masuk ke sebuah gudang penyimpanan bahan untuk roti. Lemarinya menjulang tinggi, butuh tangga untuk meraih bahan yang ada pada rak teratas. Aroma tepung memenuhi ruangan itu. Dilihatnya lemari es yang transparan. Banyak coklat batang disana, juga buah-buahan segar yang siap dipakai para chef untuk membuat kue nan lezat. Walau disebut gudang, tapi yang terlihat malah seperti supermarket mewah.

"Awas!" teriak seseorang dari belakang. Yoona yang kaget langsung berbalik guna melihat siapa itu. Sehun tengah berlari kearahnya, sangat cepat. Yoona terdiam tidak tahu harus berbuat apa. Dan sedetik kemudian, Sehun memeluk tubuhnya dengan dorongan yang kuat. Mereka hendak terjatuh, seperti kilat Sehun memutar posisi mereka sehingga ketika mereka terjatuh, tubuh Sehun lah yang membentur lantai. Sedikit terseret berkat lantai yang licin. Tidak jauh dari mereka, terlihat segoni tepung berukuran besar dengan tepungnya yang sudah bertebaran di lantai. "gwenchana?(kau baik-baik saja)" tanya Sehun dengan nafasnya yang tersengal dan sedikit mengangkat kepalanya guna menatap Yoona.

     Yoona Mengangguk pelan. Tepatnya ia sedang gugup karena kini ia berada di atas tubuh pria itu, di dalam pelukan Sehun. Sehun menghela nafas dengan lega. Menatap Yoona kesal karena sudah tidak berhati-hati.

"Kalian sedang apa?" tanya Henry tanpa ekspresi. Lalu terlihat Amber yang tengah berlari mendekati Henry yang sudah berada di dekat mereka. Tentu Yoona langsung terlonjak kaget dan segera berusaha berdiri. Berbeda dengan Sehun yang terlihat santai, ia duduk perlahan, dan berdiri seraya memukul pelan pundaknya yang terasa nyeri.

"Ada apa ini? Apa ada yang terluka?" Amber malah histeris karena tadinya ia mendengar suara teriakan Sehun dan juga suara hantaman goni yang berisi tepung itu.

"Bagaimana bisa goni ini terjatuh? Apa yang selama ini kalian lakukan!" bentaknya kepada Amber dan Henry, tak menyangka Sehun akan memarahi mereka. "periksa kembali semua lemari penyimpanan, jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi!" ia langsung meninggalkan mereka. Pertama kalinya untuk Yoona melihat Sehun semarah itu. Ia merasa tidak enak karena tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi ketika dilihatnya Sehun terus memukul pundaknya. Tentu itu efek dari meluncur ke lantai, ditambah harus menahan tubuhnya, pasti itu sangat menyakitkan.

"Nuna, kau baik-baik saja?" tanya Amber kepadanya. Sedangkan Henry masih mengamati kepergian Sehun dengan tatapan menyelidik. "wah, syukur hyung menyelamatkanmu. Jika tidak.." menggelengkan kepalanya tidak mau memikirkan itu. "Kami akan memeriksa kembali semuanya. Aku pastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." menunduk hormat lalu dengan cepat berlari pergi. Tinggal henry yang kini mulai mengamati Yoona.

"Wae?(kenapa)" tanya Yoona tidak suka melihat tatapannya.

"Sejak kapan kalian bertemu?" melipat kedua tangannya ke dada, menatap Yoona dengan serius, tapi menjengkelkan.

"Aku tidak ingat." Yoona melangkah pelan mendahuluinya. Tapi dengan cepat Henry mengikuti langkahnya.

"Apa yang pernah terjadi? Apa sebelumnya hyung pernah menggenggam tanganmu? Atau memelukmu? Atau.." tersenyum nakal dengan sedikit menyipitkan matanya. Yoona merasa geli melihat itu, ia semakin mempercepat langkahnya. "nuna-a.. ehei, kenapa kau malu-malu. Tidak perlu seperti itu, katakan saja." sudah tidak sanggup lagi, Yoona segera berlari keluar dari sana. "nuna, nuna!" tidak sempat mengejar karena langkah gadis itu yang cepat. "kenapa larinya kencang sekali? Seperti atlit saja." menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pakk! Seseorang memukul kepalanya dengan kuat. "argh!"

"Sedang apa kau? Kenapa tidak kau urus tepung yang berserakan itu?" menjewer telinganya hingga ia meringis kesakitan.

"A-appo.. appo!(sakit)" hendak memarahi orang yang menjewernya itu, tapi ketika yang dilihatnya yaitu ayahnya Sehun. Lantas ia langsung diam mematung menahan sakit. "jesong hamnida! Jesong hamnida!(saya minta maaf). Akan segera kubersihkan." menunduk memberi hormat beberapa kali lalu berlari terbirit-birit dengan cepat.

"Kapan mereka bisa berubah." gumamnya dan kembali mengawasi gedung miliknya itu.

---

     Masuk kedalam kamarnya seraya membuka kaosnya dan mencampaknya ke tempat tidur. Berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Mengamati pundaknya pada cermin yang ada dihadapannya. Ternyata pundaknya memerah, pantas saja terasa perih. Tapi sepertinya Sehun tidak mempermasalahkan itu. Ia terlihat santai. Ia kembali berjalan mendekati meja kerjanya, meraih Ipodnya lalu memakai headset. Berjalan keluar kamar hendak bersantai di balkon.

"Aaa!" teriak Yoona dengan kuat. Sehun juga terlonjak kaget dan nyaris menjatuhkan Ipodnya. Tidak menyangka bahwa Yoona sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Dilihatnya Yoona menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Kenapa kau berdiri didepan pintu kamarku?" tanya Sehun mengelus dadanya dan masih heran melihat Yoona yang tidak berani menatapnya. Ketika itu ia menyadari sesuatu, ia sentuh dadanya. Tidak ada pakaian disana. Ia langsung menyilangkan tangannya didepan dadanya, lalu melangkah mundur masuk kembali kedalam kamarnya. Mendapatkan kaosnya terletak di atas kasur. Ia memukul kepalanya pelan. Ternyata Yoona kaget karena melihat Sehun tanpa bajunya. Sehun segera mengenakan kaosnya dengan cepat dan kembali keluar dari kamarnya. Tapi ternyata Yoona sudah tidak berada disana lagi.

---

     Mengganti pakaiannya setelah tadinya terjatuh dan berlari. Berbaring di kasur, menikmati kegelapan tanpa cahaya dari lampu kamarnya. Mengingat hal itu kembali, dimana Sehun telah menyelamatkannya. Dan jika dipikir-pikir, akhir-akhir ini Sehun sudah banyak membantunya. Ia merasa senang akan hal itu, tetapi ia juga merasa itu menjadi beban untuknya. Mengingat tak ada lagi yang ia miliki, lalu bagaimana cara ia membalas kebaikan itu?

     Tapi disamping itu ia juga kembali diingatkan dengan kejadian dimana melihat Sehun tanpa bajunya. Reaksi yang wajar ketika melihat hal seperti itu secara langsung. Walau sebenarnya pada saat itu Sehun terlihat sangat seksi dan mempesona. Dengan ototnya yang timbul dari bawah kulit putihnya, ditambah wajah tampannya yang tentu selalu berhasil membuat para gadis meleleh. Malah Yoona bersyukur karena telah berteriak, karena jika tidak, mungkin ia akan terpana menatap pria itu, dan mematung. Itu tentu lebih memalukan.

     Mencoba tidur karena sudah sangat lelah. Tapi tidak berhasil. Jelas sekali bahwa kini ia sudah sangat kelelahan. Menarik selimut hingga hampir menutup seluruh tubuhnya. Berusaha untuk tenang agar bisa tertidur. Gagal. Itu karena tanpa sadar ia terus memikirkan kejadian disaat Sehun berlari kearahnya, memeluknya lalu ia terjatuh dalam pelukan pria itu. Ditambah jarak mereka yang sangat dekat, dan ketika Sehun berbicara dengannya, ia sampai bisa merasakan nafas pria itu. semua itulah yang menggagalkannya untuk segera tidur.

     Langkah cepatnya mengantarkannya ke kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan kesal agar segera tersadar. Lalu kembali ke kasur dan mencoba untuk tidur. Suara petikan gitar membelai pendengarannya. Terdengar berbisik namun tidak mengganggu, malah suara itu berhasil membuatnya tertidur dengan lelap.

---

     Mendengarkan musik dari Ipodnya seraya memainkan gitar kesayangannya. Duduk bersandar di sebuah kursi santai yang ada di balkon. Menikmati musik itu dengan terus memetik senar gitarnya, ia terlihat seperti profesional. Pria itu benar-benar berbakat. Disela itu ia teringat dimana ia mendapatkan Yoona dalam posisi berbahaya. Ia bersyukur karena telah menyadari pergeseran posisi goni tersebut, sehingga ia bisa menyelamatkan gadis itu, tepat waktu. Sehun tersenyum mengingat itu. Tangannya berhenti memetik gitar, melepaskan headsednya. Ia terlihat melamun beberapa detik, lalu setelah itu beranjak menuju kamarnya untuk segera tidur.

---

     Ia sedang mengangkat semua perlengkapan ulang tahun Sena kedalam mobil. Begitu dengan Yoona yang juga membantunya. Tak lupa mengambil kue ulang tahun di dalam lemari pendingin. Amber dan Henry memaksa meminta ikut, tapi Sehun melarang mereka. Terlihat Kris yang sedang memberikan sebuah bingkisan kepada Sehun.

"Kado dariku untuk Sena. Maaf aku tidak bisa ikut." kata Kris dengan hangat lalu pergi dari sana.

"Hyung, jebal(kumohon), biarkan kami ikut.. eng? Aku sangat merindukan Sena." pinta Amber yang tengah memeluk lengan berotot Sehun.

"Andwe(tidak boleh)." mendorong kepala gadis tampan itu dengan jari telunjuknya.

"Wae? Wae? Kami hanya ingin bertemu dengan Sena." sambung Henry.

"Andwe." mendorong tubuh Yoona agar segera memasuki mobil. Membiarkan kedua manusia itu berkicau sepuas mereka. Pada akhirnya ia tetap meninggalkan pabrik hanya dengan Yoona.

---

     Yoona sedang membantu nenek memandikan Sena yang baru saja bangun dari tidurnya. Sedangkan Sehun memanfaatkan waktu itu untuk menyiapkan segala perlengkapan perayaan ulang tahun adiknya itu. Yoona memakaikan sebuah gaun yang sudah Sehun persiapkan untuk gadis kecil itu. Sena terlihat manis dengan gaun pemberian Sehun. Sekilas mereka terlihat sangat mirip.

     Sehun menghampiri Yoona dan nenek yang sedang mengikat rambut Sena didalam kamar. Ia memberi isyarat kepada Yoona bahwa semua perlengkapan sudah siap. Yoona langsung bergegas dan membawa Sena ke ruang keluarga. Tentu pertama kali yang terlihat yaitu ekspresi kaget serta bahagianya Sena. Ia sampai melompat kegirangan tak kuasa menahan kebahagiaan itu. Berlari lalu memeluk Sehun. Mencium Sehun berkali-kali dengan semangat. Sehun hanya tersenyum simpul menerima ciuman manis darinya.

     Yoona menyalakan lilin pada kue berbentuk Mickey Mouse itu, tidak ingin berdoa karena memerlukan waktu, sedangkan ia sudah tidak sabar untuk mencicipi kue itu, Sena meniup lilin dengan semangat dan langsung mencolek krim. Ia tersenyum akan rasa manis yang melumer di mulutnya. Yoona mulai memotong kue, menyuapi Sena perlahan. Disela itu, Yoona menyempatkan mengambil beberapa gambar dari sebuah kamera yang sudah Sehun persiapkan. Ia mendapatkan beberapa gambar yang memperlihatkan kedekatan antara Sehun dan Sena.

     Sena tengah bermain dengan balon-balonnya. Yoona membantu nenek merapikan ruang keluarga yang sudah berantakkan berkat ulah Sena. Dan Sehun menemani Sena bermain. Setelah selesai membantu nenek, Yoona menghampiri Sehun dan Sena yang ternyata sedang beradu kata. Tepatnya Sena sedang marah kepada Sehun karena tidak mau membawanya ke kebun binatang.

"Oppa jahat!" menjauh dari Sehun dan memilih duduk di ujung sofa

"Waeyo?(kenapa)" tanya Yoona kaget melihat reaksi Sena. Ia menghampiri Sena yang kini masuk kedalam pelukannya.

"Oppa tidak mau membawaku ke kebun binatang." ujar anak itu dengan manja. Menatap Yoona dengan mata bulatnya.

"Kebun binatang?" Yoona menoleh ke Sehun. Meminta penjelasan dari pria itu.

"Tempat itu berbahaya. Disana sangat ramai. Sebaiknya tidak." jawab pria itu yang sudah membuang muka.

"Mwo?(apa)" merasa alasan itu tidak tepat. "Apa kau tidak bisa lihat? Dia sangat menginginkannya." membantu Sena membujuk pria itu. Sehun menghela nafas dengan malas. Kembali menatap Yoona. Ia hanya diam. "di hari ulang tahunnya. Tak bisakah kau turuti keinginannya?" perkataan terakhir itu ternyata sangat ampuh. Yoona berhasil membujuknya.

---

     Tidak bisa membiarkan Sena berjalan sendiri karena takut akan kehilangannya. Sehun menggendongnya walau Sena terus memberontak ingin turun. Yoona terus mengikuti langkahnya, tepatnya berusaha mengikutinya walau berkali-kali tertinggal beberapa langkah dikarenakan ramainya pengunjung yang berada disana.

     Sena tengah mengamati seekor harimau yang sedang duduk tenang. Lalu terkagetkan oleh suara ngaungan harimau itu. Sehun dan Yoona tertawa lucu melihatnya yang meminta untuk menjauh dari kandang harimau itu. Mereka beralih melihat jerapah. Menaiki sebuah bangunan yang terbuat dari kayu agar bisa memberikan makanan ke jerapah secara langsung. Walau terlihat takut, tapi Sena berhasil melakukannya. Tapi yang malah terlihat takut yaitu Sehun. Karena pada saat itu Yoona lah yang menemaninya.

     Mereka baru saja membeli gulali. Sena sudah kembali ke pelukan Sehun. Memegang gulalinya dan sesekali menyuapi Yoona dan Sehun dengan paksa. Bahkan Sena terlihat nakal karena memberikan potongan terbesar ke mulut Sehun dan setelah itu tertawa puas. Mereka terus berjalan dengan santai mengintari kebun binatang itu. Jujur bahwa Yoona sangat kesusahan mengikuti langkah Sehun, ia terus terbentur tubuh pengunjung lainnya sehingga tertinggal dari Sehun. Sepertinya Sehun tidak menyadari itu.

"Dimana Eonni?" tanya Sena yang tidak melihat Yoona. Sehun yang baru saja menyadari itu langsung mengedarkan pandangannya guna mencari gadis itu. Ternyata Yoona berada beberapa langkah di belakang mereka. Menyadari mereka tengah menunggunya. Dengan kesusahan Yoona melangkah cepat walau tetap terbentur dengan orang lain. Barulah Sehun menyadari kesulitan yang gadis itu alami.

"Maaf membuat kalian menunggu." ucapnya ketika berhasil kembali berada disamping Sehun. "benar yang kau katakan, disini terlalu ramai sehingga.." ia terdiam. Tak berhasil melanjutkan kata-katanya. Itu karena Sehun meraih pergelangan tangannya.

"Jangan sampai tertinggal lagi." kata Sehun tanpa menoleh dan mulai kembali melangkah. Tentu Yoona pun kembali mengikuti langkahnya, dengan tangan Sehun yang menggenggam pergelangan tangannya dengan erat, dan kemudian secara alami bergerak turun mengisi sela jemarinya. Satu hal yang gadis itu sadari. Detak jantungnya mulai bertindak dengan brutal. Sehun terlihat mantap dengan tangan kanannya yang menggendong Sena, dan tangan kirinya yg tetap setia menggenggam tangan Yoona.

---

     Menikmati makan siang di sebuah restoran yang menyajikan aneka seafood. Yoona menyuapi Sena yang menyantap makanannya dengan lahap. Berbeda dengan Sehun yang terlihat tidak berselera. Tepatnya tidak menyukai keramaian yang ada disana. Dan itu baru disadari gadis itu.

"Yoona? Kau kah itu?" tegur seseorang. Mendengar suaranya saja Yoona sudah bisa mengenalinya. Orang itu adalah gurunya di sekolah, yang sangat sering mengganggunya, tetapi lebih terlihat menyayanginya.

"Seonsaeng-nim(guru). Annyeonghaseyo." Yoona bangkit dari duduknya dan menunduk hormat.

"Beberapa hari ini aku tidak melihatmu disekolah? Apa yang terjadi? Kau sakit?" seperti biasa, ia selalu mencemasi Yoona.

"Tidak.." jawab Yoona mulai memikirkan hendak mengatakan apa.

"Lalu?"

"Aku.. Aku sedang mencari rumah." jawabnya yang tak sepenuhnya berbohong.

"Rumah? Ah.. aku sudah mendengar itu. Bagaimana? kau sudah mendapatkannya?" Yoona mengangguk cepat. "syukurlah." mengelus pundak Yoona penuh kasih sayang. "lalu, bagaimana dengan Kai? Kudengar dia masuk rumah sakit. Bukankah kau sahabatnya, kau pasti mengetahuinya." sumpit yang tadinya berada ditangannya pun terjatuh. Tentu ia shock mendengarnya. "wae? Kau tidak mengetahuinya?"

---

     Mereka sedang dalam perjalan menuju rumah nenek untuk mengantar Sena pulang. Tidak ada suara yang terdengar disana, Sehun serius menyetir, Sena sudah tertidur di bangku belakang. Dan Yoona masih saja melamun sejak mendengar kabar tentang Kai dari gurunya itu. Tentu kini ia mengkhawatirkan Kai. Dan diam-diam Sehun menyadari itu. Tapi terlihat enggan untuk menanyakannya.

     Sehun menyetir dengan santai guna menjaga letak posisi tidur Sena dibelakang. Tapi disamping itu ia juga tengah kesal dengan perubahan sikap yang diperlihatkan Yoona. Gadis itu tidak  mengeluarkan sepatah katapun. Sebagai balasannya, Sehun juga memilih diam sama sepertinya. Mengingat nama itu, tentu Sehun langsung tersambung akan ingatannya disaat bertemu seorang pria di rumah gadis itu. Begitu saja ia sudah bisa memahaminya.

"Bisakah kau turunkan aku dipinggir?" Pinta Yoona setelah lama diam. Tanpa menatap Sehun, hanya fokus pada tangannya yang menggumpal menahan kekhawatirannya. Sehun meliriknya sejenak, lalu dengan terpaksa menepikan mobilnya ke tepi jalan. Tanpa mengatakan apapun, Yoona langsung turun dari mobilnya, berlari dengan cepat, menghentikan taksi lalu menghilang seiring dengan kepergian taksi itu. Dan Sehun, hanya mengamati kepergian taksi itu dalam diam.

°

°

°

°

°

Continued..

°

°

°

°

°

Gimana kak?

Seru?

Oh iya, baca cerita baru saya ya.

Judulnya Only You(by Hyull)

Ceritanya hanya 5 part.

Btw, kakak2 sudah baca ceritaku yang judulnya Missing You(by Hyull)???

Baca deh. Ceritanya cuma 2 part dan menarik bgt isinya. Pasti kakak2 bakal suka.

Aku nulisnya hanya dalam 2 hari loh kak.

Jalan ceritanya menyentuh bgt + tentunya romantis. hehe..

avataravatar
Next chapter