14 Chapter 14 Hari pertama berkerja

Didalam ruangan kantor itu hanya terdapat Wei Wei dan Yang Long. Wei Wei yang diberikan setumpuk kertas tadi pun menghapalnya di meja kerjanya, sampai-sampai ia tak sadar bahwa dirinya sudah tidur sambil mendengkur karena kelelahan.

Dengkuran itu terdengar keras dan sampai terdengar di kuping Yang Long.

"Asisten harus mengerti agenda CEO. Jika CEO perlu melakukan perjalanan, tiket pesawat dan hotel harus di pesan terlebih dahulu. Pesawat.... tiket... dan hotel... "Gumam Wei Wei dalam mimpi sambil mendengkur.

Tut.. Tut... Tut... (Bunyi telepon)

"Aku tidak tertidur!" ucap Wei Wei yang tersentak kaget karena telepon di mejanya berbunyi.

"Ah, ada telepon bunyi!" ucap Wei Wei yang sudah menjulurkan tangannya dan hendak ingin mengangkat gagang telepon.

Ketika Wei Wei hendak mengangkat telepon itu, Yang Long sudah lebih dulu mengangkatnya sehingga Wei Wei tidak sengaja menyentuh tangan pemuda yang putih dan lembut itu.

"Ah! Maaf." ucap Wei Wei dengan wajah yang merah karena malu.

Pemuda itu bersikap dingin dan tidak menghiraukan sentuhan tadi.

Ia pun menjawab panggilan telepon itu. Sementara Wei Wei melangkah ke arah sofa untuk beristirahat sejenak.

"Teman bos sudah tiba, aku akan menemui mereka sekarang." ucap Yang Long.

"Ok, silakan." kata Wei Wei sambil beranjak dari sofa itu.

Yang Long pun pergi menyambut Teman bossnya.

Disisi lain Wei Wei yang sudah duduk di meja kerjanya itu oun bergumam seorang diri, "Orang seperti Zhi Yang, pasti bunya banyak teman."

***

Di dalam ruangan kantor Li Zhi Yang...

"Mr. Mu, silakan lewat sini." ucap Yang Long sambil mempersilahkan Mu Si Han untuk masuk.

"Terima kasih." jawab pemuda berambut biru itu dingin.

Di dalam ruang kantornya, Zhi Yang sudah duduk manis di sofa sambil menunggu kedatangan temannya.

"Apa kamu yakin mengenai hal ini? Kamu sudah memutuskan untuk menceraikan adikku?" tanya Zhi Yang serius.

"Zhi Yang, kamu tahu alasannya kenapa aku menikahi Zhi Ying. Itu karena Keluarga kami berhutang padamu Keluarga Li." jawab Si Han sambil duduk di sofa itu.

"Zhi Yang, berikan ini pada adikmu. Aku tidak ingin melukainya." lanjut Si Han sambil mengeluarkan kunci mobil dan rumah dari kantongnya dan memberikannya ke Zhi Yang.

Zhi Yang menatap wajah pemuda itu sejenak. Mata pemuda berambut biru itu memancarkan kesedihan. Sehingga mau tidak mau Zhi Yang pun mengambil kunci itu.

"Wanita yang kamu cintai, masih tetap ingin putus denganmu?" tanya pemuda itu lagi.

"Semuanya salahku, aku seharusnya tidak selingkuh dari awal." jawab Si Han kecewa dan menyesal.

"Beri aku kontaknya, aku akan menjelaskan kepadanya. Ucap Zhi Yang sambil.

"Tidak perlu, aku akan menanganinya sendiri." ucap Si Han sambil beranjak dari sofa yang didudukinya tadi.

"Btw, Aku dengar kamu sudah menikah." lanjut pemuda berambut biru itu.

"Benar, tapi dia tidak mau mempublikasikannya sekarang." jawab pemuda berambut kuning itu.

"Hahaha... , kurasa dia tidak mau denganmu yang kekanakan ini. Dan kamu tampaknya tidak puas juga." ucap Si Han terkikik.

"Diam!" bentak pemuda berambut kuning itu jengkel.

"Aku akan membiarkanmu sendiri. Kembalilah bekerja. Aku pergi dulu." ucap Si Han sambil melangkah ke luar pintu kantor Zhi Yang.

"Ok, hati-hati." ucap Zhi Yang singkat.

Di luar pintu kantor Zhi Yang, tiba-tiba saja handphone Shi Han pun berbunyi.

Wǒmen yīqǐ xué māo jiào yīqǐ miāo miāo miāo miāo miāo. (Suara nada dering handphone Si Han)

"Halo, Pak. Ada keperluan apa?" ucap Si Han di telepon.

"Si Han, sebaiknya kamu segera kesini sekarang juga." ucap pak direktur.

"Baik. Saya akan segera kesana." jawab Si Han sambil melangkah meninggalkan ruang direktur utama.

Disisi lain, Wei Wei yang baru saja keluar dari kantor asisten direktur itu pun tersentak kaget seperti mendengar suara nada dering yang mirip dengan mantannya.

"Aku seperti mendengar suara nada dering Si Han." gumam Wei Wei sambil melirik ke kanan dan kekiri.

"Bagaimana mungkin Si Han ada disini. Aku salah salah dengar. Sebaiknya aku kekantor Zhi Yang dan menyerahkan laporan ini." gumam Wei Wei sambil melangkah ke kantor suaminya.

Tok.. tok.. tok... Suara ketukan pintu.

"Masuk." ucap pemuda berambut kuning itu.

Wei Wei pun membuka pintu itu dan berkata "Bos, ini ada beberapa kontrak yang perlu di tanda tangani."

"Kemarilah." ucap pemuda itu menyuruh istrinya mendekat.

Wei Wei pun melangkah ke arah pemuda itu. Laporan itu pun di letakannya di atas meja suaminya.

Pemuda itu pun langsung menarik tangan Wei Wei agar Wei Wei lebih mendekat kearahnya. Diangkatnya dagu Wei Wei sedikit keatas kemudian ia pun mencium istrinya. Sambil berbisik sedikit "Mari kita lanjutkan yang di mobil tadi."

"Zhi Yang.... Kita... kita ada di tempat kerja." ucap Wei Wei sambil memalingkan wajahnya.

"Bukankah waktu di mobil tadi kamu menikmatinya?" tanya Pemuda itu menggoda.

Wajah Wei Wei pun memerah. Ia malu sekali, tidak berani menatap wajah pemuda itu.

Pemuda itu pun melangkah maju sehingga Wei Wei pun dengan otomatis melangkah mundur menghindari pemuda itu.

Pemuda itu tetap melangkah maju. Selangkah demi selangkah. Ketika Wei Wei ingin mundur lagi, ia baru sadar bahwa dibelakang dirinya ada tembok yang artinya ia tidak bisa lagi mundur.

Pemuda itu pun meletakan tangannya di tembok sehingga tatapan matanya hanya tertuju pada istrinya, Wei Wei.

Wei Wei pun gelisah. Ia melihat ke samping untuk mencari celah kabur. Pada saat ia ingin kabur, tangan pemuda itu pun segera di letakannya ke tembok.

Kedua tangan pemuda itu menyebabkan Wei Wei tidak bisa kabur dan hanya bisa beradu pandang saja.

Pemuda itu pun meletakan kaki kananya di tengah. Sehingga posisi kaki kanannyya sekarang sudah berada di antara kaki Wei Wei.

Tanpa sadar, junior Pemuda itu menonjol sedikit sehingga terasa oleh kedua kaki Wei Wei.

"Oh adik kecilku ini belum saatnya. Kenapa kamu sudah bereaksi di bawah sana." gumam pemuda itu dalam hati sambil merilik juniornya.

Wei Wei termenung dan menatap sayu junior pemuda itu dengan keadaan tidak berdaya.

Dengan hati-hati Wei Wei menggeser tubuhnya, namun nasnya malah terjadi gesekan yang membuat pemuda itu mendesah.

"Ahhh.... "

Pemuda itu mendesah saat merasakan juniornya terasa terjepit.

Wei Wei memejamkan matanya tak di pungkiri ia merasakan sengatan listrik yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Mendengar desahan pemuda itu, menurut Wei Wei rasnya sangat lucu sekali sehingga ia pun tersenyum tipis.

Melihat ekspresi istrinya yang tersenyum itu, pemuda itu menjadi malu karena desahannya tadi.

Ia pun menatap sayu istrinya dan berkata "Apakah kamu senang menyiksa juniorku?"

Wei Wei tidak bisa berkata apapun.

Pemuda itu melanjutkan "Jika kamu yang memulainya maka kamu harus mengakhirinya!"

Pemuda itu pun melumat bibir istrinya dengan agresif. Sehingga secara spontan Wei Wei mengeliat menolak ciuman itu.

Tapi pemuda itu justru meletakan tangannya di paha Wei Wei dan perlahan di angkatnya rok itu.

Tangan pemuda itu perlahan merayap ke atas. Di sisi lain pemuda mengigit bibir Wei Wei meskipun cara ini sedikit agresif, ia tahu bahwa dengan cara ini istrinya pasti akan membuka mulutnya. Dan benar Wei Wei membuka mulutnya karena merasa kesakitan.

Tanpa basa basi, pemuda itu langsung melumat bibir Wei Wei dan memainkan lidahnya di dalam mulut Wei Wei.

Pemuda itu mendesakan kaki kanannya yang dihampit oleh kaki Wei Wei tadi sedikit keatas sehingga menyentuh area intim istrinya.

Wei Wei pun mengeluh "Ugghhh... "

Segerahlah Wei Wei mendorong bidang pemuda itu sehingga ciuman tadi pun berakhir dengan air liur yang saling menempel.

"Zhi Yang, ini... ini sedang di tempat kerja." ucap Wei Wei malu dengan wajah yang masih merah itu.

"Aku tidak peduli. Toh tidak akan ada orang yang berani masuk tanpa ijin dari ku." jawab pemuda itu santai.

Wei Wei pun segera melanjutkan perkataannya "Zhi yang bukankah kamu bilang akan menungguku ketika aku sudah siap? Tapi kenapa kini kamu... ?"

Pemuda itu pun merasa bersalah. Ia pun segera menjawab istrinya "Maaf, aku tidak bisa mengontrol diriku tadi. Jika kamu ingin marah silahkan saja. Karena ini memang salahku."

"Tidak. Aku tidak marah. Aku tahu kamu sudah bersabar selama ini. Kamu hanya mengikuti nalurimu sebagai seorang pria. Aku tahu itu. Aku yang egois tidak memikirkanmu. Maafkan aku Zhi Yang." ucap WeiWei dengan mata sayunya.

Pandangan sayu istrinya itu melelehkan hati pemuda itu. Ia pun segera mencari alasan lain untuk mengalihkan pandangan istrinya dengan menatap jam tangannya sambil berkta "Apa yang ingin kamu makan setelah pulang kerja?"

"Bubur kepiting!" ucap Wei Wei bersemangat sekali.

"Ok, Ayo mari kita pulang dan memasak." ucap pemuda itu sambil merangkulkan tangannya di pundak istrinya.

"Err.. Bukankah ini agak berlebihan. Bagaimana jika mereka salah paham?" ucap WeiWei panik.

"Salah paham!? Bukankah itu bagus. Biar tidak ada lagi pria yang berani mendekatimu. Kamu hanya milikku. Mengerti?" ucap pemuda itu.

"Jika kamu begini mana ada pria lain yang berani mendekatiku. Huh... " balas Wei Wei kesal.

Pemuda itu hanya tersenyum tipis melihat istrinya yang sedang kesal itu.

Mereka pun melangkah ke luar pintu dan mengarah ke lift.

Ketika lift sudah terbuka mereka pun masuk ke dalam lift. Di dalam lift pemuda itu pun menekan tombol lift lantai dasar.

Pemuda itu pun berkata "Aku ingin kamu pergi ke rumah lamaku bersamaku. Untuk bertemu dengan orang tua ku."

"Ehhh!!???" gumam Wei Wei kaget.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya WeiWei.

"Kita kan sudah menikah. Bukankah menantu harus memberikan salam kepada mertuanya?" balas pemuda itu.

"Iya... Itu aku tahu. Tapi... tapi... aku masih belum siap. Aku takut bertemu dengan keluargamu." jawab Wei Wei sambil menundukkan kepalanya sedikit.

"Tenang saja. Bukankah kamu sudah bertemu dengan ibuku? Dia bahkan sangat menyukaimu. Kurasa ayah dan adikku pasti akan menyukaimu juga." ucap Pemuda itu sambil mengelus-ngelus kepala istrinya.

"Errr.. Tapi... " belum sempat Wei Wei menyelesaikan perkataannya pintu lift pun sedah terbuka.

"Sudah, kita lanjutkan di rumah saja. Ya, sayang?" ucap pemuda itu.

"Hmm... Baiklah." jawab Wei Wei.

Mereka pun melangkah keluar lift dan mengarah ke pintu utama. Meskipun banyak karyawam yang memandangi kemesraan mereka. Mereka pun tidak memperdulikan itu dan tetap melanjutkan langkahnya.

Sesampainya di depan pintu utama, pemuda itu pun melangkah ke arah mobilnya. Di bukakannya pintu mobil itu dan mempersilahlan istrinya masuk.

Wei Wei pun masuk kedalam mobil itu. Kemudian pemuda itu pun menarik sabuk pengaman dan memasangkannya ke Wei Wei.

Pemuda itu pun menutup pintu mobil dan menyetir mobilnya pulang ke rumah.

Selama perjalanan Wei Wei tidak berkata apa pun. Ia hanya diam dan duduk manis agar tidak mengganggu konsentrasi mengemudi suaminya.

***

Bersambung...

avataravatar
Next chapter