11 Chapter 11 Pertemuan pertamaku dengan mertua

Xia Qing Li merupakan seorang pengusaha perihasan sekaligus ibu dari Li Zhi Yang datang ke gedung tersebut untuk melihat menantunya.

Pengemudi supir pribadi Keluarga Li membukakan pintu mobil itu untuk nyonyanya. Xia Qing Li pun turun dari mobil dengan anggun dan beribawa.

"Jadi di sini menantuku berada." gumam Xia Qing Li sambil melangkah masuk ke dalam gedung itu.

Di sisi lain, Pemuda itu pun bersembunyi dibalik tembok sambil melihat Wei Wei dan Ibunya dari kejauhan.

Wei Wei adalah seorang resepsionist di Perusahaan XX, tiba-tiba saja melihat seorang wanita cantik yang mengenakan gaun mewah berwarna merah yang sedang menatapnya dari kejauhan.

"Err... Nyonya, apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?" tanya Wei Wei dengan sopan.

Xia Qing Li sekali lihat saja sudah tahu bahwa ia adalah menantunya. Matanya berbinar-binar menandakan bahwa ia menyukai menantunya. Ia pun melangkah dengan cepat sambil mengambil gelang giok yang ada di tasnya. Lalu di pasangkanlah gelang itu ke pergelangan tangan menantunya.

"Ini adalah gelang giok terbaik di toko kami. Cobalah!" ucap Xia Qing Li yang sedang memasangkan giok di pergelangan tangan WeibWei.

Wei Wei tersentak kaget. Ia bahkan tidak mengenali wanita ini tapi wanita ini seperti mengenalinya bahkan memasangkan gelang giok terbaik di pergelangan tangannya.

Xia Qing Li tahu bahwa Wei Wei kaget dan kebingungan. Ia pun segera menjelaskannya "Wei Wei, aku adalah ibunya Zhi Yang. Zhi yang sangat bodoh. Dia bahkan tidak membicarakan tentang pernikahannya pada kami. Pernikahan seperti apa yang kamu mau? Kita seharusnya memesan gaun secepatnya. Jangan sampai perutmu terlihat.."

Wei Wei semakin bingung lagi karena ditambah dengan ucapan ibunya Zhi Yang.

Wei Wei pun menyedihkan secangkir teh hangat dan diberikannya kepada wanita itu.

Xia Qing Li pun duduk di sebelah Wei Wei sambil melipatkan kakinya seperti Nyonya terhormat dan menikmati seduhan teh itu.

Wei Wei gugup sekali ia hanya bisa bergumam "Tidak.. tidak bisa berkonsentrasi sama sekali."

Tak lama kemudian, Hp Wei Wei begetar di kantong. Ia pun mengeluarkan Hpnya dari kantong, kemudian dilihatnya ada pesan masuk. Pesan itu berasal dari Zhi Yang. Segeralah ia membuka dan membaca pesan itu.

Isi Pesan : Wei Wei, jangan panik dan gugup. Aku sudah memesan tempat makan siang di restoran seberang. Kita akan makan siang bersama.

Wei Wei pun mengetik kan pesan itu dengan cepat "Li Zhi Yang, dasar bodoh! Kenapa ibumu ada disini!? Apakah kau sedang bercanda!? " lalu ia pun mengirimkan pesan itu.

Pemuda itu mengaruk-garuk kepalanya sambil bergumam "Hmm.. Ibu bertindak cepat. Ia berjumpa dengan Wei Wei duluan. Sialan!"

"Hmm kalau begitu aku kirim pesan kasih ibu saja." gumam pemuda itu lagi. 

Hp Xiang Qing Li oun bergetar di dalam tasnya. Ia pun mengeluarkan hpnya itu kemudian dilihatnya pesan dari anak keduanya. Segeralah ia membuka dan membaca pesan itu.

Isi pesan : "Ibu, ajak menantu ibu makan siang dong. Aku tunggu di restoran seberang."

Melihat pesan itu, Xia Qing Li pun tersenyum dan membalas pesan itu dengan singkat.

Balas : "Ok, nak."

Pemuda itu pun segera ke restoran seberang menunggu istri dan ibunya datang.

Dilain sisi, Xia Qing Li merangkul pundak Wei Wei sambil berkata "Ini sudah waktunya makan siang!  Ayo makan siang dengan Zhi Yang!"

Mereka pun bersama pergi ke Restaurant seberang. Tapi ekspresi Wei Wei masih gugup dan kelihatan seperti tidak enak badan.

Sesampainya di Restauran seberang....

"Eh, kamu sudah sampai disini duluan, nak." ucap Xia Qing Li yang sudah tahu bahwa anaknya sudah ada disini.

Pemuda itu menatap Wei Wei dengan lembut tapi Wei Wei tidak merespon dan hanya menundukkan kepalanya dari tadi.

Melihat ekspresi Wei Wei yang muring itu, Xia Qing Li pun bergumam "Raut wajah Wei Wei kelihatan tidak baik, kalau begitu aku biarkan anakku yang membujuknya saja."

"Kamu dan Zhi Yang pergi makan duluan, aku ingin menyapa seseorang uang kukenal dulu." ucap Xia Qing Li sambil melangkah ke tempat lain.

Mereka pun duduk dan berbincang sambil menunggu kudapan datang.

"Apa kamu tidak senang? Kenapa? Apakah ibuku membuatmu tidak nyaman?" tanya pemuda itu heran.

"Zhi Yang, gelang pemberian ibumu ini terlalu berharga. Aku tidak bisa menerimanya." ucap Wei Wei.

"Gelang itu terlihat bagus padamu. Ibuku adalah pemilik sekaligus pengusaha toko perhiasan. Dia memberikan gelang ini padamu karena dia menyukaimu. Jika kamu tidak menyukai gelang ini, kembalikam saja padanya."  jawab Pemuda itu.

Mendengar ucapan tersebut, Wei Wei kesal. Ia bergumam dalam hati "Jika aku bisa mengembalikannya sendiri, aku tidak akan meminta bantuanmu!"

Tak lama kemudian, Ibu Li Zhi Yang pun datang menghampiri mereka.

"Maaf membuat kalian menunggu, aku sudah meminta pelayan untuk menyajikan hidangannya." Ucap Xia Qing Li.

"Kenapa menantuku ini terlihat tidak senang? Apakah kau mengusiknya, Zhi Yang?" tanya Xia Qing Li sambil menatap tajam ke arah Zhi Yang seakan ingin melahap anaknya sendiri.

Pemuda itu pun kesal mendengar ucapan ibunya sendiri. Segeralah Wei Wei menjawab "Tidak, aku hanya bercanda dengannya."

"Hmmm.... " gumam Xia Qing Li.

Tak lama kemudian hidangan pun datang.

"Terima kasih." ucap Xia Qing Li kepada pelayan itu.

"Hati-hati ini panas." ucap Pelayan itu sambil meletakkan hidangannya.

Makanan yang dihidangkan sangat mewah dan enak.

Mata Wei Wei berbinar-binar menatap hidangan yang lezat ini.

Pemuda itu pun membungkuskan iga-iga itu dengan salad dan memberikannya ke Wei Wei.

"Aku sudah membungkusnya untukmu. Makanlah." ucap pemuda itu sambil memberikan iga-iga yang telah dibungkus dengan salad itu.

"Terima kasih. Aku bisa melakukannya sendiri." ucap Wei Wei sambil menerima iga-iga yang telah dibungkus itu.

Adegan tersebut disaksikan oleh Xia Qing Li. Ia pun menatap ke arah Zhi Yang dan bergumam "Anak ini sudah benar-benar jatuh cinta. Tidak biasanya ia bersikap seperti ini terhadap seorang gadis. Tapi gadis ini.... "

Kring.. Kring...Tiba-tiba saja suara handphone Wei Wei berdering.

"Maaf aku harus menjawab panggilan ini." ucap Wei Wei sambil meminta izin terlebih dahulu. 

"Tak apa-apa. Angkatlah." ucap Xia Qing Li yang mempersilahkan Wei Wei untuk menjawab panggilan tersebut.

"Wei Wei bisa kah kamu kembali ke perusahaan sekarang? Ada urusan yang sangat mendesak." ucap operator perusahaan.

"Ah, maaf. Aku akan segera kembali sekarang. Tunggulah sebentar." ucap WeiWei lalu mematikan teleponnya.

"Permisi, ada sesuatu yang terjadi di perusahaan. Aku harus kembali secepatnya." ucap Wei Wei kepada Ibu Zhi Yang.

"Tidak apa-apa, pekerkaan lebih penting." ucap Xia Qing Li sbil tersenyum lembut.

"Aku akan mengantarmu. " ucap pemuda itu.

"Tidak perlu, aku bisa berjalan kaki saja. Lagi pula, perusahaan ku hanya diseberang restoran ini. Jadi, tidak perlu repot-repot." ucap WeiWei.

"Kalau begitu aku akan menjemputmu malam ini." lanjut pemuda itu.

"Baiklah." ucap Wei Wei sambil meninggalkan mereka dan pergi ke perusahaannya.

Melihat ekspresi anak keduanya yang sangat perhatian kepada menantunya itu sedangkan Wei Wei tidak begitu perhatian kepada anaknya, Xia Qing Li pun berkata "Anak nakal, jujurlah padaku. Apakah kamu memaksa Wei Wei untuk menikah denganmu?"

Jlebb... Pemuda itu seketika terkulai lemas mendengar perkataan ibunya. Ia pun bergumam dalam hati "Bagaimana.... bagaimana kamu bisa mengatakan ini. Apakah aku benar-benar anakmu?"

"Wei Wei adalah perempuan yang baik, tetapi dia belum mencintaimu. Kamu harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan cintanya, tapi jangan terlalu berlebihan. Kamu bisa membawa seekor kuda ke tepian sungai tapi kamu tidak bisa membuatnya minum." ucap Xia Qing Li serius.

"Ya, sudah aku pulang dulu. Kamu jangan lupa untuk pergi kerja. Bila kamu tidak masuk kerja, kamu tahu kan nanti ayahmu ngomel-ngomel lagi." ucap Xia Qing Li sambil beranjak berdiri dan meninggalkan ZhiYang seorang diri.

Mendengar ucapan ibunya tadi, pemuda itu sedikit jengkel

"Wei Wei adalah perempuan yang baik, tetapi dia belum mencintaimu. Kamu harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan cintanya, tapi jangan terlalu berlebihan. Kamu bisa membawa seekor kuda ke tepian sungai tapi kamu tidak bisa membuatnya minum." ucapan ibunya tadi.

"Huh.. Kenapa aku kepikiran ucapan ibu terus. Lebih baik aku pergi bekerja sekarang dari pada memikirkan ucapan ibu terus." gumam Pemuda itu.

***

Bersambung...

avataravatar
Next chapter