10 Chapter 10 Gigitan manis

Matahari bersinar cerah dipagi hari menampakkan cahaya hangatnya yang menembus ke dalam jendela.

Wei Wei pun bangkit dari tidurnya. Perlahan ia pun membuka matanya. Hoaamm..

Tiba-tiba saja, Pemuda itu mendekap Wei Wei dan menarik Wei Wei. Hingga Wei Wei pun terbaring kembali ke tempat tidur.

"Kyyyaaaa..!!!" teriak Wei Wei kaget.

Pemuda itu pun mendekatkan wajahnya kemudian memberikan sebuah kecupan lembut di kening Wei Wei dan berkata "Selamat pagi, Istriku."

"Pa..... Pa-gi." ucap Wei Wei terbatah-batah karena kaget.

Pemuda itu meletakkan tangannya di paha Wei Wei. Kemudian perlahan merayap naik dan hendak membuka baju Wei Wei.

"Apa yang kamu lakukan, Zhi Yang?" tanya Wei Wei kaget karena rabaan itu susah merayap keatas.

"Menurutmu? Kita belum melakukan apapun semalam." ucap pemuda itu sambil melanjutkan aksinya.

Detak jantung Wei Wei seketika menjadi cepat. Rabaan itu sudah merayap hingga ke pusar Wei Wei. Jari jemari pemuda itu memainkan pusar Wei Wei dengan lembut sehingga membuat Wei Wei mendesah seketika.

Secepatnya Wei Wei mendorong bidang pemuda itu dan turun dari ranjang. Ia pun segera berlari ke arah kamar mandi.

Disisi lain, pemuda itu masih terbarimg di ranjang dan memandang Wei Wei dengan tatapan tajam seperti seekor rubah licik yang ingin melahap mangsanya. Ia pun bergumam dalam hati "Kamu pikir kamu bisa kabur dariku?"

Di kamar mandi...

Wei Wei pun mengunci pintu kanar mandi. Ia menatap dirinya di kaca kamar mandi itu dan bergumam "Huh, hampir saja. Jika tidak cepat-cepat kabur bisa gawat nanti."

Wei Wei pun melepaskam bajunya. Di putar shower yang berada di sampingnya itu. Air pun membasahi tubuh Wei Wei. Mulai dari rambut kemudian mengalir melewati belahan dada yang mengumpal itu hingga terjun kebawah.

Beberapa menit kemudian...

Wei Wei pun menutupi dirinya dengan sehelai handuk tipis sehingga membentuk belahan yang cukup lebar dan menampakkan gumpalan daging yang agak nenonjol sebagian.

Kemudian Wei Wei pun membuka pintu kamar mandi. Dilihatnya pemuda itu sudah berdiri dihadapan pintu kamar mandi tersebut dan menunggu untuk masuk.

Pemuda itu menatapi tubuh Wei Wei cukup lama. Ia melihat keindahan di balik sehelai handuk tipis itu. Sebagian gumpalan daging menonjol dan memberi keindahan tersendiri. Tetasan air sesudah mandi itu perlahan mengalir menuju gumpalan daging yang menonjol itu. Seketika pemuda itu pun menelan ludahnya.

"Zhi Yang! Apa yang kamu lihat!? Kamu... kamu mesum sekali!" ucap Wei Wei panik sambil menutup gumpalan daging yang menonjol itu.

Pemuda itu pun segera mengalihkan perhatiannya dengan menggoda Wei Wei yang pemalu itu.

"Kenapa kamu mandi sendiri? Sebagai seorang istri seharusnya menemani suaminya mandi bukan?" ucap pemuda itu sambil mendekat kearah Wei Wei.

"Zhi Yang, kamu.. kamu kan sudah besar." ucap Wei Wei sambil memalingkan wajahnya karena malu.

"Eh..? Besar? Apanya yang besar?" tanya Pemuda itu sambil tersenyum licik.

Wei Wei kehabisan kata-kata. Ia ingin mengatakan yang di maksud besar itu artinya bukan anak kecil lagi. Tapi kata-kata itu sulit diucapkannya keluar.

Pemuda itu pun mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Wei Wei "Kenapa wajahmu merah sekali sayang? Kamu memikirkan hal-hal yang aneh ya?" tanya pemuda itu lagi.

Karena tidak ada respon dari istrinya. Ia pun mulai menggoda Wei Wei melalui aksinya.

Pemuda itu pun mengecup daun telinga Wei Wei dengan perlahan. Kemudian ia menjulurkan lidahnya sedikit dan mengecap rasanya sebanyak mungkin. Lalu pemuda itu pun mengigit daun telinga Wei Wei dengan lembut.

Wei Wei tetap juga tidak memberi respon apapun. Yang ada telinga dan wajahnya semakin merah. Karena wajahnya sudah sangat merah itu menandakan bahwa istrinya sangat menikmatinya tetapi ia merasa malu untuk mengungkapkannya. Tanpa basa-basi lagi kecupan pemuda itu pun merayap ke leher Wei Wei. Pemuda itu mengecup, menyesap, serta memberikan gigitan manis sebagai tanda kepemilikan di leher istrinya.

Dengan wajah yang sangat merah itu secepatnya Wei Wei mendorong bidang pemuda itu dan berlari ke dalam kamar meninggalkan pemuda itu sedangkan pemuda itu hanya tertawa terkikik sambil memandangi istrinya kabur.

Di dalam kamar...

Wei Wei pun segera menutup pintu kamar itu dan bergumam seorang diri. "Lu WeiWei kamu harus kuat dengan cobaan ini. Kamu harus tahan. Jangan sampai si rubah licik itu menembus pertahananmu."

Wei Wei pun melangkah menuju lemari. Di bukanya lemari itu dan diambilnya pakaiannya. Lalu ia pun mengenakan pakaian yang diambilnya tadi dan segera pergi ke halte.

Beberapa menit kemudian...

Li Zhi Yang yang sudah selesai mandi itu pun melangkah menuju ke kamarnya. Ia sudah tidak sabar ingin melihat istrinya meski hanya baru ditinggal beberapa menit saja. Tapi, seketika rasa semangat itu pun hilang karena istrinya kabur lagi.

"Lu Wei Wei, kamu mau kabur kemana lagi." gumam pemuda itu dengan tatapan tajam yang segera ingin melahap Wei Wei.

Segeralah pemuda itu mengenakan pakaiannya dan bergegas mengejar istrinya.

Di depan halte itu, pemuda itu melihat istrinya sedang berdiri dan menunggu bus. Lalu ia pun mendekatkan mobilnya di hadapan istrinya kemudian membuka kaca mobil dan berkata "Kenapa kamu terburu-buru keluar sendiri? Aku akan mengantarmu."

"Kamu pergi saja duluan. Bus terasa lebih nyaman." jawab Wei Wei.

"Masuk ke mobil sebelum aku menyeretmu masuk!" ucap pemuda itu jengkel.

Dengan wajah yang masam, Wei Wei pun menuruti ucapan pemuda itu dan masuk ke mobil. Karena pemuda itu mendekat, WeiWei jadi panik. Ia pun mengeliat seperti anak kecil.

"Sayang, jangan bergerak. Atau aku akanengikatmu dengan savuk ini." ucap pemuda itu sambil memasangkan sabuk pengaman di samping Wei Wei.

Wei Wei pun terdiam dan tidak mengeliat lagi. Tapi tiba-tiba saja tercium aroma yang dikenalinya dari tubuh pemuda itu. Ia pun bergumam dalam hati "Kenapa aku merasa pernah mencium aroma ini di suatu tempat sebelumnya."

Karena merasa heran ia pun bertanya kepada pemuda itu.

"Li Zhi Yang, aroma sabun mandi apa yang kamu kenakan?"

"Lemon, ini aroma yang umum. Kenapa?" ucap Pemuda itu.

Wei Wei pun mengingat kejadian hari itu. Kejadian dimana ia tidur dengan seorang pria. Lalu ia pun bergumam lagi dalam hati.

"Aroma pria malam itu, sama persis dengan ini juga."

Karena sangking penasarannya, Wei Wei pun memberanikan dirinya untuk bertanya "Hari itu..... "

Tin.. Tin... Tin... Suara klakson mobil di belakang.

"Hey!! Ayo jalan!" bentak pengemudi lain.

Belum sempat Wei Wei menyelesaikan perkataannya, suara klakson mobil dan bentakan orang lain pun memotong perkataanya.

"Orang di belakang kita membunyikan klakson. Kita bicarakan nanti." ucap pemuda itu sambil mengelus-ngelus kepala Wei Wei.

"Oke... " jawab Wei Wei agak merasa kecewa.

"Aku akan antarkan kamu ke kampus terlebih dahalu." ucap Pemuda itu sambil mengemudikan mobilnya.

Wei Wei hanya terdiam. Rasa penasarannya menumpuk. Ingin sekali dia bertanya tapi tidak bisa. Ia menundukkan sedikit kepalanya sambil bergumam dalam hati "Jika dia adalah pria itu maka itu hal baik, tapi jika bukan aku akan merasa sangat bersalah kepadanya."

Sesampainya di Universitas Keuangan (UK).....

Wei Wei pun membuka pintu mobilnya sendiri dan turun dari mobil. Sebelum ia pergi oemuda itu berkata "Aku akan pulang di persimpangan jalan di depan nanti. Kamu... "

Belum sempat pemuda itu menyelesaikan perkataannya, Wei Wei memotong "Bagus. Aku akan pulang sendiri malam ini. Jangan jemput aku. Selamat tinggal."

Wei Wei pun menutup pintu mobil dan bergegas melangkah masuk ke UK.

"Dasar istri yang tidak berperasaan. Bukannya memberikan kecupan dulu pada suaminya. Tapi ini main pergi aja. Huh." gumam pemuda itu kesal.

"Kelihatannya bensinku sudah mau habis. Harus ke pom bensin terlebih dahulu." ucap Pemuda itu sambil memutar balik mobilnya.

Pemuda itu tersentak kaget saat melihat kaca spion mobilnya. Ia melihat Wei Wei naik ke dalam bus yang sedang berhenti itu.

"Bukannya dia ada kelas? Kenapa dia naik bus itu? Hmm... sebaiknya kuikuti diam-diam saja." gumam pemuda itu sambil menatap kaca spion mobilnya.

Pemuda itu mengikuti bus itu dari belakang. Ketika bus itu berhenti, pemuda itu pun menghentikam mobilnya dan memandang Wei Wei yang keluar dari bus lalu melangkah masuk ke dalam gedung besar itu.

"Apa yang dia lakukan di dalam gedung itu?" ucap pemuda itu heran.

Karena rasa penasaran, pemuda itu pun memutuskan untuk menghubungi Yang Long (asisten pribadinya).

"Hei, Yang Long. Carikan informasi tentang Lu Wei Wei untukku." ucap pwmuda itu di telepon.

"Ok, Tuan Muda. Saya akan segera.... "

Belum sempat Yang Long menyelesaikan perkataannya sudah ada panggilan masuk lainnya.

Pemuda itu pun tersentak kagt karena panggilan yang baru masuk itu adalah ibunya sendiri. Mau tidak mau ia pun harus mengangkat panggilan itu.

"Anak nakal! Beraninya kamu menikah tanpa bilang terlebih dahulu padaku! Aku bahkan tidak tahu asrama mana menantuku tinggal." bentak Xia Qing Li di telepon.

"Ibu! Jangan sembarangan! Wei Wei sedang tidak ada di kampus sekarang! Meskipun aku tidak tahu mengapa..... "

Belum sempat pemuda itu menyelesaikan perkataannya, sang ibu sudah mematikan teleponnya.

"Apa!!! Dia menutup teleponku untuk pertama kalinya... Tidak ada yang salah, istri adalah yang terpenting." gumam pemuda itu sambil membuka pintu mobil dan turun menyusul istrinya.

Disisi lain...

"Cepat siapkan mobilku! Tidak peduli apa yang dilakukan anak ini! Aku akan mencari tahu sendiri!" bentak Xia Qing Li.

"Baik Nyonya." jawab Kepala Pelayan Keluarga Li.

***

avataravatar
Next chapter