1 PROLOG

.

Bagi orang di sekitarnya, Narel adalah kesempurnaan. Seakan semua hal baik memang digariskan untuknya. Kemenangan, kejayaan, dan segala mimpi yang nyata adalah miliknya seorang diri. Tapi Narel adalah sang hitam. Gelap tanpa warna yang tak pernah mengerti pada permainan takdir yang ia terima.

Luka masa lalu, membuatnya harus tertatih sendirian di sini. Papa dan kakaknya bersama benci dan abai, meninggalkan ia yang malang. Mereka sudah berjalan terlalu jauh. Jauh sekali. Sedang kakinya yang terluka sudah tak mampu lagi mengimbangi.

.

Narel adalah marah tanpa ledak. Luka tanpa darah dan perih tanpa reda. Rasa cintanya pada rasa sakit membuatnya tak mampu rehat dari lara. Hingga semua yang ada padanya hanya semu dan palsu. Mimpinya sederhana, amat sederhana. Namun entah mengapa, semuanya tamapk terlalu sulit untuk menjadi nyata.

"Cukup, Ma. Narel nggak bisa lagi,"

Narel tidak pernah pergi. Ia masih dan selalu di sini bersama serangan panik yang menghantuinya kapanpun.

"Bertahan sebentar lagi, Narel. Mereka semua akan mengerti,"

avataravatar
Next chapter