1 1. Kayla Zeline

Tangan halusnya meraba bagian depan benda yang berada di atas pangkuannya, tertulis dua nama yang paling ia kenal, nama orang-orang yang paling berharga dalam hidupnya.

Ia kembali mengingat potongan-potongan kisah yang pernah terjadi didalam hidupnya.

"Sudah lima tahun berlalu ternyata" sembari meletakkan amplop tersebut di atas meja.

💙💙💙

Delapan tahun yang lalu.

Seorang gadis berjalan menyusuri lapangan basket di sekolah barunya. Ia bersenandung kecil sembari memegang papan nama miliknya dan kemudian menuju kelas yang seharusnya ia tempati.

Tatapan aneh mulai menghujaminya, ia telat, 25 menit dari yang seharusnya, lebih parah lagi ia adalah anak yang tak ikut MOS dua hari berturut-turut.

Seorang kakak kelas menghampirinya, buku absend setia berada ditangan kirinya. Ia terlihat amat kelelahan dengan seragam sekolah yang sudah dipenuhi dengan peluh.

"Kayla Zeline kan?" tanyanya sembari menyeka keringat didahinya.

"Iya kak" ia melontarkan senyuman miliknya. Kakak yang berbicara padanya kemudian membalikkan badannya, menghadap kepada seluruh penghuni kelas.

"Oke semua! sekarang kita kedatangan temen baru, namanya Kayla, gua harap lu semua bisa akrab, mungkin harusnya dia yang ngenalin dirinya sendiri nanti, sekarang gua dah cape, bel juga udah bunyi. Oh iya, satu lagi, mumpung hari ini MOS terakhir, kalian boleh ngelakuin apapun!" Ia berbicara dengan sangat tergesa-gesa lalu terburu-buru untuk keluar dari kelas tersebut,

Kayla tanpa diperintahkan segera mengambil posisi kedua dari belakang, karena posisi terbelakang terlalu ironi untuknya.

Ia meletakkan tas ranselnya di bangku, lalu mengeluarkan hp dari sakunya.

"Hai," seseorang yang duduk disebelahnya menyapanya.

Dengan sikap malu-malunya, Kayla menatap orang yang menyapanya.

"Oh, hai juga" keadaan kembali hening seperti semula.

"Emm, gue Alin" orang tersebut menyodorkan tangannya.

"Hai Alin, gue Kayla, semoga kita bisa cepet akrab ya" ia meraih tangan milik Alin, teman sebangkunya.

"Lo mau keluar nggak? Gue mau ketemu om gue di ruang guru, mau minta duit hehe" ia membereskan buku di atas mejanya dan kemudian berdiri.

Kayla yang melihatnya melakukan hal yang sama, mereka kemudian berjalan keluar dari kelas dan menuju ke ruang guru.

"Btw nyokap gue juga guru disini" ia menunjuk seorang guru menggunakan dagu miliknya.

"Oh bu Santi, kemaren udah masuk kelas, ngisi Bahasa Inggris. Berarti lo pintar dong?" Alin membuka pintu ruang guru dengan perlahan-lahan.

Setelah Alin menyelesaikan tujuannya, ia keluar dari dalam ruangan, menarik Kayla dan mengajaknya ke kantin.

"Gue bisa sih, dikit-dikit. Kadang suka malu kalo ditanya kayak gini, kasian nyokap gue, anaknya guru Bahasa Inggris malah bego" mereka berdua tertawa dan kemudian mulai akrab satu sama lain.

💙💙💙

Sudah seminggu semenjak sekolah, namun Kayla hanya akrab pada teman sebangkunya Alin, Ia bukan tipe orang yang easy going, Ia lebih suka jika memiliki teman lebih sedikit, karna takkan ada masalah yang banyak. Itulah yang selalu ia pikirkan.

Saat ini mereka tengah duduk dikelas tetap, kelas yang akan mereka tempati untuk tiga tahun kedepan, mereka merasa sama saja, tak ada yang berubah, teman-teman yang satu kelas MOS dengan mereka juga rata-rata mengambil IPS itulah mengapa dikelas ini ada 98% wajah-wajah yang mereka kenal.

Di kelas mereka karena merupakan bangunan yang baru dibangun, banyak anak-anak yang tak kebagian kursi, itulah mengapa saati ini Kayla dan Alin sedang menuruni tangga untuk mendapatkan kursi baru.

Mereka berdua mendapat kursi paling bagus, wajar saja ada orang dalam yang membantu mereka untuk mendapatkannya.

"Eh anak keciiil, kalian berdua udah besar sekarang, ngambil apa?" tanya seorang guru fisika yang pastinya mengenal mereka berdua.

"IPS bu" jawab keduanya serempak.

"Yah ibu nggak ngajar kalian berarti, balik kelas lagi sana" Kayla langsung menurunkan kursi dari tangannya dan salim kepada guru tersebut, Alin juga melakukan hal yang sama.

Setelah selesai menyalimi guru mereka, Kayla kembali mengangkat kursi ketangannya. Ia menatap tangga dihadapannya dan menghela nafas panjang.

"Here we go again" ucapnya dalam hati.

"Lo yakin kita nggak bakal pindah-pindah kelas lagi?" ia mengangkat kursi tersebut ke atas dan meletakkannya di atas kepalanya.

"Om gue bilangnya nggak bakal lagi, kecuali kalo ada kasus gue atau lo yang meninggal jatoh kebawah" ia memperlihatkan senyum mengerikan.

Setelah sampai kelas, mereka berdua mengambil posisi yang sama, dua dari belakang alasannya msih sama karena yang terbelakang terlalu ironi.

Mereka melihat ada satu anak yang tak mereka kenali wajahnya, memasang muka yang terlihat sedang marah besar lalu mengambil tempat tepat dibelakang mereka.

Ia duduk sendiri, mungkin karena jumlah siswa kelas yang kelebihan atau mungkin ada yang belum masuk.

Kayla dan Alin hanya tatap-tatapan saja, mereka melihat anak tersebut sedang mengeluarkan tas kecil yang berisi banyak make up didalamnya.

Mereka berdua mencoba mengirimkan sinyal telepati karena mereka merasa bahwa suasana saat ini sangat awkward.

"Lo mau kenalan nggak sama dia?" Alin sedikit mencodongkan badannya agar apa yang ia katakan tidak dapat dengan mudah didengar oleh siapapun.

"Kenapa harus?" Kayla berusaha memelankan suaranya.

"Karena kita deket, dia pas banget ada dibelakang kita, lagian dia sendirian" Alin menaik turunkan kedua alis miliknya.

"Tapi kita juga gak akrab sama yang di depan" yang ia maksudkan adalah dua orang siswa yang berada dikelas mereka, yang duduk tepat didepan mereka berdua, Dhana dan Naufal.

"Siapa bilang? Lo ngomong sama mereka kemaren sepuluh menit" sudah jelas, jika berbicara lebih dari dua menit dengan Kayla itu sudah dikatakan akrab dengannya.

"Gimana?" sembari membenarkan dasi miliknya.

Mereka berdua kembali menghadap kebelakang, anak tersebut sudah selesai memoleskan make up diwajahnya.

Lalu, seperti yang sudah terjadi sebelumnya, Alinlah yang membuka percakapan terlebih dahulu.

"Hai," ucapnya kepada anak tersebut.

"Hai jugaaa" tak seperti kelihatannya, anak tersebut dapat dengan mudah di ajak bergaul dan mereka bertiga membicarakan banyak hal hari itu.

avataravatar