2 Bercinta Denganmu

Franz berjalan cepat menuju ke kamar hotel yang sempat ia tinggalkan beberapa menit yang lalu. Ia menatap wajah seorang pria yang kini membopong wanita yang sempat ia bawa. Ada tatapan benci dan penuh emosi di dalam hatinya. Giginya menggertak dengan kepalan tangan yang hampir memutih. Tidak pernah terbayangkan kalau ia akan sial malam itu.

"Apa yang kau lakukan pada wanitaku!" umpat pria itu kesal. Wajahnya memerah dengan mata membulat lebar.

Franz menatap wajah wanita itu sekilas sebelum tertawa kecil. Ingin sekali ia mendaratkan satu pukulan, Jika saja tubuh Nona tidak ada di dekat pria itu. Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan senyum tipis, "Dia membencimu, Leon."

Franz cukup kenal dengan pria yang kini berdiri di hadapannya. Pria itu adalah saingan bisnisnya. Ia tidak menyangka kalau kini wanita yang ingin ia tiduri justru ada hubungannya dengan Leon. Musuh bebuyutannya sejak beberapa tahun yang lalu.

"Benci kau bilang? Dia istriku!" ucap Leon mantap. Ada senyum penuh kemenangan di sudut bibir Leon malam itu.

"Aku tidak kenal denganmu. Aku membencimu, Leon. Aku ingin kau menjauh dari hidupku. Bagaimana bisa kau bilang aku istrimu." Nona mulai mengeluarkan suara. Wanita itu juga berontak karena tidak suka ada di dalam dekapan Leon. Tangannya memukul-mukul tubuh Leon dengan wajah kesal dan emosi.

"Sayang, apa yang kau katakan. Maafkan aku karena sudah membuatmu marah," ucap Leon merayu. wajahnya mulai terlihat panik saat mendengar ocehan yang keluar dari mulut Nona.

Franz menghela napas saat melihat drama rumah tangga yang kini ada di depan matanya. Sorot matanya yang tajam memperhatikan Waren untuk menagih satu penjelasan. Ia tidak ingin memperpanjang masalah ini jika benar Nona adalah istri Franz. Sejak dulu, ia  memiliki prinsip untuk tidak tidur dengan wanita yang memiliki suami.

"Miss Nona memang sudah menikah, Tuan. Tapi sudah bercerai sekitar tiga tahun yang lalu," ucap Waren pelan.

Mendengar ucapan yang di katakan oleh Waren membuat kekuatan tersendiri bagi Franz. Malam ini  ia tidak ingin kalah lagi dari orang yang selalu menghalangi langkahnya tersebut. Secara perlahan Franz melangkah maju dan siap merebut wanita itu dari cengkraman musuhnya.

"Kau hanya mantan suaminya. Jangan bermimpi untuk kembali  padanya. Karena mulai malam ini  ia menjadi milikku," ujar Franz sambil menarik tangan Nona. Pria itu mendekap tubuh Nona dan tidak lagi memberi cela kepada yang lain untuk merebutnya.

"Kami saling mencintai dan akan bersama lagi. Sebaiknya kau mengaku kalah karena apapun yang kau inginkan tidak akan pernah kau dapatkan. Selama aku masih bernapas, Franz." Ada penekanan di dalam kalimat yang di ucapkan oleh Leon. Franz tahu kalau pria yang kini berdiri di hadapannya sudah di selimuti emosi yang memuncak.

Satu kebahagiaan tersendiri bagi Franz jika ia benar-benar berhasil merebut wanita yang diincar musuhnya tersebut. Tanpa mau terlalu lama berdebat, Franz membopong tubuh Nona. Meletakkannya di punggung lalu berjalan masuk ke dalam kamar.

"Berhenti, Franz!" teriak Leon dengan suara yang lantang.

Franz menghentikan langkah kakinya dengan satu ukiran senyuman licik, "Bereskan pria ini. Aku ingin bersenang-senang dengan wanitaku malam ini. Aku tidak suka ada pengganggu seperti dia di depan kamarku. Jika ia tidak mau pergi. Kau bisa meminta bantuan security untuk mengusirnya," ucap Franz sebelum menutup pintu kamar hotel tersebut. Dengan gerakan cepat ia kembali mengunci pintu kamar yang akan ia tiduri.

"Ok. tidak ada tawar-tawar lagi. Malam ini kau harus menjadi milikku, Nona manis. Sepertinya sekarang aku sudah menemukan kelemahan pria itu. Dengan memilikimu itu sama saja menyiksanya di luar sana." Tawa Franz pecah hingga memenuhi seisi kamar luas tersebut.

Franz menjatuhkan tubuh Nona di atas tempat tidur yang empuk. Kedua bola mata abu-abunya memperhatikan lekuk tubuh Nona yang memang sangat menggoda. Secara perlahan ia melepas jas hitam yang ia kenakan. Berlanjut ke dasi dan kemejanya hingga semua pakaian di tubuhnya terlepas. Tubuhnya sedikit membungkuk untuk melihat wajah wanita itu dari jarak yang cukup dekat.

"Kau memang wanita yang cukup cantik. Mungkin ini akan menjadi pengalaman pertamaku tidur dengan wanita Indonesia. Warna kulitmu ini seakan memiliki magnet untuk semua pria yang melihatnya." Franz memainkan jemarinya di dahi Nona. Jemarinya turun ke hidung hingga berhenti di bibir merah Nona.

"Apa yang akan kau ucapkan saat bangun besok pagi? Sepertinya akan ada drama yang sangat memekakan telinga esok pagi."

Franz melepas sepatu high heels yang di kenakan oleh Nona. Ia mulai melekatkan bibirnya di bibir Nona. Dengan hati-hati dengan penuh kesabaran ia membuka pakaian yang menutupi tubuh wanita itu.

"Kau sangat  indah, sayang," ucapnya gemas hingga giginya saling menggertak.

Franz semakin bersemangat melihat perlawanan yang di lakukan oleh Nona. Dari gaya wanita itu meresponnya sudah membuat Franz berpikiran kalau ia tidak lagi pria pertama bagi wanita yang kini ia tiduri.

"Ok, Baby. Kita mulai malam ini untuk bersenang-senang. Kau juga terlihat begitu ahli dalam melakukannya. Sepertinya aku tidak perlu berlama-lama bermain dengan tubuhmu yang seksi ini."

Franz mulai memiliki tubuh Nona. Wajahnya berubah kaget saat merasa  ada pengahalang ketika ia  ingin masuk. Saat itu ia baru saja sadar kalau ia adalah pria pertama bagi wanita yang kini ia tiduri. Sesuai dengan kalimat peringatan Waren. Kalau ia akan mendapat masalah karena sudah berani mengusik hidup wanita yang kini takluk dibawah sentuhannya.

"Sakit...," rintih Nona sambil mencengkram kuat lengan kekar milik Franz. Ada buliran bening yang jatuh di sudut matanya. Kuku Nona yang panjang berhasil membuat luka di lengan Franz.

"Ini tidak mungkin. Kau sudah menikah!" ucap Franz dengan alis saling bertaut.

Namun, dalam hitungan detik ekspresi wajahnya berubah. Hatinya di penuhi kepuasan saat tahu kalau ia adalah pria pertama bagi wanita yang ia perebutkan bersama musuhnya. Dengan hati-hati dan gerakan lembut Franz menyelesaikan permainannnya.

Franz tidak lagi melakukan gerakan seperti malam-malam yang biasa ia lewati dengan wanita pada umumnya. Malam itu ia menghargai tubuh Nona karena memang ia tidak ingin melukainya lebih parah lagi.

Setelah membuat Nona mencapai kepuasannya sendiri, Franz juga menyusul setelahnya. Pria itu melepas miliknya lalu menutupi tubuh Nona dengan selimut. Gerakannya terhenti saat melihat bercak darah di atas seprei yang kini ia tiduri.

"Noda ini bisa membuatmu menjadi terikat dengan hidupku," ucap Franz sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Pria itu ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kini terasa lengket. Permainannya malam itu memang cukup menguras keringat dan tenaga. "Aku tidak pernah secandu ini kepada wanita. Kau wanita pertama yang membuat jantungku berdebar cepat. Tubuhmu yang hangat seperti selimut yang sangat lembut."

Kamar mandi yang sempat terlihat bau dan kotor kini sudah terlihat bersih dan harum. Franz menarik kran shower hingga keluar air  yang membasahi tubuhnya. Sorot matanya memperhatikan tubuh polosnya yang kini terlihat jelas di depan cermin. Adegan percintaan singkatnya kembali memenuhi isi pikirannya. Ingin sekali selesai mandi ia kembali melanjutkan hubungan itu lagi. Rasanya tubuhnya tidak puas jika hal itu hanya ia lakukan satu kali saja.

Namun, hati nuraninya masih berbicara. Mengingat Nona baru saja kehilangan keperawanannya, membuat Franz sedikit bersabar.

"Aku akan melakukannya sekali lagi saat kau sudah sadar besok pagi," ucap Franz dengan senyuman nakal sebelum melanjutkan lagi mandinya yang tertunda.

avataravatar
Next chapter