webnovel

Di Kereta Ku Punya Cerita (revisi)

"Kenapa aku? kenapa harus aku ya Allah?" itu yang selalu Yumna ucapkan, pertanyaan yang selalu muncul dalam benaknya di sela waktu dan do'a panjangnya. Dan sampai saat ini Yumna masih menanti jawaban yang entah sampai kapan.

🔹🔹🔹

Saat sudah bosan dan bingung entah apalagi yang harus dia lakukan, saat cuti bulanan sudah ada di depan mata Yumna segera memesan tiket via aplikasi.

"Pulang lebih baik, setidaknya aku bisa melihat wajah mereka" gumam Yumna di sela harinya yang terasa nelelahkan.

Pekerjaan menumpuk dan harus lembur setiap hari membuat badannya semakin ringkih saja. Maka setiap waktu libur tiba, dia segera ingin pulang ke rumahnya di Malang.

'ttuuuuut tuuuuuttt' suara kereta terdengar tanda ada kereta yg datang atau pergi.

Pagi-pagi buta selepas subuh Yumna sudah berada di stasiun kota Surabaya, ya pagi ini yumna berencana pulang ke rumah orang tuanya di kota Malang.

"Ini pak" dia menunjukaan tiket dan kartu identitasnya kepada petugas yamg berjaga.

"bruuuk, aaaa" suara sesuatu terjatuh. Ya benar saja karena terburu-buru takut ketinggalan kereta akhirnya Yumna menabrak pintu masuk stasiun.

'haaaah untung masih pagi gak ada orang, haahaa' batin Yumna.

Sedang diseberang sana ada yang terkekeh melihat Yumna terjatuh menabrak pintu masuk, namun merasa kasihan.

Penampilannya saat ini terlihat berantakan,Bhanya kerudung instan, jaket, sendal jepit dan memakai masker. Yumna termasuk gadis yang selalu cuek dengan penampilannya. Dia juga gadis mandiri yang tidak peduli meski kemana-mana seorang diri. Bahkan ketika dia bosan, tak jarang untuk pegi ke mall, toko buku, atau kuliner seorang diri.

Pagi itu, dia berencana untuk pulang ke rumah orangtuanya yang berada di Malang menggunakan kereta seperti biasa.

Ya, sudah beberapa tahun ini yumna merantau ke surabaya untuk bekerja dan belum sempat pulang beberapa bulan ini.

* Di dalam gerbong kereta...

'16D kan? bukankah ini tempat dudukku? kok ada orangnya si?' batin yumna dengan kesal karena tempat itu sudah ia pilih melalui aplikasi.

'Sengaja pesan samping jendela malah dipake orang, huuuhhh. Mana ngantuk pula' batin Yumna dengan kekesalannya.

Orang itu menghadap ke jendela dan mendengarkan musik, tak menyadari kedatangan yumna. Akhirnya Yumna mengalah dan duduk disebelahnya.

Karena hari masih terlalu pagi, Yumna pun memasang headset dan memejamkan mata. Saat terbangun, dia merasa ada sepasang mata memperhatikannya. Yah benar saja, orang yang duduk disebelah melihatnya. tanpa sadar ternyata yumna menyenderkan kepala dibahu orang itu.

"oh maaf, aku tidak sengaja ketiduran" Yumna mengawali pembicaraan.

Sambil tersenyum lelaki itu berkata "tidak papa, aku yang minta maaf ini kursimu bukan? silahkan biar aku pindah ke kursiku" ucap lelaki itu. Mereka pun akhirnya bertukar tempat.

"Silahkan pak, mau makan apa?" ucap pramugari kereta. Lelaki itu tersenyum dan membeli beberapa makanan dan minuman hangat.

Karena masih pagi dan tentu saja Yumna belum sarapan akhirnya ia tertarik

"mba, aku mau hot chocolate yaa sama makannya yg ini berapa?" ucap Yumna kepada pramugari tersebut.

"Sama punya saya tadi aja mba, totalkan saja". ucap lelaki disampingnya.

"loh kok gitu? pakai ini aja mb?" pramugari itu pun kebingungan.

"duh kok malah berantem to mas, mba? udah pakai ini aja ya mba, udah sekalian masa sama pacar sendiri itung-itungan?"

Yumna dan lelaki itu terdiam, dan kebingungan masing-masing saling menatap.

"ini uang yang tadi mas" karena tidak tahu namanya ahirnya Yumna memanggil dengan sebutan 'mas'.

"Saya sudah bilang tidak perlu, anggap saja permintaan maafku karena duduk di kursimu" Ucap lelaki itu menolak.

"haa ada-ada aja, terserah masnya aja deh tapi makasih aku jadi bisa hemat uang sakuku.Hehe"

tentu saja ini kesempatan langka bagi Yumna.

"Iya sama-sama. Emm mau kemana? oh ya, panggil saja aku Arsya"

"mau pulang, aku Yumna"

"Pulang kemana? Malang?"

"Ke rumah dong, eh rumah ortu ding maksudnya. Hhe. Iya ke Malang. Kalau mas Arsya?"

"Sama, aku juga ke Malang ada urusan".

"oh, bukan asli Malang berati?" tanya Yumna singkat

namun sedikit penasaran.

"bukan, tp tinggal di Malang"

"oh yaya"

Mereka akhirnya terlibat obrolan yang panjang, beberapa saat kemudian hening dalam pikiran masing- masing.

1 jam sudah berlalu, mereka sudah setengah perjalanan dari keberangkatan. Dan karena ketiduran, Yumna yang sedari tadi sampai kejedot jendela sekarang sudah menyenderkan kepalanya lagi dibahu Arsya.

Sambil tersenyum melihat kelakuanYyumna dan teringat saat dia menabrak pintu masuk stasiun, akhirnya Arsya pun ikut memejamkan mata dan ikut terlelap.

Suara CS dari speaker terdengar jelas, jika beberapa menit akan tiba di kota Malang. Yumna dan Arsya pun terbangun dari tidur mereka.

** Stasiun Malang. . .

"Kamu dijemput na?" tanya Arsya pada Yumna yang sedang berdiri samping pintu keluar.

"Eh mas Arsya, enggak aku paling naik kendaraan umum"

"Ayo, ikut aku aja tujuan kita sama kan? kendaraanku ku tinggal di stasiun kemarin" ucap Arsya berharap yumna mengiyakan ajakannya.

"Makasih banget mas Arsya, tapi kayanya aku naik kendaraan umum aja di depan juga udah banyak angkutan"

"Gak aman lo, naik kendaraan umum sendirian?"

'justru kalau aku sama kamu gak aman, baru kenal masa iya aku mau di ajakin' batin yumna

"Gak papa, insha Allah aman sudah biasa kok" berusaha menolak ajakan Arsya.

"oh ya sudah, hati-hati yaa jangan lupa kabarin kalau udah sampai rumah".

Kebingungan dengan maksud arsya, yumna mengiyakan saja omongan Arsya dan melangkah keluar menuju angkutan umum dan Asya pun pergi ke mobilnya yang sudah menginap 2 malam di stasiun.

Di dalam angkutan umum Yumna menahan kantuknya dan merasa lelah ingin segera sampai. 15 menit berlalu, Yumna turun dan berjalan ke pasar dekat rumahnya untuk membeli bahan masakan.

Dia berkeliling pasar sembari menahan kantuk dan lelahnya. Dia tertidur di angkutan sangkin lelahnya, tidak ada yang menjemputnya sehingga terpaksa harus naik angkutan. Yumna sudah terbiasa menjadi anak mandiri sebelum jatuh miskin, jadi untuk saat ini bukanlah hal yang berat baginya.

Kehidupan memang kadang kejam. Dia tidak pernah mengira kehidupannya yang berkecukupan, keluarga yang harmonis, berubah seratus delapan puluh derajat. Namun demikian dia dan kedua orang tuanya mencoba ikhlas menerima takdir Allah. Di luar sana bahkan banyak yang hidupnya kurang beruntung dari dia.

Lima belas menit kemudian, angkutan sudah berhenti di dekat rumanya. Yumna berjalan dengan senyum mengembang di bibirnya. Begitulah yang harus dia pelihatkan kepada ayah dan bundanya. Dia tidak ingin membuat ayah dan bunda khawatir jika bersedih. Dari kejauhan sudah terlihat senyum yang mengembang dan kerinduan yang terpancah dari ayah dan bunda.

Next chapter