46 Ragoji Yang Agung

Rha memberi Ain sebuah pesawat anti-gravitasi berteknologi canggih yang jauh melebihi Trava. Pesawat yang hanya bisa ditumpangi paling banyak oleh 8 orang itu, memiliki medan pelindung yang juga berfungsi sebagai penyamaran sehingga tidak bisa terlacak oleh radar manapun, termasuk radar milik pasukan Abaddon. Teknologi persenjataan yang dimiliki pesawat itu juga jauh lebih canggih dari Trava.

Pesawat yang diberi nama 'Hecantor' itu punya senjata dengan teknologi anti-partikel. Kalau ditembakkan, sinar yang berfungsi sebagai anti-partikel tersebut bisa mengurai molekul benda, sekeras apapun benda itu. Dengan kata lain, kalau senjata itu ditembakkan, target akan musnah tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Tidak sembarang orang yang bisa memakai Hecantor. Berbeda dengan Trava, pesawat itu hanya bisa dikendalikan oleh orang dengan DNA yang terdaftar dari awal pesawat itu dibuat. Artinya, Hecantor yang tengah mereka pakai itu memang khusus dibuat untuk digunakan oleh Ain.

Riev dan Kiev merasa wajar, karena Ain memang berasal dari Dinukha.

Tapi Ain sendiri malah merasa bingung. Ia tidak ingat kalau dirinya pernah dibuatkan sebuah Hecantor. "Apa mungkin, saat aku masih bayi?" pikirnya.

Dari segi material, Hecantor dibuat menggunakan logam Muamantine yang dipadukan dengan Logardium. Sehingga memiliki daya tahan serta fleksibilitas yang melebihi pesawat manapun. Bahkan melebihi pesawat buatan Elyosa.

Di samping itu, kecepatan dari Hecantor melebihi kecepatan pesawat manapun di Logard.

Berkat teknologi pemancar radar Hecantor yang sangat canggih pula, mereka bisa menemukan lokasi Goa tersebut dengan cepat. Walaupun hutan Hallun memiliki medan magnet yang bisa menghalangi sinyal, tapi hal itu tidak memengaruhi Hecantor sama sekali.

Makanya, ketiga pemuda itu bisa sampai ke hutan Hallun hanya dalam hitungan detik dari Dinukha.

Bisa dibilang, Hecantor merupakan pesawat tercanggih di seluruh daratan Logard.

[•X-Code•]

Ain dan kedua sahabatnya menyusuri goa untuk menyelesaikan tugas dari Rha, yang sebetulnya merupakan ujian bagi mereka. Semakin jauh dari pintu goa, semakin tinggi juga suhu di sana. Untungnya mereka mengenakan mantel Cerberus, sehingga suhu bukanlah masalah.

Yang jadi masalah adalah tekanan udara yang makin lama terasa semakin menyesakkan. Ditambah dengan sulitnya medan yang mereka lalui, memaksa mereka untuk mengerahkan seluruh fokus dan energi. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi pada mereka.

Untungnya, kemampuan dan daya tahan tubuh mereka begitu kuat. Kalau orang biasa, pasti langsung tak sadarkan diri atau mungkin akan langsung tewas akibat kehabisan napas.

Selama 3 jam mereka berjalan menyusuri, barulah terlihat seberkas cahaya di ujung goa tersebut.

Mereka tiba di sebuah tempat yang sangat luas, dengan lava yang mengalir layaknya danau dan sungai.

Dari kejauhan terlihat banyak makhluk berwujud seperti badak namun dengan tubuh sebesar kerbau hitam. Makhluk itu berkulit keras seperti karang, dengan sebuah cula yang panjangnya sekitar 1 meter. Makhluk-makhluk itu menjaga Logardium yang berserakan di sana.

Dengan perlahan mereka mengendap-endap, lalu bersembunyi di balik sebuah batu besar.

Awalnya Riev mencoba menyerang seekor monster badak itu, namun serangannya sama sekali tidak memberikan dampak apapun. Monster badak itu hanya terdiam, tidak bergeming sama sekali. Riev yang melihat daya tahan monster itu akhirnya memutuskan untuk kembali bersembunyi bersama dengan Ain dan Kiev.

"Cih! Jadi, kita harus mengalahkan mereka tanpa senjata plasma, huh?" Riev merasa cukup kesal karena Rha meminta mereka meninggalkan cincin Cerberus di Dinukha.

"Tenang saja, Riev. Kita pasti bisa menemukan cara. Aku rasa, ini ujian dari Master Rha," jawab Ain sambil terus memutar otak mencari solusi.

"Hm... Ujian, ya? Kalau begitu...." Kiev mengambil sebuah kerikil dari tanah, menggenggamnya dengan erat sambil menyalurkan Khy pada batu itu. Kemudian tatapannya ia fokuskan ke seekor monster badak yang berjarak paling dekat dengan mereka.

Dengan sangat cepat, Kiev melempar kerikil yang sudah dilapisi Khy miliknya itu.

Kerikil itu melesat layaknya peluru, tepat mengenai kepala bagian samping monster badak tersebut. Monster itu terpental hingga tak sadarkan diri.

Normalnya, serangan fisik tidak akan melukai monster-monster itu. Kerasnya kulit mereka setara dengan Muamantine. Namun Khy mampu menembus ketebalan kulit mereka hingga memberi kerusakan pada organ dalam yang lebih lunak.

Ain tersenyum dengan tatapan tajam ke arah monster-monster badak yang berlarian ke arah mereka karena terusik oleh suara serangan dari Kiev.

"Serangan biasa tidak akan mempan, kita harus menggunakan Khy untuk menyerang organ dalamnya," ujar Ain sambil bersiap untuk melumpuhkan monster-monster itu.

"Hahaha, sepertinya memang ini ujian untuk kita!" Riev tersenyum lebar sambil memasang kuda-kuda bertarungnya.

[•X-Code•]

Kiev melempar sebuah kerikil yang telah dilapisi Khy pada seekor monster badak, yang malah mengenai culanya hingga patah.

Monster itu memutar tubuhnya, lalu berlari kencang menyerang Kiev.

Duaaak!!! Dari arah samping, Riev meninju kepala bagian samping si monster badak, membuat monster itu terpental hingga tak sadarkan diri. Tentu saja Riev menggunakan Khy dalam serangannya.

"Ini yang terakhir. Bagaimana denganmu, Ain?" Riev menoleh ke belakang untuk melihat Ain.

Ain berdiri sambil mengamati kondisi di sana. Puluhan monster badak terlihat bergelimpangan tak sadarkan diri di sekitarnya.

"U... Uh... Hahaha...." Riev tersenyum tawar sambil menggaruk kepalanya. "Sepertinya, ini bukan hal yang sulit bagimu ya, Ain?" Riev mengacungkan jempolnya pada Ain.

Ain hanya tersenyum, lalu mengarahkan tatapannya ke Logardium yang berserakan di sana. Ia mengambil sebuah Logardium yang besarnya sekepalan tangan.

"Apa tidak masalah kita mengambil yang kecil, Ain?" tanya Kiev sambil berjalan menghampiri Ain.

"Aku rasa tidak. Master Rha tidak menyebutkan besarnya, bukan?"

"Kalau begitu, ayo kita keluar dari sini! Perasaanku sudah tidak enak...." ajak Riev sambil berjalan ke arah pintu masuk. Ain dan Kiev mengikutinya dari belakang.

Namun ternyata, tidak se-sederhana itu. Ujian sesungguhnya baru saja akan dimulai.

Suasana mendadak begitu mencekam. Tanah tempat mereka berpijak terasa bergetar hebat layaknya gempa. Bebatuan besar berjatuhan dari atas.

Mereka berlari dengan kencang, namun sebuah pintu besi menutup jalur keluar.

Dari arah belakang, tepat di tengah-tengah lava, muncul sesosok makhluk raksasa.

Kemunculannya disertai dengan suara raungan keras yang menambah getaran di sana. Kedua sayapnya terbentang lebar. Dengan mata menyala, makhluk itu menatap Ain, Riev dan Kiev.

Terlihatlah sosok Naga berwarna hitam legam yang selama ini hanya dianggap sebagai mitos. Raja para monster di Logard, Ragoji, dengan agungnya muncul di hadapan mereka.

Tingginya sekitar 14 meter. Lebar kedua sayapnya kalau dibentangkan sekitar 30-40 meter.

Ragoji, sang Raja para Monster, meraung dengan lebih kencang, memaksa mereka menutup telinga rapat-rapat. Raungan itu membuat tubuh bergetar hebat, memicu adrenalin mereka. Tubuh ketiganya gemetar hebat tanpa bisa dikendalikan.

"Ini... Bercanda, 'kan?!" pekik Riev dengan wajah yang sudah pucat pasi dibasahi oleh keringat dingin.

avataravatar
Next chapter