4 Misi Tingkat F

7 kelompok telah terbentuk. Masing-masing kelompok diberi sebuah ruangan kelas untuk mengatur strategi. Ain, Lond dan Agna berada di kelas yang ada di lantai 2 bangunan akademi Centra Head. Tidak banyak percakapan terdengar di antara mereka. Agna hanya terdiam sembari menatap Ain yang tengah memusatkan pikirannya, mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya.

Lond mencoba untuk membuka pembicaraan pada Agna dan Ain, tapi sayangnya ucapannya tidak ditanggapi dengan baik oleh kedua anggota kelompoknya itu. Ain hanya menjawab singkat seadanya, sedangkan Agna hanya menjawab dengan tatapan polosnya.

Tak lama kemudian, Heim bersama seorang wanita berkacamata dengan jaket laboratorium putih khas peneliti tiba di ruangan mereka. Wanita itu mendorong meja beroda dengan sebuah alat berbentuk bola berwarna hitam legam di atasnya. Alat itu cukup besar, muat untuk memasukkan satu orang dewasa ke dalamnya. Tapi tentu saja, bukan seperti itu cara kerjanya.

"Ada alasan mengapa titik pertemuan ujian kedua ini berada di Centra Head. Centra Head berfungsi sebagai pusat administrasi pasukan Cerberus, juga berfungsi sebagai tempat penelitian peralatan termasuk persenjataan. Nah, silahkan kalian maju secara bergantian. Bawa juga kotak hitam yang sebelumnya telah diberikan," Heim mempersilahkan.

"Oke!! Aku duluan!" ujar Lond penuh semangat. Ia mengeluarkan kotak hitam dari saku celana miliknya.

Wanita peneliti itu meminta Lond untuk meletakan kotak tersebut di lubang yang ada di bagian bawah bola metal besar. Lubangnya pas untuk ukuran kotak hitam mereka.

Benda itu bergetar pelan sebelum akhirnya terbelah. Dari dalam bola, sebuah cincin dengan ukiran Lambang Cerberus melayang, menunggu untuk diambil sang empunya. Wanita peneliti memberi instruksi pada Lond untuk mengenakan cincin tersebut.

Lalu Heim menjelaskan kegunaan dari cincin itu. "Cincin itu merupakan alat Anti-Material yang bisa menyimpan benda. Setelah senjata kalian dibuat oleh bola pembuat material, cincin tersebut menyimpannya. Cukup sentuh permukaan cincin dengan jari untuk memunculkan senjata yang tersimpan di sana."

Lond mengikuti instruksi Heim. Ia menyentuh permukaan cincin yang ia kenakan di tangan kanan dengan ujung jari tangan kirinya. Seberkas cahaya keluar dari cincin tersebut, membentuk sesuatu, lalu perlahan memunculkan sebuah kapak besar diikuti dengan redupnya cahaya itu.

"Wohooo! Pas sekali buatku!!" Lond memutar-mutar kapaknya sambil mengayun-ayunkan kapak tersebut. Besar kapak itu terlihat begitu serasi dengan ukuran tubuhnya.

"Senjata itu hanya rancangan awal, bisa dibilang Prototype dari senjata sesungguhnya. Senjata sesungguhnya akan diberikan pada kalian saat kalian resmi menjadi pasukan Cerberus. Jadi, cincin itu hanya akan aktif selama ujian saja," jelas Heim. "Oh, untuk mengembalikan senjata ke dalam cincin, kalian cukup sentuh permukaan cincin dengan senjata kalian," ucap Heim menyambung penjelasan.

Lond kembali mengikuti instruksi. Ia menempelkan ujung gagang kapak miliknya ke permukaan cincin, lalu kapak tersebut berubah wujud menjadi cahaya dan terhisap masuk ke dalam cincin.

Setelah itu, giliran Agna dan Ain yang maju. Agna langsung kembali ke kursinya tanpa mempraktekan penggunaan cincin seperti yang dilakukan oleh Lond. Sedangkan Ain merasa sedikit penasaran dengan senjata miliknya. Seperti apa senjata yang paling sesuai dengan DNA-nya?

Begitu Ain menyentuh cincin, seberkas cahaya muncul dan langsung menyelubungi kedua tangan Ain. Perlahan cahaya tersebut menyelubungi kedua tangan, membentuk sarung tangan. 2 bilah pedang tanpa gagang tertempel di bagian punggung tangan kanan dan kiri Ain. Panjangnya sekitar 50cm.

Ain tertegun melihat kedua bilah pedang tersebut. Ia merasa nyaman dengan senjata miliknya. Ia tidak perlu repot menggenggam senjata, karena sedari awal Ain dilatih sebagai petarung tangan kosong.

Heim dan wanita peneliti saling bertatapan. "Senjata kembar?" Ujar wanita itu dengan wajah heran. Heim membalas dengan anggukan pelan.

"Ada apa dengan senjata kembar?" tanya Ain yang mendengar perkataan wanita itu.

"Yah, bisa dibilang senjata kembar di Cerberus sangatlah langka. Kau orang kedua yang memilikinya di sepanjang sejarah Cerberus," ujar Heim mempersingkat penjelasan. Ia tidak ingin panjang lebar menjelaskan.

[•X-Code•]

Heim memberitahu mereka bahwa ia akan ikut serta dalam misi sebagai juri penilai. Lulus atau tidaknya mereka, semua tergantung penilaian Heim.

Kelompok mereka merupakan kelompok 3. Kelompok yang diberi tugas untuk menerobos ke wilayah pusat musuh dan membunuh sasaran. Heim juga memberitahu bahwa ujian tahap kedua merupakan sebuah misi yang sebenarnya, bukanlah sebuah rekayasa. Meski demikian, misi itu memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah di Cerberus, tingkat 'F'.

Heim juga menjelaskan secara rinci tugas mereka. "Misi kali ini datang dari kota Refario di Republik Munkan, tidak jauh dari sini. Walikota Refario meminta kita untuk membasmi para bandit yang sering menjarah kota. Sepertinya pasukan keamanan Munkan tidak cukup kuat untuk menangani masalah ini. Oleh karena itu, bisa dipastikan kalau ini bukan misi yang mudah. Para bandit ini terkenal dengan kekejamannya. Mereka menyebut kelompoknya dengan sebutan Night Blood. Night Blood tidak pernah berdiam diri di satu tempat. Mereka selalu berpergian dan berkemah. Kali ini, mereka berkemah di hutan dekat Refario. Kita akan bekerjasama dengan kelompok 1 dan 2. Kelompok 1 akan menyerang markas para bandit dari depan. Tugas mereka sebagai pengalih perhatian. Sedangkan kelompok 2 akan menghabisi para penjaga yang berjaga di sekitar kemah ketua mereka. Lalu kita akan masuk ke kemah tempat ketua mereka untuk menghabisinya. Kunci keberhasilan ada kelompok kita. Jelas?" Ain, Lond dan Agna mengangguk paham.

"Kita akan berangkat sore ini. Datanglah ke gerbang utama nanti. Kalian punya waktu 4 jam lebih. Jadi, ada baiknya kalian mempersiapkan diri sebaik-baiknya," tegas Heim sembari pergi, diikuti oleh sang peneliti yang membawa kembali bola besar pembuat material itu.

"Huaah!! Aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat! Sampai jumpa di gerbang utama nanti sore!" ujar Lond dengan lantang begitu Heim dan wanita peneliti pergi dari ruangan. Ia berdiri lalu menepuk pundak Ain dengan cukup keras sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

Ain hanya terdiam sambil terus memperhatikan cincin berukiran Lambang anjing berkepala tiga yang tersemat di jari tengah tangan kanannya.

"Ain...." Sapa Agna pelan. Ain menoleh untuk melihat Agna sudah berada di sebelahnya.

Wajah Agna terlihat gusar. Ain yakin, alasan Agna terlihat seperti itu ada kaitannya dengan apa yang dibisikan Agna di lobi utama tadi. Ain terdiam sejenak untuk berpikir. Lalu kembali menatap ke arah Agna.

"Mau berkeliling?" ajak Ain. Agna mengangguk pelan menyetujui.

Ain mengajak Agna menuju ke kantin. Ia berniat membeli secangkir kopi hangat guna menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Di koridor menuju kantin, ia bertemu dengan Riev dan Kiev yang tengah berbincang dengan seorang gadis. Bisa ditebak kalau gadis itu merupakan anggota kelompok kedua saudara kembar itu.

"Yo, Ain!" Riev melambai ke arah Ain saat melihat Ain datang bersama Agna.

"Wiiiih~ dia kelompokmu?? Manisnyaaaaa~" goda Riev sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Agna. Agna sedikit menjauh, tapi ia hanya terdiam dengan polosnya.

"Ain...." Agna menarik-narik pelan baju Ain. Wajah gusarnya kembali terlihat lagi.

"Tenang saja, dia Riev. Sahabatku. Dia bukan orang jahat," jelas Ain.

"Umm...." Agna menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang belum berubah.

Ain terdiam sejenak. Ia bisa menangkap apa yang Agna inginkan walau tanpa kata-kata. Lalu Ain mengalihkan pandangannya ke arah Riev dan Kiev.

"Riev, Kiev, kalian kelompok berapa?" tanya Ain dengan wajah serius. Ain merasa harus melakukan sesuatu.

"Kami kelompok 2. Ada apa, Ain?" Jawab Riev singkat. Ain sangat jarang menunjukan ekspresi serius seperti itu. Dari gelagat Ain, Riev bisa tahu kalau Ain ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

"Hm, Aku di kelompok 3. Kita akan bekerjasama dalam ujian kali ini. Lalu... Aku ingin membicarakan sesuatu," Ain tidak merubah raut wajahnya. Riev dan Kiev ikut memasang wajah serius, bersiap mendengar apa yang akan Ain katakan.

avataravatar
Next chapter