webnovel

X-Code

Ainlanzer memiliki kemampuan bertarung yang tinggi, daya analisa yang kuat, serta daya tangkap yang cepat. Hal itu membuat alam semesta memberinya banyak ujian. Ditambah dengan kode genetik yang unik, membuatnya terpilih menjadi calon 'Utusan Perdamaian'. Ia yang baru saja bergabung dengan Pasukan Independen Cerberus, harus menghadapi sosok Grief -Sang Pengkhianat. Grief dan pasukannya -Abaddon, membawa malapetaka bagi Cerberus juga bagi seluruh daratan Logard. Bersama dengan para sahabatnya -para Pasukan Cerberus, Ain harus menghadapi krisis yang tengah melanda tiga wilayah Logard: Rovan, Munkan dan Zinzam. Pertemuannya dengan Grief, juga dengan Tiash -gadis bangsawan dari Kota Para Dewa, Elyosa- menjadi awal perjalanannya di daratan Logard. Ujian pertama untuk Sang 'Utusan Perdamaian' baru saja dimulai...

Neura_D · Sci-fi
Not enough ratings
312 Chs

Gadis Misterius, Agna

Bangunan Centra Head lebih luas dari Left Head. Centra Head yang berfungsi sebagai markas pusat pasukan Cerberus memiliki fasilitas serta penghuni yang lebih banyak dari kedua markas lainnya.

Siang itu, ada banyak kandidat tengah berkumpul di lobi utama bangunan akademi yang berdiri megah di dekat pantai selatan Logard. Di sana terdapat monitor besar yang menampilkan Lambang CERBERUS dengan hitungan waktu yang berjalan mundur. Angka yang terus berkurang itu menghitung waktu sampai batas akhir ujian tahap pertama. Masih tersisa 30 menit untuk dimulainya ujian tahap kedua.

Riev yang sudah tiba dari kemarin segera menghampiri Ain. Ia lega melihat Ain berhasil tiba di sana. Ain juga merasa demikian, namun pemuda itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya.

Seperti biasa, Riev bicara banyak pada Ain. Seperti biasa juga, Ain hanya menanggapinya dengan jawaban singkat disertai ekspresi datar miliknya.

Tak terasa oleh mereka, hitungan mundur di monitor utama telah sampai di angka 0. Semua kandidat berbaris rapi, layaknya anak sekolah yang tengah melangsungkan upacara bendera. Para kandidat dari Left Head berada di jajaran paling kiri, Centra Head di tengah, dan Right Head di paling kanan. Posisi berbaris mereka sama dengan letak geografis bangunan akademi Cerberus di Logard.

Masih terdengar suara bisik-bisik di antara para kandidat. Sampai akhirnya sang Maestro dari Centra Head naik ke atas podium yang telah disediakan khusus untuk acara ujian, seolah menjadi komando bagi para kandidat untuk segera menutup mulut mereka.

Ia seorang wanita berusia diatas 50 tahun. Telah tampak keriput-keriput halus di wajah anggunnya. Ia memperkenalkan diri sebagai Maestro di Centra Head, juga memperkenalkan namanya pada para kandidat, "Risetta."

Seperti Maestro dari Left Head, ia juga memberi sambutan sebelum dimulainya ujian tahap kedua. Setelah itu, barulah Vabica naik ke podium menggantikan Risetta.

"Ujian tahap pertama dinyatakan selesai, dengan 72 kandidat tersisa. 7 kandidat dari Left Head, 15 dari Right Head, dan sisanya.. 50 kandidat dari Centra Head," ucap Vabica sambil melihat hologram di hadapannya yang menampilkan data kandidat.

Bisik-bisik di antara para kandidat kembali terdengar. Tapi kali ini, sumber suara bisikan itu berasal dari para kandidat Left Head dan Right Head. Mereka berpikir kalau para kandidat dari Centra Head terlalu diuntungkan dalam ujian kali ini. Pemikiran mereka bisa terbaca oleh Vabica, maka dari itu dengan segera Vabica kembali meneruskan penjelasannya.

"Mungkin kalian berpikir kalau ujian kali ini tidak cukup adil. Kandidat dari Centra Head terlalu diuntungkan. Tapi kalian salah. Pertama, sebelum sampai di sini, para kandidat dari Centra Head juga sudah menjalankan ujian yang menggugurkan banyak kandidat. Pada awalnya, ada 480 kandidat yang terdaftar. Sekarang hanya tersisa 50 kandidat." Vabica terdiam sejenak untuk melihat tanggapan para kandidat. Perhatian mereka terpusat padanya.

"Lalu yang kedua, berkaitan dengan ujian tahap ke dua. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pasukan Cerberus bergerak secara kelompok yang berisi 3 orang. Ujian kali ini mengharuskan kalian membentuk kelompok bersama 2 orang dari akademi yang berbeda dari kalian. Singkatnya, bentuklah kelompok yang berisi 1 kandidat Left Head, 1 kandidat Right Head, dan 1 kandidat Centra Head. Itu berarti, hanya ada 7 kelompok yang akan meneruskan perjalanan menempuh ujian tahap selanjutnya mengingat hanya ada 7 kandidat yang tersisa dari Left Head. Kalian akan diberi waktu selama 1 jam untuk membentuk kelompok. Bagi yang tidak mendapat kelompok, akan dinyatakan gugur. Lalu, ujian tahap kedua ini juga merupakan ujian tahap terakhir. Jadi berusahalah sekuat tenaga. Ujian akan dimulai setelah hitung mundur di monitor mencapai angka 0. Sekian."

Monitor utama itu kembali menampilkan hitungan mundur, diikuti dengan turunnya Vabica dari podium untuk mempersiapkan ujian tahap kedua.

[•X-Code•]

Para kandidat dari Left Head ramai didatangi oleh kandidat dari akademi lain. Jumlah mereka hanya ada 7 orang termasuk Ain dan Riev. Itulah yang membuat para kandidat mengerubuni mereka. Riev dihampiri oleh seorang pemuda yang berwajah sangat mirip dengannya. Dari seragamnya, terlihat kalau pemuda itu berasal dari Centra Head.

"Yo Riev," sapa pemuda itu.

"Ahahaha~ Cari kandidat cewek dari Right Head ya, Kiev?" pinta Riev.

"Bebaslah," jawab Kiev sembari mengangkat bahunya, tidak mau ambil pusing.

Walaupun mereka berdua berasal dari cabang akademi yang berbeda, namun Riev dan Kiev adalah saudara kembar. Keduanya memang terpisah, namun itu tidak melunturkan keakraban diantara mereka. Tanpa membuang waktu lagi, kedua saudara kembar itu pun segera mencari seorang kandidat yang berasal dari Right Head.

Tidak seperti Riev dan Kiev, Ain hanya terdiam ketika dikerubuni oleh kandidat lain. Ia merasa risih dengan situasi itu. Ia tidak menyukai keramaian.

"Maaf," ujar Ain singkat, lalu pergi menjauh dari kerumunan. Sejujurnya Ain ingin menjalani ujian itu sendirian. Baginya, bekerjasama dengan orang yang tidak dikenal malah akan menghambat kinerjanya. Namun peraturan mengharuskan ia untuk bekerja secara berkelompok. "Menyusahkan. Ah, terserahlah," pikir Ain yang pada akhirnya, mau tidak mau harus menerima kondisi.

Ain melempar pandangannya ke berbagai sudut, mencari kandidat yang bisa menarik perhatiannya. Kemudian, pandangan pemuda yang memiliki wajah cukup tampan dengan ekspresi dinginnya itu tertuju ke arah seorang kandidat, seorang gadis yang berperawakan kecil yang tak bergerak sedikitpun. Tatapan mata gadis itu terpaku pada monitor utama yang menampilkan Lambang CERBERUS. Entah kenapa, hati Ain merasa kalau ia harus menghampiri gadis itu.

Ain menghampirinya untuk bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Wajah itu terlihat begitu manis dengan raut lugu. Tatapannya begitu polos seperti tatapan anak kecil tak berdosa. Rambutnya cokelat kemerahan dengan panjang sebahu dan dikuncir sebelah kanan. Dari dekat, Ain bisa menghirup wewangian parfum khas gadis remaja di Logard. Wangi dengan sensasi aroma manis, yang sebetulnya tidak begitu disukai olehnya. Dari perawakannya, Ain memperkirakan usia gadis itu sekitar 16 sampai 18 tahun, lebih muda darinya beberapa tahun.

Setiap cabang akademi diberi otoritas untuk menentukan sendiri peraturannya. Di Left Head ada peraturan yang mengharuskan seorang kandidat untuk mencapai usia 20 tahun dulu sebelum mengikuti ujian. Sedangkan dari Right Head tidak ada batas usia. Asalkan kemampuannya memenuhi kualifikasi, maka ia sudah diperbolehkan untuk mengikuti ujian. Makanya, Vabica yang lebih muda dari Ain dan Riev sudah menjadi pasukan Cerberus mengingat Vabica berasal dari Right Head sebelum pindah tugas ke Left Head.

"Kau tidak mencari kelompok?" tanya Ain membuka pembicaraan.

Namun gadis itu tidak menggubris perkataan Ain. Ia masih terpaku ke monitor di hadapannya.

"Halo?" tanya Ain sedikit jengkel.

Akhirnya gadis itu menoleh ke arah Ain, menyuguhi pemuda itu dengan tatapan polos.

"Hm… Itu… Apa?" tanya gadis itu sembari menunjuk ke arah monitor tanpa mengalihkan pandangannya dari Ain.

Ain sempat bingung untuk menanggapinya. "Itu... Waktu yang tersisa untuk kita membentuk kelompok," jawab Ain seadanya.

"Um," gadis itu menggeleng pelan. "Itu!" gadis itu berjalan mendekati monitor lalu menunjuk ke lambang Cerberus.

"Kau bercanda? Untuk apa kau ikut ujian masuk kalau Lambang Cerberus saja kau tidak tahu?" Ain mengerutkan alisnya dengan rasa heran. Ia sempat mengira kalau gadis itu sedang mempermainkannya. Tapi dilihat dari raut wajahnya, Ain merasa kalau gadis itu memang benar-benar bertanya, bukan sekedar guyonan belaka.

"Dia memang seperti itu. Cewek aneh seperti dia lebih baik kau hiraukan saja," seorang gadis yang berasal dari Right Head menghampiri Ain. Seorang pemuda yang berasal dari Centra Head ikut mendampinginya.

"Bagaimana? Mau membentuk kelompok bersama kami? kau tidak akan menyesal kalau bergabung dengan kami!" ajak gadis itu dengan penuh rasa percaya diri.

Ain menoleh sejenak ke arah Gadis aneh yang tadi ia ajak bicara. Gadis itu menatap Ain dengan tatapan polosnya sebelum akhirnya memalingkan muka, kembali menatap monitor besar.

[•X-Code•]

"Itu Lambang Cerberus. Kau tau Cerberus? Makhluk mitos, anjing berkepala tiga penjaga pintu neraka," Ain menghampiri gadis yang masih menatap monitor. Gadis itu terkejut mendapati Ain yang sudah berada di sebelahnya, ikut menatap Lambang Cerberus di monitor. Ia sempat menyangka kalau Ain memilih pergi dengan kedua orang yang tadi menghampiri mereka.

Kemudian gadis itu memutar tubuhnya, menghadap ke arah Ain. Ia tersenyum tipis pada Ain.

Ain cukup tertegun melihat senyuman gadis itu. Terlihat begitu tulus tanpa rekayasa. Pelatihan di gunung Khyterra cukup membantunya mengasah kepekaan. Kemampuan merasakan pergerakan di sekitar yang ia tempa di gunung itu ternyata memberikan dampak lain. Tanpa sadar, Ain bisa merasakan isi hati seseorang hanya dari raut wajahnya.

Gadis itu membungkuk hormat pada Ain sambil berkata, "Agna... Kelompok... Salam... Kenal...." ujarnya lembut. Walaupun kurang jelas, namun Ain bisa memahami perkataannya. Nama gadis itu adalah Agna, dan ia mengajak Ain untuk membentuk kelompok.

Ain membungkuk juga, lalu memperkenalkan diri. "Namaku-"

Belum sempat Ain mengucapkan nama, dengan cepat gadis itu mengacungkan telunjuknya.

"Ain X Revolt, Left Head Cerberus Candidate Number 003-9984. Height : 165cm, Weight : 52kg, Blood Type : AB, DNA-Fighting Type... 0-X, " ujar Agna dengan wajah polos, tak ubah dari sebelumnya.

Ain terhenyak mendapati Agna bisa mengetahui identitasnya secara detail, bahkan yang terakhir. Sesuatu tentang DNA-Fighting Type yang baru kali ini Ain mendengarnya.

"Uh... Baiklah, ayo kita mencari seorang lagi," ucap Ain tidak mau ambil pusing. Meski demikian, pikirannya tetap tertuju pada kalimat yang Agna ucapkan tadi.

Agna menggeleng pelan. "Um... Berdua... Cukup," ujarnya.

Ain bisa memahami maksud Agna yang ingin berdua saja membentuk kelompok. Tentu saja hal itu tidak diperbolehkan, mengingat peraturan ujian tahap kedua yang mengharuskan para kandidat untuk membentuk kelompok beranggotakan 3 orang.

"Tidak bisa, kita harus bertiga. Peraturannya seperti itu," jawab Ain sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kalau saja tingkat kepekaan Ain terhadap sekitar belum meningkat, sudah pasti ia akan pergi meninggalkan Agna sendiri di sana. Karena pasti ia akan mengira kalau Agna hanya mempermainkannya.

Mau tidak mau, Ain harus bergerak sendiri untuk mencari seorang kandidat dari Centra Head. Sedangkan Agna kembali terpaku melihat Lambang Cerberus di monitor, tidak memerdulikan Ain yang sibuk melempar pandangannya ke berbagai arah, mencari seorang kandidat lagi untuk memenuhi persyaratan pembentukan kelompok ujian tahap 2 itu.

Untungnya, tidak butuh waktu lama bagi Ain untuk menemukan seorang kandidat lagi. Dengan cepat Ain menghampiri seorang pria yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan. Ain merasa ada sesuatu dari pria itu yang sulit ia jelaskan. Walau kepekaannya sudah terasah, tapi ternyata belum cukup untuk bisa memahami isi hati seseorang sepenuhnya.

Tentu saja pria yang bertubuh tegap dan besar itu menerima tawaran Ain untuk membentuk kelompok, mengingat jumlah kandidat dari Left Head yang hanya tersisa 7 orang saja.

Kemudian Ain membawa pria yang berbadan besar itu menghampiri Agna. Ia berniat untuk memperkenalkan pria itu pada Agna.

"Halo. Na-" sama seperti saat Ain memperkenalkan diri, Agna mengacungkan jari telunjuknya. Namun kali ini Agna hanya terdiam, lalu menatap ke arah Ain.

"Ain...." ujarnya pelan sembari memberi isyarat pada Ain untuk mendekat. Ain mengikuti keinginan Agna.

Agna menarik tangan Ain, membuat pemuda itu sedikit membungkuk. Kemudian Agna mendekatkan mulutnya ke telinga Ain. Agna membisikan sesuatu pada Ain. Entah apa yang Agna katakan, namun itu berhasil membuat kerutan tampak di kedua alis Ain.

"Apa yang dia katakan? Hey, ayolah. Kita berkelompok. Jangan ada rahasia!" ujar kandidat berbadan besar itu, sedikit merasa tidak dihargai.

"Hm, maaf. Biar aku bantu perkenalan kalian. Dia Agna, dan dia Lond." Ain merasa harus melakukan hal itu walau sebenarnya ia tidak begitu menyukainya.

"Hahahaha! Baiklah! Ain, Agna, ayo kita berjuang bersama!!" Lond begitu bersemangat sampai-sampai ia tidak menyadari suara yang keluar dari mulutnya terdengar begitu lantang dan keras, menarik perhatian banyak pasang mata ke arah mereka.

"Ya...." ucap Ain sambil memalingkan mukanya. "Terserahlah...." pikirnya. Ia merenung sejenak, kembali memikirkan bisikan Agna tadi.

Sedangkan Agna hanya terdiam sambil kembali menatap monitor dengan mata polosnya.

[•X-Code•]