61 Epilog - Takdir Logard

Tinggal Ain dan Grief yang tersisa di ruangan itu.

"Dunia membutuhkan seorang pahlawan, Ain. Bunuhlah aku! Jadilah pahlawan bagi mereka. Lalu, bimbing mereka ke arah yang benar," ujar Grief sambil melempar senyuman pada Ain.

Ain hanya terdiam mendengarnya. Menjadi pahlawan bukanlah keinginannya. Tapi kali ini, ia harus mengambil keputusan dengan cepat.

Ada dua pilihan untuknya. Pertama, membunuh Grief, otak dari Abaddon yang menciptakan perang. Orang-orang akan menjadikan dirinya sebagai pahlawan seperti yang dikatakan oleh Grief. Ia juga bisa dengan mudah menjalankan rencananya untuk mengubah Cerberus kalau orang-orang mengakuinya sebagai pahlawan.

Pilihan kedua, adalah membiarkan Grief tetap hidup. Tapi kalau begitu, fokus Cerberus akan tertuju pada pencarian Grief. Cepat atau lambat, Grief akan tertangkap dan dieksekusi mati juga. Entah berapa banyak lagi korban jiwa yang nantinya berjatuhan selama pencarian itu.

"Waktumu tidak banyak, Ain. Cepatlah." Kata-kata Grief membuyarkan lamunan Ain yang masih berusaha menentukan pilihan.

Grief melihat keraguan di hati Ain saat itu. Ia bisa merasakan kegundahan yang tengah dialami oleh Ain. Sebab ia tahu kalau Ain tidak pernah berniat untuk membunuhnya.

Grief memejamkan matanya lalu kembali mengucapkan kalimat yang ia harap, bisa memantapkan hati Ain untuk menentukan pilihan.

"Membunuh satu orang, untuk menyelamatkan jutaan orang. Kau pernah mendengar kalimat itu di Cerberus, bukan?"

Benar, kalimat itu pernah Ain dengar di Cerberus. Ketika ia masih menjadi seorang akademisi, ia pernah diberi penjelasan tentang bagaimana membunuh satu orang dapat menyelamatkan jutaan orang. Ketika 1 jiwa yang mampu mencelakakan jutaan orang, dihapus untuk meniadakan ancaman.

Ain menghela napasnya, lalu tersenyum lembut sembari menatap Grief yang masih terpejam, bersiap untuk menemui ajalnya.

Keputusan hati Ain sudah mantap. Kalimat itu membantunya menentukan pilihan mana yang akan ia ambil.

"Kau benar, Tuan Grief...."

[•X-Code•]

Ragoji ditunggangi oleh Ain, melesat menjauh dari Agrrav yang mulai terjatuh.

Untuk menghindari kerusakan akibat jatuhnya Agrrav, Ain meminta Ragoji untuk menghancurkan kapal induk Abaddon itu sebelum terjatuh.

Ragoji meraung keras sambil membuka lebar-lebar mulutnya.

Bwoooosh!! Tembakan sinar berwarna kebiruan keluar dari mulut Ragoji, membelah Arrgav menjadi dua bagian, lalu kapal induk itu meledak dengan kekuatan yang besar.

Dalam dongeng, Naga dikenal bisa mengeluarkan api dari mulutnya. Tapi Ragoji, Naga Hitam yang menjadi raja para monster itu memiliki kemampuan yang berbeda. Ragoji punya kemampuan untuk menembakan Khy dalam jumlah besar dari mulutnya. Tentu saja Khy jauh lebih kuat kalau dibandingkan dengan api.

Ledakan itu menimbulkan radiasi yang cukup besar, tapi masih aman karena jaraknya cukup jauh di atas.

Sorak sorai pasukan Cerberus terdengar ricuh saat Agrrav, kapal induk yang menjadi pusat komando pasukan Abaddon hancur meledak.

Para pasukan Abaddon yang tersisa membuang senjata mereka, lalu mengangkat tangan tanda menyerah.

Ledakan Agrrav menjadi sebuah simbol kemenangan bagi pasukan Cerberus dalam perang melawan Abaddon kali itu.

Di tengah sorakan kemenangan, dengan begitu perkasanya Ragoji melesat jauh menembus awan, menyembunyikan sosoknya di balik Awan sembari mengangkut Ain di punggungnya.

[•X-Code•]

Dalam pertempuran kali ini, Cerberus berhasil bertahan. Abaddon berhasil dihancurkan. Kemenangan yang mereka dapatkan saat itu merupakan awal dari petaka yang sudah menanti di kemudian hari.

Ainlanzer X Revolt, Tiash Lumina X, Vabica Cress, Agnamelia Lumina, Riever Draco, Kievra Draco. Nama-nama itu akan dikenal banyak orang nanti. Ujian dan rintangan sudah siap menyerbu mereka. Bukan manusia, Semesta-lah yang secara langsung memberi cobaan untuk menempa.

Perjalanan Ain menuju jati diri sejatinya -Sang Utusan Perdamaian- baru saja dimulai….

X-Code Vol. 1 : Kelahiran Sang Kesatria [END]

avataravatar
Next chapter