48 Cerberus dan Abaddon, Bagian #2

Jauh dari Right Head, Ain dan kedua sahabatnya tiba di Dinukha dengan tertatih-tatih. Masing-masing dari mereka membawa Logardium, sesuai dengan apa yang diperintahkan Rha.

Penduduk Dinukha menyambut kedatangan mereka dengan hormat. Mereka diperlakukan layaknya seorang pahlawan yang baru saja pulang dari medan perang.

"Ada apa ini, Ain?" tanya Riev. Ia merasa bingung sendiri diperlakukan seperti itu.

"Hm, aku juga tidak tahu," jawab Ain dengan ekspresi wajah yang tak jauh beda dari Riev dan Kiev.

Rha yang mendapat kabar kalau ketiga pemuda itu telah kembali dengan selamat, segera menghampiri mereka. Ia didampingi oleh dua orang pasukan Chronos yang belum pernah mereka lihat. Masing-masing pasukan itu membawa sebuah kotak besi yang cukup besar.

"Selamat datang, anak-anakku," sapa Rha dengan senyum yang ia tujukan pada ketiganya.

Ketiga pemuda itu menunduk hormat, lalu menyerahkan Logardium yang mereka bawa pada Rha.

"Kami sudah menyelesaikan ujian terakhir, Master. Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?" tanya Ain mewakili Riev dan Kiev.

Rha terdiam sejenak, lalu menyuruh kedua pasukan Chronos yang bersama dengannya untuk mendekat ke arah mereka.

Lagi-lagi Rha tersenyum, lalu berkata, "Di setiap perjalanan, kita akan menjumpai beberapa pilihan. Di depan kalian terdapat 2 buah kotak. Kotak di sebelah kanan berisi sebuah senjata tercanggih yang mampu membuat kalian menjadi manusia terkuat di Logard. Yang satunya lagi, sebuah pelindung yang bisa membuat kalian kebal dari semua serangan, menghalau kematian. Nah, pilih satu."

Kiev dan Riev saling bertatapan agak lama. Kemudian, pandangan mereka tertuju pada Ain yang malah mengerutkan dahinya sambil menempelkan kepalan tangan di dagu, pose khas yang menunjukkan kalau ia tengah berpikir keras.

"Ain, kau saja yang memilih. Kami percaya padamu," ujar Kiev yang disambung oleh anggukan kepala dari Riev.

Ain tersenyum mendengar perkataan Kiev. Ia mengangguk pelan, lalu melangkah ke depan mendekati kedua pasukan Chronos yang membawa kotak besi. Tanpa disangka-sangka, langkah Ain tidak terhenti meski posisinya berada tepat di hadapan kedua pasukan Chronos itu.

Ain berjalan melewati kedua pasukan, mendekat ke arah Rha yang berdiri di belakang.

"Aku tidak memilih keduanya," jawab Ain tanpa keraguan sama sekali.

Rha memasang tatapan tajam pada Ain lalu bertanya, "Alasannya?"

Ain tersenyum sejenak, lalu menjawab, "Keduanya bukanlah sebuah pilihan. Tujuan kami bukanlah untuk menjadi manusia terkuat, ataupun menghindari kematian. Tujuan kami di sini... Untuk mencari kebenaran, lalu membawa kebenaran itu ke permukaan."

Agak lama Rha terdiam mendengar jawaban dari Ain, sebelum akhirnya ia tertawa lepas.

Tidak hanya Rha, Riev dan Kiev juga merasa puas mendengar jawaban dari Ain. Memang benar, tujuan awal mereka bukanlah untuk menjadi kuat. Tapi untuk mencari jawaban. Sebuah kebenaran yang masih samar, menunggu untuk dijemput.

"Tujuan!" pekik Rha seusai tertawa. "Jangan pernah melupakan tujuan kalian. Ujian terakhir, sudah kalian lalui. Selamat, kalian lulus."

Perkataan Rha seolah menjadi sebuah komando bagi mereka yang hadir di sana. Seluruh penduduk Dinukha termasuk Zaina, Elanor dan ketiga teman masa kecil Ain berlutut dengan senyum yang tidak bisa mereka sembunyikan.

"Barusan adalah ujian terakhir, untuk menguji apakah kalian sanggup mengalahkan diri kalian sendiri. Kalian masih sangat muda, sering melupakan tujuan utama. Hasilnya, hati dan pikiran kalian tidak akan bisa tentram. Tapi sekarang, kalian sudah berkembang pesat. Ingat, fokuslah pada tujuan utama kalian," jelas Rha pada mereka.

Kemudian Rha membuka kedua kotak yang dibawa oleh pasukan Chronos. Ternyata kedua kotak itu kosong.

"Kalian sudah resmi menjadi bagian dari Dinukha. Untuk itu, kalian berhak mengetahui tentang apa yang terjadi sebenarnya. Ikut aku," Rha mengajak ketiga pemuda itu untuk pergi menuju markas rahasia Chronos yang berada lebih jauh lagi di dalam gunung Khyterra.

avataravatar
Next chapter