4 source

"kecelakaan yang membawaku kepadamu"

.

.

.

.

.

.

Seoul 24 juni 20xx

Rintikkan air hujan jatuh membasahi jalanan sekitar, gemuruh pun mulai bersahut-sahutan ikut meramaikan mentari sore yang akan terbenam. Perlahan terdengar suara petir yang mulai memekakkan telinga disahuti dengan angin yang berhembus kencang, tetapi hal itu tak mengusik keberadaan seorang gadis cantik yang memandangi turunnya hujan dengan hati yang gembira.

Disaat semua orang sedang bersusah payah untuk melakukan rutinitas yang terhalang oleh rintikkan air itu, gadis cantik dengan rambut sebahu itu sedang sibuk memandangi rintikkan air hujan yang berjatuhan dengan senyuman mengembang.

Gadis cantik itu mengenakan gaun putih selutut dengan senyuman manisnya, rambut hitamnya pun tampak cantik dengan sedikit terpaan dari angin yang berhembus.

Gadis itu duduk di sofa kamarnya dekat dengan jendela dan masih dengan senyuman sembari bermain air yang menurutnya sangat menyenangkan. Ia merasa jika hujan sangatlah indah dan memiliki banyak memori yang tersimpan didalamnya.

Tak ia hiraukan televisi yang menyala dikamarnya itu dan menampilkan sebuah berita yang sangat tidak menarik baginya. Ia masih memandang hujan dengan senyum mengembang lalu tak lama kemudian ia tiba-tiba merasa tertarik untuk sekedar melihat benda berbentuk persegi itu. Televisi yang semula menampilkan berita yang menurutnya tidak menarik kini menarik perhatiannya.

Sesaat ia melihat ke arah televisi dan itu membuatnya merasa aneh dan janggal dengan berita yang mereka tayangkan. Disana menampilkan sebuah tulisan yang menurutnya sangat aneh lalu ia mencoba untuk memahaminya dengan membaca tulisan tersebut

"kasus sebanyak 32 orang menghilang tanpa diketahui penyebabnya" baca gadis cantik itu dengan hati-hati saat melihat tulisan yang terpampang di layar televisinya itu.

Gadis itu mengangkat sebelah alisnya karna merasa janggal dengan berita yang ada, ia merasa sedikit aneh dengan berita yang ditampilkan itu.

"aneh sekali, bagaimana bisa orang sebanyak itu hilang tanpa diketahui penyebabnya?" gumamnya sembari tetap melihat ke arah televisinya.

Tak berselang waktu lama ada suara yang memanggil namanya dengan sedikit teriakan penuh asih sayang yang ia yakin itu adalah suara dari kakak kesayangannya.

"jung eunbi! kakak pulang!" teriakan yang berasal dari lantai dasar rumah itu. Kini senyuman terbit di wajahnya mengingat bahwa sang kakak jarang sekali mengunjunginya. Ia keluar dari kamar dengan hati yang gembira sembari sedikit berlari menghampiri sang kakak.

Gadis bernama eunbi itu hanya memiliki seorang kakak perempuan yang sangat menyayanginya tetapi sayangnya si kakak sudah mempunyai suami sehingga mengharuskannya tinggal berpisah dengan eunbi.

Sang kakak menawarkan untuk tinggal bersamanya di kota busan dan menyuruh nya untuk melanjutkan sekolahnya disana, tetapi eunbi menolak tawaran baik dari sang kakak. Ia lebih memilih tinggal dirumah peninggalan ayah, ibunya dan tetap melanjutkan sekolah di seoul.\

Meskipun masih menginjak usia 17 tahun ia adalah seorang gadis yang mandiri dan tekun tetapi hanya sedikit ceroboh. Sejak ditinggal oleh orang tuanya saat berusia 5 tahun ia menjadi mandiri karna melihat perjuangan sang kakak yang sangat kesusahan menghidupinya. Ia pun bersekolah dengan mengandalkan beasiswa dari sekolahannya, eunbi juga tidak ingin membebani sang kakak tetapi untuk keperluan pangan kakaknya selalu mengirimkan uang ke tabungannya.

"jung eunbi! cepatlah turun!" teriak sang kakak dari arah dapur sembari mengeluarkan barang-barangnya.

"iya kakak!" teriak eunbi yang berlari menuruni tangga karna tidak sabar untuk bertemu sang kakak. Melihat itu membuat sang kakak menjadi khawatir.

"eunbi jangan berlari!" teriak sang kakak khawatir dari arah dapur.

"nanti kau bisa jat--"lanjut sang kakak terpotong saat melihat adiknya terjatuh dan itu membuatnya cemas, segera ia berlari untuk menghampiri sang adik

"apa kamu baik-baik saja? " tanya nya pada eunbi dengan nada khawatir sedangkan eunbi sedikit meringis kesakitan.

"aku tidak apa-apa kak" kata eunbi sembari berusaha berdiri dibantu oleh sang kakak. Saat sudah berdiri ia langsung memeluk sang kakak dan itu membuatnya terkejut akan tingkah adik kesayangan nya ini.

"kakak aku merindukanmu" kata eunbi pada sang kakak dan semakin mengeratkan pelukannya.

"iya eunbi, kakak tau...tolong lepaskan kakak dulu!...kakak sulit bernafas" kata sang kakak menepuk punggung eunbi lembut. Sedangkan eunbi yang mendengar perintah itu dari sang kakak langsung cemberut dan melepaskan pelukannya dengan berat hati.

"apa kau tidak merindukan adikmu ini? " tanya eunbi masih cemberut. Hal itu membuat sang kakak gemas dengan tingkah adiknya.

"iya kakak juga merindukanmu eunbi ku" kata sang kakak sembari mengelus surai sang adik gemas. Hal itu membuat eunbi tersenyum ke arahnya.

"kenapa kau jarang mengunjungiku kak?" tanya eunbi sembari berjalan ke arah dapur tempat barang-barang sang kakak diletakkan. Mendengar pertanyaan sang adik membuatnya tersenyum tipis.

"kakak lagi banyak pekerjaan disana... Kau kan sudah tau kalau kakak mu ini mengurus perusahan yang sedang naik daun sekarang jadi kakak agak sibuk" katanya sembari menghampiri eunbi yang sedang melihat barang yang ia bawa di dapur.

Mendengar itu membuat eunbi ingin menggoda sang kakak yang kini sedang mulai sibuk mengupas buah.

"oh jadi itu alasannya, tapi aku masih belum yakin...kakak ku ini benar-benar sibuk atau dihalangi kakak ipar seokjin kesini karna takut merindukan kakak nanti? Hmm" kata eunbi menatap sang kakak yang sedang bersemu merah.

"huh! kau ini....kakak mu ini benar-benar sibuk kok" kata sang kakak sembari mengalihkan pandangannya karna tidak ingin sang adik tau jika pipinya telah memerah menahan malu.

"hm? Kak sowon! pipi kau memerah...kau malu ya? Haha" tawa eunbi puas mengejek sang kakak sedangkan sang kakak menatap sebal ke arah eunbi.

"kau ini menyebalkan" ucap sowon sembari menatap eunbi yang tersenyum ke arahnya, setelah itu mereka kembali melanjutkan pekerjaan mengupas buah-buahan.

"hm.. kakak kau kesini sendiri kah? Dimana kakak ipar seokjin?" tanya eunbi bingung karna melihat kakaknya yang sendirian ke rumahnya.

"seokjin tadi kembali ke kota busan untuk melanjutkan pekerjaannya disana" kata sowon masih sibuk mengupas buah.

"lalu kak, bagaimana kau bisa pulang?" tanya eunbi kebingungan menatap sang kakak yang masih fokus untuk mengupas.

"kakak akan menginap disini seminggu dan menemani adik kesayanganku ini" kata sowon sembari mencubit pipi gembul eunbi. Sedangkan eunbi berusaha melepaskan tangan kakak nya dari pipi gembul miliknya.

"benarkah? kakak akan tinggal disini? Seminggu?" tanya eunbi dengan mata berbinar dan sowon mengganggukkan kepala disertai dengan kekehan kecil.

"yeay! kita akan berpesta malam ini!" teriak eunbi karna terlalu bahagia sedangkan sowon terkekeh kecil melihat tingkah adiknya.

"sudahlah cepat kupas buah-buahan ini" perintah sang kakak yang langsung dituruti oleh sang adik.

Sejenak keadaan menjadi hening tidak ada yang berniat membuka pembicaraan, mereka berdua terlalu fokus mengupas buah. Tapi tak lama kemudian sebuah nontifikasi masuk ke dalam telepon genggam yang berada di saku celana milik eunbi

Cling...

"suara apa itu?" tanya sowon mengalihkan pandangannya menatap eunbi. Sedangkan eunbi sudah melihat ke dalam telepon genggamnya.

"hanya nontifikasi kak..."kata eunbi singkat lalu memasukkan kembali telepon genggam itu ke dalam saku celananya lagi. Dan mereka kembali fokus pada buah yang dikupas.

Lalu detik berikutnya...

Cling...

Cling...

Cling...

Cling...

Cling...

Cling...

Nontifikasi itu terus berdatangan membuat telepon genggan milik eunbi berdering terus sehingga mengganggu aktivitas mereka berdua.

"ada apa eunbi? Kenapa ponselmu berdering terus?" tanya sowon terheran dengan telepon eunbi dan eunbi langsung membuka telepon genggamnya

"ini nontifikasi yang sama kak... Tapi anehnya dari nomor yang tidak dikenal" tanya eunbi bingung sembari menatap ke arah ponselnya.

"sudahlah lebih baik kamu kembali ke kamar saja" kata sowon lembut kepada sang adik.

"lalu buah-buahannya bagaimana kak?" tanya eunbi tidak enak pada kakaknya.

"buahnya biar kakak saja yang mengupasnya.. Sudah sana kembali ke kamar" kata sowon dengan senyum sembari mendorong sang adik menjauh dari dapur.

"aneh sekali...tidak biasanya kak sowon begini.. Biasanya ia selalu senang jika aku membantunya di dapur" kata eunbi sembari melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya.

Eunbi langsung menghempaskan diri ke tempat tidurnya dengan posisi tidur terlentang.

Lalu ia teringat oleh ponselnya yang terus berdering itu. Segera ia ambil ponsel bermotif bunga sakura tersebut.

Cling...

Cling...

Cling...

Nontifikasi itu kembali menyerang nya dan membuat eunbi kesal sendiri. Segera ia buka nomer tidak dikenal itu, dan dapat ia lihat ada 10 nontifikasi yang dikirim dari nomer tersebut.

Nontifikasi itu berisi sebuah link yang sama. Eunbi pun bingung kenapa orang ini mengirimkan sebuah link? Itulah pertanyaan yang terus berputar di otaknya.

Eunbi terus melihat link tersebut tanpa niat untuk membukannya. Menatapnya dengan pandangan heran.

Cling...

Cling...

Ia kembali diserang oleh nontifikasi dari orang tidak dikenal itu. Merasa sebal dengan nomer itu ia terus saja menggerutu dan mengumpati nomer yang tidak dikenal itu. Lalu karna merasa penasaran ia pun menekan dan membuka link yang dikirimkan oleh nomer yang tidak dikenal itu.

Dan kini ia tau link itu hanya berisi tumpukan tulisan yang ia yakin bahwa itu adalah novel online. Tetapi kebingungan datang kepadanya di novel itu tidak tertulis nama pengarangnya. Karna merasa tertarik untuk membacanya eunbi pun mengambil posisi yang nyaman untuk membaca novel online itu. Ia kembali duduk di depan jendela kamarnya untuk membaca novel tersebut.

1 jam telah berlalu dan eunbi masih setia membaca novel online yang menarik minatnya itu. Ia masih duduk disana sembari membaca, tidak ia pedulikan mentari yang sudah tenggelam dan langit yang menunjukkan kegelapan malamnya. Kini eunbi telah sampai pada epilog dari novel itu,saat ingin membacanya suara sang kakak pun terdengar ke telinganya.

"jung eunbi cepat turun....ayo makan!" teriak sowon dari arah bawah dan berhasil eunbi pun meletakkan ponselnya di meja dan berlari turun menghampiri sang kakak.

Saat eunbi turun ke bawah ponselnya kembali berdering dan menyala, nomer tidak dikenal itu pun mengirim satu pesan yang berisi kata-kata aneh.

'kau harus merubah alurnya atau kau akan ikut menjadi bidak caturnya'

Lalu setelah itu link itu pun menghilang beserta nomer yang tidak dikenal itu dan ponsel milik eunbi kembali mati.

Diruang makan

"apa yang kau masak kak?" tanya eunbi dengan senyuman yang sangat manis.

"aku memasak bulgogi, bibimbap dan juga japchae" kata sowon dengan pandangan datar menatap ke arah eunbi. Eunbi pun melihat makanan itu dengan penuh minat bahkan ia meneliti setiap inci dari makanan itu.

"ayo kak...cepat kita makan!" kata eunbi sembari berjalan menuju tempat makan itu.

Mereka makan dengan lahapnya,keheningan pun menyelimuti mereka. Mereka sibuk dengan makanan dihadapan mereka.

"hum! makan kak sowon memang yang terbaik!" kata eunbi tiba-tiba memuji masakan sang kakak dan sowon yang melihat itu hanya menatap sang adik dengan pandangan datar.

"jung eunbi" panggil sowon pada eunbi dengan nada datar. Dan eunbi pun menghentikkan aksi makannya dan menatap kakak kesayangan nya itu.

"ada apa kak?" tanya eunbi kepada sowon yang masih terdiam.

"hm.. Eunbi, apakah kau kerja paruh waktu selama ini?" tanya sowon kepada eunbi dengan nada tegas sembari menatap eunbi dengan tatapan mengintimidasi. Sedangkan eunbi pun bingung untuk menjawab dan ia pun takut untuk sekedar menatap mata kakaknya itu.

"darimana kakak mengetahuinya?" tanya eunbi dengan nada terkejut dan menatap kakaknya yang hanya melihatnya dengan wajah datar.

"berarti kau benar bekerja paruh waktu selama ini?" tanya sowon masih dengan nada tegasnya menatap ke arah eunbi yang sedang gugup

"be-benar kak" kata eunbi dengan menundukkan kepala sedangkan sowon yang melihat itu hanya menghembuskan napas kasarnya.

"jung eunbi! apakah belum cukup aku memberimu uang saku hm? Kenapa kau kerja paruh waktu?!" tanya sowon dengan nada yang sedikit meninggi.

"maaf kak, aku hanya tidak ingin membebanimu" kata eunbi masih dengan kepala tertunduk

"astaga eunbi....kau tidak perlu bekerja!...kakak tidak pernah merasa terbebani...jadi tolong berhentilah" kata sowon yang mulai melembut pada sang adik.

"tidak mau kak....pekerjaan ini sangat menyenangkan untukku dan pekerjaan ini sangat membantuku" kata eunbi berusaha membantah sang kakak.

"apa katamu? jung eunbi tolong mengertilah...cukup fokus dengan nilaimu dan untuk keperluanmu biar kakak yang mengurusnya" kata sowon berusaha menasehati eunbi yang keras kepala.

"tapi kak---" kata eunbi yang berusaha menyangkalnya namun terpotong oleh perkataan sowon.

" sudahlah eunbi...turutilah kakak mu ini ya? kumohon" kata sowon dengan nada memelas.

Dapat didengar hembusan nafas kasar yang eunbi keluarkan. Baginya pekerjaan itu sangatlah penting tapi tidak lebih penting dari hubungannya dengan sang kakak. Dengan berat hati ia pun memutuskan untuk menuruti sang kakak.

"baiklah, aku akan berhenti" kata eunbi dengan nada malas.

"benarkah? ... terima kasih adikku" kata sowon tersenyum ke arah eunbi. Sedangkan eunbi memutuskan untuk pergi ke kamarnya, kini nafsu makannya telah hilang dan hanya menatap masakan sang kakak dengan datar.

"aku akan ke kamar kak untuk bersiap pergi ke tempat kerja" kata eunbi malas dan bersiap pergi kekamar nya.

"tentunya untuk mengundurkan diri" lanjut eunbi dengan suara yang semakin mengecil.

"baiklah... cepatlah bersiap...setelah itu kita bisa mulai pestanya" kata sowon sedikit berteriak sembari tersenyum sedangkan eunbi sudah naik ke kamarnya dengan langkah malas.

Dikamar eunbi

Eunbi pun mengambil beberapa pakaian yang berada di lemari untuk pergi bersiap dan pergi ke kamar mandi di sebelah kamarnya tapi sebelum itu ia kembali melihat ke arah ponsel miliknya.

"oh ya...novel itu kan belum selesai ku baca" gumamnya kecil, eunbi pun mengambil ponselnya dan membukanya. Lalu tak lama kemudian ia mengernyit heran.

'aneh... kenapa novel itu tidak ada? Bahkan nomer asing itu pun tiba-tiba menghilang' batin eunbi bingung. Lalu detik berikutnya ia melihat ke arah jam yang ada di ponselnya.

"sebaiknya aku cepat bersiap" katanya sembari meletakkan kembali ponselnya dan pergi dari kamarnya menuju kamar mandi.

Dikamar mandi

Eunbi pun melaksanakan kegiatannya yaitu berganti pakaian. Setelah selesai ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Kini ia pun nampak manis dengan setelan yang ia kenakan.

Ia juga tampak cantik dengan rok coklat diatas lutut, setelan berwarna hitam-putih, dilengkapi dengan sweater berwarna coklat dan jangan lupakan tas coklat cantik yang ia bawa. Penampilannya sungguh manis bahkan ia hanya memilih menggunakan sepatu berwarna coklat yang menyelaraskan bajunya.

Ia pun pergi kekamar hanya sekedar untuk mengambil ponsel miliknya. Dan melangkahkan kaki menuruni tangga dirumahnya untuk sekedar pamit pada sang kakak lalu setelahnya ia pergi meninggalkan rumah sederhananya.

Dengan berat hati ia mengayuh sepeda cantiknya meninggalkan rumahnya itu. Eunbi pun memutuskan untuk bersepeda daripada menaikki kendaraan umum, menurutnya bersepeda sangatlah menyenangkan selain untuk kesehatan bersepeda cocok buat menikmati angin malam yang menyejukkan.

Tapi anehnya jam masih menunjukkan pukul 21.00 KST dan keadaan sangatlah sepi hanya beberapa kendaraan yang lewat.

Eunbi berusaha untuk tidak peduli dan kembali mengayuh sepedanya menuju ke tempat tujuan. Tapi saat persimpangan ia berhenti sejenak memikirkan jalan yang akan ia tempuh.

"jika aku lewat supermarket itu maka akan sangat jauh" gumamnya bimbang melihat ke arah jalan yang terdapat supermarket disana.

"dan jika aku melewati terowongan itu akan mempersingkat waktuku tapi aku harus melawan arus lalu lintas" gumamnya kembali melihat ke arah terowongan itu. Setelah bertempur dengan pemikirannya ia pun memutuskan untuk melewati terowongan itu.

"lebih baik aku lewat terowongan saja...lagipula jalan sedang sepi sekarang" jawabnya kemudian dandengan segera ia mengarahkan sepedanya ke terowongan itu.

Ia sudah setengah jalan dan baguslah semua berjalan lancar namun itu tak bertahan lama, karna kini sebuah mobil sedang berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata dan parahnya mobil itu menuju ke arah eunbi.

Eunbi pov on

Aku memutuskan untuk melewati terowongan itu karna menurutku jalanan sedang sepi. Tapi ini sangat aneh jalanan seoul yang biasanya ramai oleh lalu lintas kendaraan kini mendadak sepi seperti tak ada kehidupan. Yah, tapi ini sedikit menguntungkanku

Menikmati angin malam dengan bersepeda tidaklah buruk melainkan sungguh menyenangkan, hal itu membuat rambut sebahuku bergoyang dan aku sangat menyukainya. Saat sedang menikmati angin malam aku menyadari ada sebuah cahaya dan suara klakson mobil dari arah depan ku. Aku pun membelalak kan mataku.

Tinn... Tinn...

"akh!"

avataravatar
Next chapter