1 Chapter 1

Chapter : 1

Akan lebih baik jangan di paksakan begitu juga aku sebaliknya. Dari sana aku paham ternyata aku salah, sempat tidak jatuh hati.

Ini saatnya aku harus menghargai keinginan bapak, dengan pilahannya semoga benar laki - laki di masa lalu. Akan segera aku ketahui, iya secepetnya itu harapanku.

~o0o~

-

-

-

"Adikmu emang keras kepala tapi aku anggap masih waras," pungkas Kinanti seraya menegakan kepala.

"Tapi jika di biarkan?"

"Papah akan terus mendesaknya."

Antoni terperangah, "Saat seseorang ingin merencanakan pernikahan.. mereka harus berpikir secara sadar."

Deg// mendelik, "Maksudku.. Dia bukan orang gila." lugas Utari tertegun.

Gadis ini, mencerna kembali atas perkataannya. Laki - laki itu mendongak sejenak pada atap mobil ia menekan sebuah tombol, tersadar wajah - wajah mereka sudah terselimut gelap, disebuah kendaraan roda empat

"Kenapa tidak kamu nyalakan?"

"Aku pikir, ini akan otomatis."

"Wajahmu terlihat memikirkan sesuatu?" tanya Antoni didepan kemudi.

"Setauku tuan Jatayu memiliki dua anak putra. Pas aku tanya Bapak, beliau mengatakan ada satu anak sebelum Aryan dan setelahmu. "

"Kami tiga bersaudara.." ungkap Antoni diam sejenak, "Ardan sendiri? Hanya bisa bicara mengenai pekerjaan saja. Ah.. Jika aku pikir kembali dulu kami bertiga hidup berjalan santai dan baik - baik saja."

Tentang nama Utari itu adalah nama tengah Kinanti Utari Atmaja tersemat khusus untuk Antoni memanggil gadis ini, sebagai Kinan.

Utari yang sedang duduk menyender di belakang rupanya Ia sedang mengerenyitkan dahinya, kalo wanita ini benar - benar  masih bingung. Apa yang sedang Antoni katakan padanya.

"Aku berpikir yang waras dikeluargaku itu hanya aku sendiri." keluh Antoni seusai menghela napasnya lagi.

"Jika mas gila aku tidak mau diajak pulang tadi." celetuknya.

Antoni tertegun diam atas ucapan kinanti terlihat wanita dijuluki wanita berambut ikal itu sedang mengosokan kedua tangan nya.

"Bapak masih menghargai keputusan keluarga Jatayu." Mata itu jelas terlihat suntuk kembali ia tidak mau menyakiti perasaan keluarga Antoni.

"Harusnya kau bicara dulu padaku saat itu.. padahal keluargamu boleh saja menolaknya." saran Antoni.

"Awalnya sih gitu.. aku menolaknya tapi kian hari aku bisa mengerti." tutur Kinanti melirik kaca.

Antoni kembali melempar mukanya kebelakang.

"Ini bukan tentang perjodohan tapi kesembuhan."  Pada saat itu kinanti sebenarnya masih ragu atas keputusan jika nanti dirinya  masuk di kehidupan Aryan.

"Maaf jika merasa terbebani oleh Papah,"

"Sudalah..., jangan seperti ini!" lugas kinanti meminta pria itu tetap fokus dengan mengemudinya.

Gadis itu terus meyakinkan agar rencana mereka semua berjalan baik - baik saja tanpa ada kendala, pikir mereka. Ini semua keinginan dari tuan Jatayu terlebih hubungan dengan keluarga Kinanti sudah terjalin cukup baik.

"Aku bisa mengerti keadaan keluargamu sekarang. Ini sedikit susah menurutku" sekejap Kinanti melirik Arloji. "kendala terbesar mas Aryan benar - benar tidak mau mendengar perkataanmu."

"Ada satu pria lagi bukan Ardan tapi nanti kamu akan tahu, bukan dari aku. Skandal itu berawal sejak dibangku menengah atas." ungkapnya.

"Uhum, aku berpikir mas Ardan melakukan apa.. sampai dampak nya seperti ini?" pikir Kinanti ironis.

"Itu yang sedang aku cari. Makanya keluargaku melibatkan keluarga Atmaja. Aku sempat ingin bertanya sosok dirimu dimasa lalu sebagai apa?"

"Aku yakin! Kalian saling terkait." imbuh Antoni.

Sepintas kinanti memejam matanya mengingat kejadian di delapan tahun lalu. Bayangan dari setiap orang - orang yang dirinya kenal kembali datang, tapi. Itu hanya pikirnya dalam angan.

"Tapi jika aku pikir lagi?? Sepertinya itu bukan Mereka." di dalam mobil seketika tidak bergeming. Kinanti hanya berbicara dalam hati.

Pekerjaan nya yang sedikit melelahkan dimana ia menjadi seorang pegawai teller Bank. Utari tak sempat memberitahu kepada atasannya kalo itu semua bukan kesalahan Maira, teman kerja Utari.

Ditambah dengan intrik anak - anak dari keluarga Jatayu semua tertuju pada gadis ini.

"Aku merasa ini bukan kesalahannya.." pikir Utari mengalihkan obrolan sesaat.

Antoni bertanya tentang kekhawatiran yang sedang Utari alami sore tadi, mereka bisa seatap mobil kebetulan pemuda seperti Antoni mendapati Utari sedang berjalan di persimpangan dalam raut letih.

"Masih berpikir kamu yang salah? Udahlah.. lagipula itu kesalahan teman kamu." tukas Antoni.

Utari menyangkal seraya menggeleng, "Bukan, pada saat itu aku ingin mengatakan sama pak William, kalo itu bukan kesalahan Dia."

"Lalu?" jawab Antoni tetap pokus mengemudi.

"Pembukuan di hari Rabu sama Kamis tidak sesuai saldo awal. Nah.. ternyata temanku hanya mengecek saldo pengeluaran di ATM yang satunya. Padahal keseluruhan saldo ada di dua Atm yang berbeda."

"Sederhanakan saja." usul Antoni.

"... ATM kedua ke-Blokir. Dari awal harusnya aku kasih tahu dulu kalo kesuluruhan saldo ada di dua ATM."

"Menurutku? Ini jauh dari kata hipnotis mungkin kesalahan terbesar. Bukan tentang itu? Iya harusnya kamu mengatakan terus terang sama atasanmu." saran Antoni.

"Ya sudah nanti aku akan dirumah saja."

"Akan aku katakan nanti saja, terlebih.. yang aku ingat itu tidak jadi bukti."

"Dia bukan tipe pria yang berkeluarga!" ungkap Antoni.

"Mas Ardan?"

Antoni mengalihkan padangan dari tatapan setir, "Keduanya."

Kali ini Kinanti harus mengingat kenangan nya lagi, saat kedua pria itu melintas kembali terkadang menggapai dan menyiksa pikiran wanita ini, dalam dua kali.

"Skandal ... Aku.. Belum bisa mengatakan ini semua pada keluarga Jatayu, terutama Antoni."

"Sudah sampi Halte." sahut mobil terhenti

"Aku lihat Aryan tadi." kata Kinanti bukan omong kosong tapi yang ia pikirkan memang dia, Aryan berjalan dengan langkah cepat.

"Kenapa aku tidak sadar?" tanya Antoni dalam gumam.

"Dimana? Ahhh.. Aku harap dia tidak pergi terlalu jauh."

"Dari belakang mobil," ungkap Kinanti.

Sudah memasuki pukul 07.00 malam, mulut Antoni sudah menguap.

"Padahal.. ini belum memasuki tengah malam loh! Tapi, wajahmu seperti sudah pukul 12.00 malam. Hahaha.." ledek Kinanti menekuk dahi.

Supir ini tidak benar - benar menguap puas, namun hanya matanya berair yang ia tunjukan. Kaget dengan candaan yang baru saja Kinan katakan beberapa detik yang lalu kepadanya.

"Huffsh, ckh! Aku kalo mau menguap lagi susah tau!" decak Antoni.

"Iyaa.. Tinggal buka lagi, tahan dan biarkan,"

"Itu reaksi tubuh, mana bisa di ulang."

"Setidaknya.. Coba dulu." balas dalam wajah meledek.

Hatinya berdalih...

Aryan hanya berkata, "Kau bukan mas Ardan, kau hanya penasaran atas semua hidupku. Menurutku Itu akan menjadi sia - sia."

avataravatar
Next chapter