2 part 1: first day.

Aku terbangun dari tidurku, lalu segera aku mematikan alarmku dan melihat ke jarum jam. Jam menunjukan pukul 06:00. Aku berdiri sambil merenggangkan badan, membuka jendela dan menghirup udara segar. Aku langsung keluar dari kamarku untuk berjalan menuju ruang makan untuk sarapan karena hari ini adalah hari pertamaku sekolah di SMP 7. Di dapur aku melihat ibu sedang memasak, Ternyata makanannya masih dimasak. Aku segera jalan ke dapur, mengambil segelas air lalu meminumnya. Aku bicara kepada ibuku.

"Bu... ayah mana?"tanyaku

"Sudah berangkat sebelum kamu bangun"

"Ibu perlu bantuan?"

"Iya nak, tolong bantu ibu sebentar"

*Aku langung membantu ibuku memasak sarapan untuk kami sarapan*

Setelah selesai memasak, jam menunjukan pukul 06:48. Aku bergegas untuk menghabiskan sarapanku lalu memakai seragam dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tas, dasi, sepatu, kaus kaki, dan topi. Semua lengkap dan sudah rapi. Siap berangkat, tiba-tiba..

"Iann" teriak ibuku.

"Iya bu.. ada apa?"

"Kamu gak apa-apa berangkat sendirian? Ibu antar ya."

"Gak usah bu.. Iann bisa berangkat sendiri."

"Tapi.. yasudah, hati-hati ya Iann"

"Iya bu.."

Aku berangkat ke sekolah memakai kendaraan umum. Semua baik-baik saja sampai ketika aku sadar kalau ada seseorang yang melihatku dengan pandangan yang aneh, pandangan itu seperti tatapan seseorang yang jahat tapi aku ragu. Aku mencoba untuk fokus dan tidak teralihkan oleh orang aneh itu, tapi dia selalu memandangiku dengan tatapan yang jahat. Tak lama kemudian dia berdiri dari tempat duduknya, dan tidak disangka-sangka dia berjalan ke arahku lalu duduk disampingku. Tanganku sudah siap untuk memukul mata jahat orang aneh itu, tetapi aku masih ragu dia musuh atau bukan. Tiba-tiba dia..

"Eh lu sekolah di SMP 7 juga?" Tanya orang aneh itu.

"Juga?"

"Iya, soalnya baju gua baju SMP 7, sama persis kayak punya lu."

"Hmm."

"Tenang bro.. gua juga anak baru di sana."

"Kok lu bisa tau?"

"Mana mungkin anak kelas 8 dan 9 pake pakaian serapi lu."

"Bener juga."

"BTW, nama gua Akiong."

"Gua iann"

*kami berjabat tangan, setelah berjabat tangan aku bertanya sesuatu ke akiong.*

"Mata lu kenapa?" Tanyaku.

"Oh mata gua, kemarin hari yang sial bro. Gua kemarin main kasti, bolanya kena mata gua. Untung bolanya pelan."

"Kasihan."

Kukira dia (Akiong) itu musuh, ternyata hanya orang yang sedang sial. Aku merasa lega bisa mengetahui itu. Beruntung dia adalah teman, bagaimana jika dia musuh? Masa hari pertamaku ke sekolah harus berurusan dengan orang yang menatapku. Lupakan, itu hanya imajinasiku saja.

Sebentar lagi aku dan Akiong akan sampai ke sekolah. Dia memberi tau ku dengan menunjuk sekolah itu dengan jarinya. Agak aneh, mungkin itu adalah sifatnya. Setelah turun dari kendaraan umum kami berjalan kedepan sekolah. sampainya kami depan sekolah Akiong bilang..

"Ini dia sekolah impian gua!" Teriak Akiong

"Dih, norak banget."

"Iya dong, soalnnya sekolah ini adalah sekolah yang paling susah untuk lulus tes daftar masuknya. Hanya orang pintar dan beruntung yang bisa masuk kesini."

"Jadi lu termasuk orang yang mana? Pintar atau beruntung?"

"Beruntung hehe, karena dari semua murid yang lulus tes termasuk gua. Gua adalah peringkat paling bawah. Betapa beruntungnya gua mendapatkan nilai 78 untuk semua tes. Itupun gua ngerjainya ngasal."

"Tidak ada yang namanya keberuntungan. Semua itu hanyalah setingan."

"Lho.. buktinya gua masuk ke SMP terfavorit."

"Gua tau kali kalo orang tua lu nyogok kepala sekolah agar lu bisa lulus."

"Lho, kok lu sok tau sih?"

"Pertama lu ngerjain tesnya ngasal dan dapet nilai yang sama, menurut gua itu janggal. Kedua gua liat jam tangan lu, itu adalah jam tangan yang harganya hampir seharga mobil. Itu semua sudah terbukti kalau orang tua lu itu adalah orang kaya."

"Aah, cuma asumsi lu doang kali."

"Kalo gak percaya coba tanya orang tua lu nanti."

"Iyain aja deh."

Setelah kita ngorbrol, kita berjalan masuk ke dalam sekolah dengan perlahan sambil melihat-lihat sekitar. Tiba-tiba ada senior yang berjalan ke arah kami dan bilang..

"Anak baru kan?" tanya si senior.

"Iya." jawab kita berdua.

"Ikutin kakak, kakak bakal anterin kalian ke tempat berkumpul anak baru."

*kami berdua mengikuti si senior.*

"Ini dia tempatnya." Ucap si senior

"Makasih kakak." Jawab Akiong.

"Sama-sama. Oh iya, nama kakak Andiroy tapi panggil aja Andi."

"Nama gua Akiong."

*suara akiong berubah jadi lebih lembut.*

"Akiong dan..?" Tanya andi

"Iann."

Setelah berkenalan, aku dan Akiong disuruh untuk berbaris di lapangan untuk upacara pembukaan masa orientasi. Aku berusaha untuk baris di barisan paling belakang karena aku tidak mau, dikarenakan aku merasakan hal yang aneh jika aku berada di paling depan. Mungkin hanya feeling.

"Yang tinggi di depan dan yang pendek di belakang." Kata petugas upacara

Karena tinggi badanku paling tinggi diantara yang lain, tanpa pikir panjang aku langsung berdiri di barisan bagian depan. Seperti yang dibilang Akiong, hampir semua murid kelas 8 dan 9 tidak berpakaian lengkap. Apakah guru-guru di sini tidak sadar akan hal itu atau itu sudah biasa bagi mereka. Iyasih, pakaian lengkap belum tentu pintar, itu semua tergantung niatnya.

Setelah upacara selesai, kita diberi waktu 10 menit untuk istirahat. Setelah itu semua kelas 7 diberi tau kalau setelah istirahat kita akan ada kegiatan perkenalan sekolah. Katanya perkenalan sekolah akan diatur oleh kakak kelas 8. Aku mengiyakan semua itu.

*10 menit kemudian.*

"Oke semuanya dengerin kakak, kita akan mengadakan kegiatan perkenalan lingkungan sekolah. Perkenalan lingkungan sekolah akan dilaksakan oleh saya dan dua kawan saya. Semua harap dengarkan dengan baik-baik. Paham!" Teriak senior

"Iya kak." Jawab kita semua

Kakak-kakak kelas ini terlihat baik dan ramah, mungkin karena sedang dilihat oleh guru-guru makanya mereka bersikap baik. Kayaknya sih, aku gak terlalu yakin soalnya. Aku bilang ke Akiong.

"Akiong, menurut lu mereka baik atau engga." Tanyaku.

"Ya pasti baiklah. Liat kakak yang satu itu tuh, logatnya aja logat orang baik kok. Lu ngapa sih khawatir amat?"

"Gak, bukan apa-apa."

Kita dituntun oleh satu guru dan tiga senior untuk melihat-lihat sekeliling, melihat pemandangan sekolah. Tidak ada yang aneh, mungkin hanya pikiranku saja yang selalu memikirkan mereka baik atau tidak. Aku harus selalu positive thinking terhadap orang yang baru aku kenal. Akhirnya kita sampai di lapangan olahraga dan di depan ruangan yang agak berantakan. Lalu..

"OK adik-adik, ini adalah ruangan peralatan olahraga, memang agak berantakan tapi ruangan ini lengkap. Ada bola basket, bola futsal, bola voli, dan lain-lain. Mumpung kita ada di lapangan nih, kita bakalan main games nih. Kalian ada 40 orang berarti.. Coba bikin 4 barisan, satu barisnya 10 orang, ayok cepet, yang tinggi di depan."

*semua bergegas membuat barisan.*

Setelah berbaris dan seperti biasa aku berada di depan barisan, aku melihat guru yang ikut rombongan itu sedang berbisik dengan kakak-kakak senior. Setelah menunggu sekitar dua menit, guru itu pergi meninggalkan rombongan. Aku mulai merasa ada yang tidak enak. Kakak senior itu tersenyum licik dan bilang..

"Hey hey, kalian yang tidak memakai pakaian lengkap berdiri di depan barisan. SEKARANG!!" Teriak lantang salah satu senior itu.

*semua terlihat panik sekaligus kaget.*

"Dalam hitungan ketiga. Satu, dua..."

semua murid yang berpakaian tidak lengkap langsung berlari kedepan

"OK sepertinya sudah semua." Masih salah satu senior yang berteriak lantang.

Sesuai dengan pikiranku, mereka (senior-senior) itu hanya berprilaku baik jika ada guru dan jika tidak dilihat oleh guru mereka bersikap seenak mereka. Memang dasar senior. Ada Sekitar 4 orang termasuk Akiong berdiri di depan barisan. 4 orang itu tidak berpakaian lengkap, ada yang tidak memakai dasi, kaus kaki, dan topi. Akiong memberi isyarat dengan melirik ku dengan tatapan takut dan cemas. Aku tidak terlalu mempedulikan Akiong, kalau memang salah tetaplah salah.

"Kalian tau kesalahan kalian kan! Dasar junior-junior gak tau aturan, baru hari pertama sekolah malah bikin masalah!" Kata kakak senior sambil menunjuk-nunjuk.

*Kakak senior itu mulai berbicara dengan nada teriakan yang sangat kencang sampai membuat salah satu murid perempuan yang memiliki paras yang lumayan cantik menangis ketakutan.*

"Loh kenapa nangis? Terlalu kasar kakak ya? Tenang Sehabis ini kita jalan-jalan yok, berduaan aja. Kamu cantik juga ya. " Kata si senior sambil merangkul dan mencubit-cubit pipi si murid perempuan.

Aku sedikit kaget ketika dia merangkul perempuan itu. Tidak cuma keterlaluan ketika tidak ada guru, dia juga tidak memperlakukan perempuan dengan sepantasnya, itu lebih ke pelecehan. Memang keterlaluan. Kesabaranku hampir habis, tanganku sudah mengepal dengan keras karena kesal. Aku melirik sedikit ke belakang, sebagian dari mereka mempunyai perasaan yang sama seperti ku yaitu perasaan kesal dan marah menjadi satu.

Aku memiliki rencana yaitu: Dikarenakan mereka sedang sibuk memarahi aku diam-diam melepas dasiku, berharap mereka sadar dan menegur ku. Mereka pasti akan marah besar, disitulah aku akan beraksi.

*aku melepas dasiku secara perlahan.*

*tak lama kemudian orang yang merangkul perempuan tadi bilang..*

"Hey lu. Maju sini!" Teriak senior.

*aku berjalan ke arah si senior*

"Gua bilang apa tadi, yang tidak berpakaian lengkap maju kedepan! Dengar gak?" Teriak si senior.

"Dengar" jawabku dengan nada suara santai.

"Terus ini apa?" (Sambil menggenggam erat kerah bajuku)

Aku menggenggam kembali kedua tanganya dengan erat sampai tangannya lemas dan melepas genggamanya. Wajahnya sedikit panik karena aku melawan balik. Lalu aku mendorongnya dengan kuat sampai dia terjatuh. Karena merasa dipermalukan di depan murid-murid yang lain, dia langsung berdiri dan lanjut menyerang ku dengan pukulan ke arah wajahku. dikarenakan gerakannya yang lambat aku jadi memiliki kesempatan sebelum pukulanya mengenai wajahku, tanpa berpikir panjang aku langsung melontarkan pukulan yang cepat dan kuat ke wajahnya. Dia langsung terbaring lemas di tanah dengan posisi tengkurap.

"Ini untuk orang yang melecehkan perempuan dan tidak memperlakukannya dengan pantas" kataku dengan tegas.

Kedua temannya hanya bisa kaget dan terdiam setelah melihat kejadian barusan. Aku berjalan perlahan ke salah satu senior yang lain. Dia berjalan mundur berusaha untuk menjauh dari ku karena takut. Aku berencana untuk melakukan hal yang sama kepada dia yaitu membuatnya terjatuh seperti temannya yang sedang terbaring lemas di tanah. Tapi tiba-tiba..

"Hey, stop!"

Suara itu berasal dari seberang lapangan. Itu adalah...

To be continue.

avataravatar
Next chapter