1 Chapter 1: Wawancara

Wawancara hari ini sangat penting.

Perusahaannya adalah sebuah perusahaan besar yang terkenal di kota. Penawarannya sangat banyak sekali dan gajinya sangat mengagumkan. sebagai lulusan dari Universitas C, Aku bahkan tidak memenuhi syarat untuk pergi wawancara. Namun, terima kasih pada ibuku yang memberikan hadiah dan mentraktir makan malam pada teman dan saudaranya, juga memberikan amplop merah besar pada staf perusahaan ini, Aku akhirnya mendapat kesempatan untuk ikut wawancara.

Tidak hanya itu, ada juga pakaian bermerek yang Aku pakai dan sepasang sepatu high heels kinclong yang juga harganya adalah uang dalam jumlah besar. Sudah pasti untuk anaknya agar mendaptkan sebuah mangkuk beras emas (pekerjaan dengan gaji tinggi). ibuku yang pelit sudah banyak menghabiskan uang tabungannya.

Karena harapan yang tinggi dari ibuku dan sangat besarnya modal yang sudah di investasikan, Aku merasa sangat stres. Sebelum meninggalkan rumah, Aku tidak bisa tidak untuk mengerutkan wajah dengan menyedihkan lalu berusaha untuk mendapatkan jaminan darinya: " Mah..... kalau Aku mengacaukan wawancaranya, Kau tidak akan menyalahkanku kan?"

Mamah nampak baik saat Dia dengan hati-hati membantu memperbaiki kerah bajuku dan memberikan senyum perhatian: "Gadis bodoh, kenapa Kau menanyakan hal ini? apakah Kau berpikir ibumu seseorang yang berpikiran sempit?"

Ketika Aku mendengar nada bertanya dan melihat perubahan ekspresi di matanya menjadi sengit, Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku.

Seperti sihir, ekspresi di mata ibuku seketika berubah bersahabat dan tertawa penuh kasih sayang: "jika Kamu mengacaukannya, berarti Kamu mengacaukannya la..., bukan masalah besar karena Aku akan mencarikan kesempatan lain untukmu."

Seketika Aku merasa lega dan tidak merasa terlalu stres. Saat sedang memakai sepatu, dengan santai Aku bertanya: "Ngomong-ngomong, apa kesempatan yang lain?"

"Jika kamu tidak bisa mendapatkan mangkuk beras emas (pekerjaan dengan gaji tinggi), masih ada kura-kura emas ( suami kaya)" ibuku dengan penuh sayang memegang kepalaku dan dengan nada yang sangat lemah lembut berkata: "Anakku yang baik jangan bilang ibumu tidak memberikan kesempatan, jika Kau gagal wawancara, pernikahanmu dengan anak bibi Liu, Jin Song akan segera dilaksanakan, la...."

" ..... "

Di Jin Song, orang yang seperti namanya yaitu pria kuat dan perkasa, dengan kulit coklat gelap, dan tinggi 1,9 meter. Dia adalah seorang pelatih olahraga fitnes dengan otot yang sangat keras dan sudah pernah mewakili kota memenangkan dua kejuaraan angkat beban sebelumnya. Dikatakan bahwa Dia juga anggota dari Sanda ( sistem pertahanan diri dan olahraga tempur China) Club. ini sangat berbeda jauh dari Aku yang mungil dan rapuh, yang sama sekali tidak olahraga. Dia dapat dengan mudah mengangkatku dengan satu tangan tanpa bersusah payah seperti elang merampas seekor ayam ....

Sekarang level stresku malah semakin tinggi.

Ketika Aku meninggalkan rumah dengan hati yang berat, ibuku dengan ekspresi yang serius diwajahnya, memberitahuku: "Xia Ye, Kamu harus ingat selalu sopan setiap saat, dan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan staf di perusahaan. jika tiba-tiba ada kejadian yang tidak terduga, telpon dan laporkan pada ku dengan jelas, Kau mengerti?"

Aku menganggukkan kepalaku berulang-ulang untuk menunjukkan bahwa Aku mengerti. Aku mengambil tasku lalu memulai perjalanan mencari kerja. Namun, Aku tidak tahu bahwa diwaktu yang bersamaan, Aku juga memulai perjalanan yang tidak ada jalan kembali. dimana akan merubah jalan hidupku selamanya.....

____

Wawancara akan dimulai pada pukul sembilan. Untuk berjaga-jaga, Aku tiba setengah sembilan di tempat wawancara. Baru berdiri didepan gedung menjulang tinggi dimana perusahaan berada, Aku sudah bisa merasakan perkembangan teknologi dan kesempatan yang luar biasa. Aku tidak bisa untuk tidak berharap dan berhasrat untuk bekerja di sini. Jika Aku diterima kerja oleh perusahaan, Aku akan merasa bangga dan gembira untuk pertama kalinya ah!

Sambil memikirkan hal tersebut, Aku membenarkan posisi tasku lalu berjalan tegak berusaha untuk terlihat lebih seperti pekerja kantoran dan berjalan masuk. Tapi karena Aku tidak terbiasa memakai high heels, sebelum melangkah kedalam perusahaan, Aku sudah tergelincir jatuh di tangga.

Sebuah permulaan yang buruk ah! Aku dengan gugup melihat sekitar dan beruntung tidak ada yang memperhatikan kearahku. Akhirnya, Aku cepat-cepat berdiri tegak lagi dan masuk kedalam.

_____

Mengingat perkataan ibuku untuk bersikap sopan setiap saat. Aku tersenyum lalu berjalan ke aula resepsi di lantai tiga. Di sana sudah banyak kandidat yang menunggu untuk di wawancara. Semua orang duduk tegak dengan tenang, siap untuk bertempur. Mereka terlihat rapi, sangat bermatabat, dan serius, jadi Aku mengurangi senyumanku dan memasang penampilan yang rapih dan sopan.

Sesuai dengan departemen dan posisi yang berbeda, beberapa area tunggu untuk kandidat sudah di tentukan. Memegang lamaran sekertaris profesional, Aku berusaha untuk terlihat santai lalu berjalan ke meja depan untuk bertanya dengan sopan: "Hallo, bisakah Aku bertanya dimana kandidat posisi sekertaris harus menunggu?"

Sang resepsionis terlihat sangat sibuk, mengangkat kepalanya, menatapku dengan tanpa ekspresi lalu menunjuk sebuah arah: "Di sana!"

"Terimakasih." Aku mengangguk lalu berjalan kearah yang ditunjukkan.

____

Mungkin, karena hanya ada satu lowongan pekerjaan, di sana tidak banyak kandidat untuk posisi sekertaris. Kemungkinan ada tujuh atau delapan orang duduk di koridor dan Mereka terlihat baru lulus dari universitas. Seperti Aku, Mereka juga memegang lamaran dan kurang lebih terlihat gugup dan gelisah.

Aku merasa sedikit lega dan diam-diam menenangkan diriku sendiri. Walaupun ada sedikit harapan, sedikitnya kira-kira ada kesempatan 10%.

Saat Aku berpikir positif, Aku menemukan seorang pria muda yang sedang duduk di pojok, dekat dengan jendela.

Ketika Aku melihatnya, pikirkanku seketika terlintas sebuah kata: Saingan!

Dia juga terlihat seperti awal dua puluhan. Dia berpenampilan sangat tampan, rapi, dan sangat elegan. Dia mempunyai sepasang mata yang hitam dan jernih. kulit yang lembut dan putih dan juga postur yang ramping. Selain penampilannya yang luar biasa, Dia memancarkan kecenderungan yang sangat elite dan keahlian dari kepala hingga jempol kaki. yang terpenting, Dia terlihat tenang dan nyaman. tanpa sedikitpun tanda-tanda kegugupan. Peseruta lain termasuk Aku sudah pasti akan kalah olehnya.

Tiba-tiba Aku merasa tidak mempunyai kesempatan sama sekali.

Bukan karena aku tidak punya rasa percaya diri, tapi aura orang ini terlalu kuat. hanya dari sikap dan tampilan luarnya saja, Kau bisa melihat bahwa Dia orang yang sangat bisa diandalkan dan orang yang efisien. Selain itu, rasa percaya dirinya yang sangat tinggi mudah membuatmu merasa rendah diri dan tidak memiliki harapan untuk mengejar ketinggalan. Hanya ada satu posisi sekretaris, tetapi dengan pesaing yang ketat dan luar biasa, jangankan sepuluh persen, Aku khawatir Aku bahkan tidak memiliki peluang satu persen pun untuk menang sama sekali.

Meskipun Aku menyadari, Aku memiliki sedikit harapan dengan wawancara itu, saat memikirkan tentang Mamah yang memaksaku untuk menikah dan memikirkan tentang Xu Jin Song yang berotot, setelah banyak keraguan, Aku memutuskan untuk memperjuangkannya. Karena itu, Aku menyesuaikan ekspresiku, berjalan santai dan dengan santai duduk di sebelahnya.

Setelah beberapa saat, Aku mencoba untuk terlihat alami dan dengan sopan tersenyum kepadanya: "Halo, namaku Xia Ye."

Dia memalingkan wajahnya dan menatapku, "Ah."

"Apakah kamu juga di sini untuk wawancara? Kamu lulusan dari Universitas mana ah?" Aku menunjukkan kekuatan pribadiku yang tak tahu malu, mengabaikan sikap acuh tak acuhnya dan terus memulai percakapan dengannya dengan nada alami.

Dia menjawab tanpa melihat ke atas: "Universitas A."

Universitas... A? Universitas yang levelnya sangat tinggi yang hanya bisa kulihat? Benar saja, ini merupakan pukulan yang bahkan lebih besar.

Aku diam-diam pulih dari perasaan yang terluka, menatap wajahnya yang sangat tampan dan luar biasa dan tiba-tiba Aku memikirkan rencana jahat. Oleh karena itu, Aku bergerak lebih dekat ke tempatnya duduk, melihat sekeliling dengan takut-takut dan berbisik di telinganya: "Apa Kau dengar, jenderal manajer perusahaan ini adalah seorang homoseksual."

"Oh?" Dia akhirnya mendongak, matanya yang hitam jernih tampak sangat tenang.

Aku menganggukkan kepala, "Itu benar. Dikatakan bahwa Dia cabul karena Dia tidak tertarik pada wanita sama sekali dan menyukai pria tampan." Sambil berbicara, tiba-tiba Aku menatapnya, "Oh, itu benar, misalnya seseorang seperti kau!"

Dia menyipitkan matanya, "Benarkah?"

Ketika akhirnya Dia menjawab, Aku dengan cepat membisikkan kata-kataku yang berlebihan: "Ya, berita itu dapat dipercaya. Bajingan itu tidak hanya cabul tetapi juga suka bermain-main di kantor. Sebelumnya sepupuku yang tampan (Aku minta maaf, sepupu) adalah sekretarisnya. Dia bekerja untuknya selama lebih dari setengah tahun tapi pada akhirnya terinfeksi dengan semua jenis penyakit, aiya ... seorang pemuda yang menjanjikan hancur seperti itu."

Kali ini Dia tidak berbicara lagi, tetapi wajahnya menjadi sedikit tidak enak dilihat. Mungkin karena Dia mengkhawatirkan kesehatannya sendiri setelah mendengar apa yang Aku katakan.

Aku tidak dapat menahan untuk tidak diam-diam merasa senang, bahwa cara ini benar-benar berfungsi!

Setelah beberapa saat, Dia masih duduk setenang Gunung Thai dan tampaknya tidak punya niat untuk pergi.

Aku merasa gelisah: "Apakah Kamu masih akan tinggal sekarang?"

Wajahnya tidak terlihat menyenangkan, tetapi nadanya sangat tegas: "Tentu saja."

Apa yang Aku katakan sebelumnya semuanya sia-sia? Aku sedikit marah jadi Aku menatap tajam padanya, "Terserah saja. Karena Kamu ingin melompat ke dalam lubang api, Aku tidak dapat menghentikanmu."

____

Di saat ini, setelah melihat para kandidat telah menunggu lama, seorang wanita muda yang tersenyum memegang nampan dan datang untuk memberi semua orang secangkir teh krisan, yang dapat meredam panas dalam dan detoksifikasi.

Aku meminum teh dalam satu teguk. Elit yang duduk di sebelahku juga tampak haus ketika Dia minum tehnya. Setiap gerakan yang Dia lakukan juga terlihat sangat elegan dan menarik sampai sebagai seorang wanita, Aku juga tidak bisa untuk tidak merasa sangat iri dan cemburu.

Oleh karena itu, Aku tiba-tiba mendekat kepadanya: "Ah, Kamu harus minum lebih banyak teh krisan untuk menyehatkan tubuhmu."

"Poof -" semburan air menyembur keluar dan ditumpahkan di bajunya yang bersih dan rapi, diikuti oleh beberapa batuk yang ditekan. Tersedak mengubah pipinya yang cerah menjadi warna merah muda, sehingga seluruh wajahnya tampak lebih tampan dan membuatku semakin terpesona.

Aku belum cukup melihat tetapi Dia sudah tenang dan menyipit ke arahku: "Apakah namamu Xia Ye?"

Aku tidak mengerti: "Hah? Ya ah!"

Dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "Bagus sekali, Aku akan mengingatmu."

Sebelum Aku menyadari apa yang terjadi, Dia sudah berdiri, berjalan ke meja resepsionis dan menginstruksikan resepsionis tanpa ekspresi: "Kirim baju ke kantorku"

Resepsionis yang awalnya tidak memiliki ekspresi, segera tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan penuh hormat dan manis: "Oke, jenderal manajer!"

Jenderal .... jenderal manajer...…

Rahangku hampir jatuh ke lantai. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang sepertinya baru saja lulus dari universitas menjadi jenderal manajer? Mengapa jenderal manajer sebuah perusahaan besar duduk di ruang tunggu pelamar pekerjaan? Yang paling penting, mengapa Dia tidak mengidentifikasi dirinya sebelumnya ah?

Mengingat apa yang dikatakan Mamah sebelum Aku keluar, Aku dengan sedih mengambil ponselku untuk menelepon.

"Mah, Aku sudah mengecewakanmu!"

"Xia Ye, ada apa? Begitu cepat sesuatu terjadi? Ini tidak benar, ah. Wawancara belum dimulai saat ini, kan? " Mamah bertanya dengan heran.

"Ah ... Wawancara belum dimulai." Kataku dengan perasaan sedih: "Tapi Aku secara tidak sengaja telah menyinggung jenderal manajer perusahaan ini."

"..." Ada beberapa detik hening, maka ibuku baru mulai berkata dengan tulus dan sungguh-sungguh: "Wawancara belum dimulai namun kamu sudah menyinggung bos. Putri Ah, bagaimana kamu menyelesaikan misi yang sulit? "

Aku menangis tanpa air mata: "Aku tidak sengaja melakukannya ... apa yang harus Aku lakukan sekarang?"

"Jangan khawatir dulu. Orang yang paling penting dalam wawancara hari ini adalah pewawancara. Angkat semangatmu dan lakukan dengan baik selama wawancara. Selama Kamu bisa mengesankan pewawancara, Kamu masih memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan itu." Rupanya, ibu memperhatikan keputusasaanku, jadi Dia dengan cepat memberiku lebih banyak dorongan.

Apa yang dikatakan ibu sangat masuk akal, jadi Aku dengan tegas menganggukkan kepala: "Ya, Aku mengerti!"

Setelah menutup telepon, Aku memilah suasana hatiku dan lanjut menunggu. Setelah beberapa saat, jam akhirnya mengarah tepat jam sembilan.

Saat itu, sosok tinggi dan ramping berjalan lagi. Dia sudah berganti baju dengan yang bersih. Aku terkejut melihatnya berjalan melewatiku. Bibirnya yang tipis tertutup rapat dan matanya terlihat dingin dan tanpa keceriaan, membuatku tiba-tiba tegang. Aku gagal memahami tindakannya, jadi Aku terus menatapnya. Kemudian, Aku melihat seorang wanita paruh baya keluar dari kantor yang akan digunakan untuk wawancara. Dia mengundangnya untuk masuk dan menyapanya dengan nada hormat, mengatakan: "Jenderal manajer, wawancara bisa dimulai."

Sambaran petir tiba-tiba tanpa ampun menyambar, he he he ... Dia adalah salah satu pewawancara hari ini ah?

Aku merasa tak bernyawa ketika Aku melihat sosok yang luar biasa dan elegan menghilang di balik pintu. Aku merasa langit menjadi gelap dan Aku benar-benar berkecil hati. Merasa tertekan, Aku mengeluarkan ponselku lagi dan menelepon.

"Mah, Aku sudah mengecewakanmu!"

"Ada apa lagi sekarang?" Ibuku bertanya dengan terkejut, lalu berhenti sebentar dan berteriak, "Xia Ye, jangan bilang kau juga menyinggung pewawancara?"

"Hiks, Semacam itu." Aku sangat tertekan dan merasa bersalah: "Mah, Aku gagal memenuhi harapanmu terhadapku."

"..." Ada hening sesaat di ujung sana, Dia turut menyalahkan dirinya sendiri dan menyesali: "Ini bukan sepenuhnya salahmu. Seharusnya Aku tidak pernah mengharapkanmu, ah. "

"... = =" Karena sudah seperti ini, jika Aku masih pergi ke wawancara, bukankah ini membawa penghinaan pada diriku sendiri? Aku benar-benar menyerah dan memohon: "Mah, lebih baik Aku tidak masuk untuk wawancara saja karena kemungkinan besar Aku tidak punya kesempatan. Lebih baik Aku pulang sekarang, ya?"

"Baiklah, tidak perlu pergi wawancara, Kamu pulang la."

"Benarkah?" Aku tidak berharap ibu begitu pengertian hari ini. Aku tidak bisa menahan untuk tidak merasa sangat gembira pada pergantian acara: "Mamah, kamu sangat baik. Kamu adalah ibu terbaik di dunia!"

Tidak ada jawaban dari ujung sana tetapi ibunya sepertinya berbicara pada dirinya sendiri dan menekankan setiap suku kata secara perlahan: "Dua baskom plastik, penanak nasi, talenan, tiga rak ..."

"Bu, apa yang kamu lakukan?"

"Menulis daftar mas kawinmu. Nanti, Aku akan meminta Jin Song untuk datang dan memindahkannya."

"... = =" I: " aku akan melanjutkan wawancara la."

avataravatar
Next chapter