6 Chapter 6 - SHE LOOK LIKE A WINTER BEAR.

Taehyung, nama lengkapnya Kim Taehyung. Sudah lebih dari 7 tahun ia tidak hidup dengan keluarganya. Ia tidak pernah menganggap kalau dia yang dibuang oleh keluarganya, karena itu adalah keputusan sendiri. Tetapi fakta bahwa keluarganya lebih peduli oleh saham dan perusahaan ketimbang dirinya sendiri adalah sebuah kebenaran.

Orang tuanya sama sekali tidak menanyakan keadaannya, tragedi itu dimulai taehyung meninggalkan dunia SMA nya dan ingin melanjutkan ke jenjang fakultas. Tae dituntut harus kuliah diluar negri, memisahkan ia dengan ke enam sahabatnya. Tidak sampai disitu, keadaan ini membuat suasana hubungan dengan adek satu-satunya memudar, Jungkook sangat kehilangan saat kehilangan tae sebagai sosok abang sesungguhnya.

Tapi, sewaktu-waktu jungkook akhirnya paham, bahwa abangnya menyerahkan semuanya demi kebahagiaannya juga. Tae tidak ingin keluarganya memicu pertengkaran hanya untuk saham dan harta keluarganya. Tae ingin mengejar mimpinya, menggapai sukses dengan caranya, bukan cara yang diatur orang tuanya.

Tanpa disadar, ia sudah merasa cukup dengan kata-kata "mengalah", bosan, muak.

Apakah kali ini ia harus mengalah lagi?? Demi Jin-hyung??

Tae sangat tertekan, merasakan ada tumpukan didadanya. Ia masih terduduk di dinding kamar, dan menatap kearah luar jendela. Jendela kamar, yang posisinya tepat menghadap rumah Hana.

"Hhuuftt....", tae menghela nafas sembari mengusap-usap samping batok kepalanya yang terbentur lantai akibat pandangan pitamnya tadi.

***

Tae terbangun dari alam mimpinya, cahaya pagi menembus celah gorden jendela kamarnya. Tae mengernyit matanya karena cahaya memaksa masuk kedalam kedua pupilnya. Tae mengusap poni yang menutupi wajahnya kebelakang kepalanya, lalu berdiri sembari mereñgangkan badannya.

Tae berjalan menuju jendela dan membuka gordennya yang berwarna dark blue. Tanpa disadari matanya terfokus kearah luar jendela kamarnya. Hana, yang sedang berjongkok mengeratkan tali sepatunya. Hana berjalan sembari mendengar lagu di earphonenya, dan berjalan dengan semangat.

"Huufftt...", Tae meraba dadanya kali ini yang masih sesak sejak kemarin.

Tae, berjalan kebawah menusuri tangga rumahnya dan menuju kedapur. Menggapai cangkir di atas meja dan menuangkan air putih di teko mininya.

Meneguk kasar air bening sampai habis tanpa tersisa, yang ia harap dapat melegakan perasaan sesaknya. Tae lagi-lagi menuangkan air ke gelasnya, tiba-tiba tangan kanannya bergetar. Tae mendadak memfokuskan pandangannya kearah pergelangan tangannya yang menggenggam gelas.

"Ohh.. Tanganku..", tae kebingungan karena ia tidak bisa mengendalikan getaran ditangan kanannya.

Tae panic dan mengernyit kedua alisnya. Kali ini tangan kirinya ikut menggenggam pergelangan tangan kirinya yang bergetar tanpa henti. Getaran ditangannya bukan berhenti, tapi malah menjadi-jadi, hingga genggaman akan gelasnya tergelincir.

PRAAANGG!!

Gelas air minum tae pecah dan bertebaran di lantai. Tae kaget dan terdiam, kali ini dia masih bingung, apa yang terjadi pada dirinya.

Cepat-cepat Tae mencari plastik dan mengutip serpihan kaca gelasnya. Tae lagi-lagi terdiam menatap tangannya yang memegang serpihan kaca. Aneh, tangannya tidak lagi bergetar.

Tae bernafas lega, dan melanjutkan mengutip serpihan kaca, dan tidak lama kemudian ia menatap telunjuk tangan kanannya, yang terluka dan berdarah.

"Berdarah.. Ini aneh..", tae lagi-lagi bingung.

Ia menatap telunjuknya yang mengalir darah. Tae menggigit bibirnya. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. Jantungnya berdegup kencang.

"Ini aneh.. Aku kenapa..", tae menghela nafas.

Ia masih menatap jarinya yang berlumuran darah, tapi ia tidak merasakan sakit sama sekali.

***

Hana melirik kearah jam di pergelangan tangannya. Caffenya dari pagi sudah kedatangan konsumen, tapi untuk jam 10 pagi lewat sudah mulai sepi.

Hana berjalan menatap kejendela kulkas dibelakang meja kasirnya. Didalamnya ada beberapa dessert dan segelas minuman ice coffe yang sengaja ia siapkan untuk Tae.

Ia sengaja membuatnya untuk tae dari sejak pagi, agar jika tae berjalan melalu depan caffenya ia akan memberikan minuman itu kepada Tae.

Tapi tae, sangat telat. Ia tau Tae sering melewati caffe tempat kerjanya kisaran jam 9 lebih kurang. Ia sekarang tahu, bahwa Tae bekerja satu kantor dengan seokjin. Jadi ia sangat bersemangat membuat ice coffe untuknya.

Hana lagi-lagi menatap jam yang sudah hamper jam 11 siang. Ia juga lalu lalang didepan toko agar dapat melihat Tae berjalan didepan caffenya.

"Apakah dia tidak kerja?...", Hana menghela nafas. Karena bentar lagi adalah jam sibuknya akan dimulai.

Hana kembali memegang semprotan dan pembersih kacanya sebagai alat alibinya agar bisa tetap diluar ruangan caffenya.

Hana terhenti, ekor matanya terhenti dari kejauhan oleh sosok yang ditunggu-tunggunya.

Taehyung berjalan dari kejauhan, memakai hodie abu-abu dan celana kain navy di kaki jenjangnya. Tidak lupa dengan tas coklat kesayangannya.

Hana buru-buru berlari memasuki caffe mengambil minuman yang disiapkannya. Lalu berdiri didepan pintu caffe menunggu Tae mendekatinya.

Tae berjalan santai kali ini tatapannya terfokus dengan layar kaca HPnya. Ketika mendekati Caffe dan mendapati Hana didepan pintu itu. Tae berjalan dan menatap dari kejauhan wajah Hana dengan menggenggap gelas kopi dengannya.

Ketika Tae tepat di hadapan Hana, Tae hanya tersenyum sekilas dan kembali berjalan sembari menatap layar HPnya kembali.

Hana yang sudah senang dengan sapaan senyuman tae, langsung berubah ekspresi karena itu hanya senyuman kilasan untuknya. Taehyung tidak berhenti, ia malah berjalan mengabaikannya.

Hana setengah berlari lalu menahan hodie Tae dari belakang. Tae menghentikan langkahnya, sontak berbalik badan menatap

"Oppa.. Aku disini..", Hana memberikan senyum hangatnya.

"Ia.. Aku tahu.. Mangkanya aku tersenyum kepadamu, tadi.",

"Hmm", Hana terkejut dengan sikap dingin tae terhadapnya.

"Apa, ada apa? Aku terburu-buru", tae menggapai lengan Hana dan melepaskan genggaman Hana dari hodienya.

"Oppa.. Kamu mau kerja?? Tumben kamu kesiangan.. hehe", tanya Hana.

"Eum.. Aku ada urusan dulu tadi, jadi telat.", senyum datar tae terpasang.

"Ohh ya Oppa.. Aku menyiapkan ice coffe untukmu. Aku mengurangi gulanya karena aku tau oppa tidak terlalu suka yang manis-manis", Hana meyerahkan gelas coffe dengan kedua tangannya.

"Oh ya.. Terimakasih", menggapai gelas itu.

Tae membalik badannya, ia masih bimbang dengan jalan pikir dikepalanya. Ia membalikkan badan, lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Hana. Ia menaruh pasrah dengan perasaannya terhadap Hana.

Hana masih kaku menatap punggung tae meninggalkannya. Ia masih bingung, kenapa taehyung yang kemarin sangat hangat berubag drastis menjadi dingin terhadapnya.

Hana menggigit bibir bawahnya. Nafasnya mulai tidak teratur. Pikirannya berkecamuk. Ia menggepalkan kedua tangannya. Mengambil langkah pertama selebar-lebarnya dan berlari mengejar sosok tae yang mulai jauh dari pandangannya.

Hana berlari kearah Tae dan berdiri dihadapannya. Tae kaget dan menghentikan langkahnya. Melihat Hana sudah tersengal-sengal dihadapannya.

"Oppa!", panggil Hana dengan nada kesal.

"Kau berlari?? Ada apa?? Masih ada yang ingin kau katakan??", tanya tae.

"Kau menghindariku?",

"Apa yang kau bicarakan??",

Hana mengambil selangkah mendekati Tae. "Kenapa menghindariku",

"Aku tidak ada menghindarimu, aku hanya terburu-buru ingin kerja",

Hana sudah muak dengan jalan pikiran Tae, pikirannya terjebak kemana-mana. Ia menarik kerah tae, menjinjit kakinya dan mendekati wajah Tae, Hana melumat bibir Tae.

Tae terkejut, matanya terbelalak dan menatap tindakan nekat yang belum pernah ia bayangkan dari sosok Hana.

Hana melepaskan ciumannya, dan menatap wajah Tae dengan kesal.

"Oppa, aku merasakan dari ciuman barusan!! Apakah oppa tidak??",

"Oii.. Ap.. Apaa yang barusan kau.. kau lakukan",

"Apakah oppa tidak merasakannya??", tanya Hana sekali lagi.

"Hana... Apa yang kau maksud?",

"Aku merasakannya.. I-paboo-ya!!(dasar bodoh)", Hana menolak bahu Tae lalu berlari meninggalkannya.

Hatinya berkecamuk, ia tidak ingin dibenci oleh Tae, ia sudah sangat nyaman dengan sosok kehadiran pria itu. Sangat menyakitkan dengan sikap yang harus ia terima.

Bodoh.. Betapa egoisnya aku..

***

Hai gaes... Chim kembali dengan rasa bersalahnya.. sekitar 1 bulan udah gak ada update...

Ceonmal mianhae~~~

Still enjoyed yaa... Jangan lupa like dan vote chim.. Lofyaa♡

avataravatar
Next chapter