webnovel

THE REASON OF DESTRUCTION

Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali

Setelah delapan tahun pandemi berakhir, perekonomian dunia mulai pulih. Perjalanan internasional tidak lagi dikekang ketat dan protokol kesehatan juga lebih longgar. Orang-orang berlalu lalang di ruang publik dengan atau tanpa masker, mereka tak lagi membawa surat pernyatan negatif ataupun melakukan scan barcode di aplikasi setiap kali mereka memasuki suatu tempat.

Terlepas dari hiruk pikuk yang ada, jika diperhatikan lebih rinci setiap orang memiliki kondisi dan tujuan yang berbeda. Katrina masa kini berbeda dengan yang dulu, dia tak lagi berpakaian santai ataupun tersenyum ramah pada orang yang menyapanya. Dia berpakaian serba hitam dengan lipstik merah yang mencolok, menyembunyikan tatapannya dibalik kacamata hitam besar dan berjalan dikelilingi pria dan wanita dengan setelan seragam dan earpiece di telinga mereka.

Katrina melepas kacamatanya begitu dia duduk di kursi belakang Audi R8 yang telah dimodifikasi dengan kaca anti peluru dan antimisil dengan standard NATO. Memeriksa tablet yang diberikan asistennya - Lena, "Pembebasan lahan di daerah utara Kalimantan masih belum selesai?"

"Kita bentrok dengan geng lokal, Nyonya. Mereka adalah broker untuk illegal logging dan pembebasan lahan sawit. Mereka sudah lebih dulu mendapatkan akta penjualan tanah itu dan sedang bernegosiasi dengan pihak perusahaan sawit."

"Cari tahu Project Manager di perusahaan sawit itu dan segera kirimkan orang-orang kita untuk mengintai keluarganya. Tarik mata-mata kita dan biarkan dia pindah ke kantor cabang di Papua untuk sementara."

"Baik, Nyonya."

"Kita bicarakan sisanya setelah acara selesai."

"Baik, Nyonya."

Katrina menatap jendela, entah pada pemandangan yang terus berubah seiring mobilnya berjalan atau pada wajah lain yang bukan miliknya. Wanita bernama Katrina Lin sudah mati, yang tersisa hanya persona sebagai Katrina Jovan - istri diatas kertas dari Rex Jovan sang kolektor barang antik.

Perkataan kalau dunia adalah panggung sandiwara bukan kiasan semata, dunia ini sungguh rapuh dan setiap keseimbangannya dipertahankan dibalik kebohongan dan kemunafikan. Katrina masih membenci dirinya yang dulu, lemah, bodoh, dan terlalu percaya pada orang lain. Hari ini dia secara khusus datang untuk mengunjungi penyebab hancurnya kehidupan Katrina Lin.

Jajaran standee acara, rangkaian bunga ucapan selamat dari berbagai pesohor negeri, hingga sekumpulan wartawan menyambut kedatangan para hadirin yang menghadiri pesta perayaan pendaftaran Keranjang ke Bursa Efek New York. "Pada ulang tahunku dua tahun lalu, Keranjang diakui sebagai platform belanja online paling besar dan terpercaya di Asia Pasifik, sekarang di hari yang sama dua tahun kemudian kami berhasil mendaftarkan Keranjang sebagai listed company di Bursa Efek New York. Sebuah kebanggaan pribadi sekaligus rekor dalam sejarah ekonomi negara kita."

Katrina memasuki ruangan tepat ketika mendengar suara yang familiar itu, dia menatap pria di podium tak kuasa tersenyum sinis. Bara Pratama, CEO dan founder dari e commerce terbesar di Asia Tenggara yang juga merupakan putra rahasia keluarga Wijaya - keluarga paling kaya di Indonesia. Pria yang sama dengan dalang peledakan kapal narkotika Katrina 6 tahun yang lalu. Lihatlah bagaimana orang-orang tersenyum dan memberikan tepuk tangan pada pria yang meledakkan sebuah kapal hanya untuk merebut uang Katrina. Uang yang Bara hujat sebagai uang haram tapi masih dia gunakan untuk membangun usahanya saat ini. Sebuah lelucon.

"Nyonya, Tuan menelepon."

Katrina mengambil ponsel yang diberikan asistennya, "Iya, Rex?"

"Gimana? Apa ada perasaan cinta lama yang bersemi kembali?"

"Kalau keinginan untuk mematahkan setiap tulang dalam dirinya dan menguliti dia hidup-hidup adalah cinta, maka kamu benar."

Pria di ujung telepon hanya terkekeh, terhibur namun tak pernah meremehkan istri kontraknya itu. "Nathan ingin makan pasta alfredo buatanmu sementara Nathalie mau biskuit oats."

"Tentu. Katakan pada anak-anak aku akan membuatkan semua keinginan mereka jika mereka tak membuat masalah selama aku tak ada."

"Kamu benar-benar memanjakan keponakanku."

"It's the least I can do," Suara tepuk tangan yang lebih meriah mengalihkan fokus Katrina, "Aku akan menghubungimu setelah aku di kamar. Titipkan salamku pada mereka, Rex."

"Hubungi aku jika kamu perlu bantuanku."

Katrina tak membalas perkataan Rex dan segera berjalan ke arah Bara yang tengah bercengkrama dengan beberapa investor asing tak jauh dari tempat Katrina duduk.

Salah satu dari tiga investor asing berbalik dan kebetulan bertemu mata dengan Katrina dan tersenyum, "Madam Jovan!"

Katrina memasang wajah cerianya dan berjalan ke arah mereka, "(Halo Mr. Smith, aku tadi merasa familiar dan masih bingung harus menyapa atau tidak, terima kasih karena mengenaliku.)"

"(Madam, istriku terus saja merindukanmu. Dia tak sabar berbagi resep masakan barunya.)"

"(Smith, ini siapa? Kenapa kamu tidak memperkenalkannya pada kami?)"

"(Astaga, lihat pikiran tuaku ini, Madam Jovan ini rekanku di J Capitals, Robert dan Rupert Journe. Teman-teman ini Madam Jovan, dia yang membantuku menemukan Profesor Lambert.)"

"(Profesor Lambert? Ilmuwan yang menemukan obat alzheimer terbaik saat ini? Yang juga dinominasikan untuk penghargaan nobel?)"

"(Benar!)"

"(Luar biasa! Bagaimana kamu membuat pria itu keluar dari persembunyian dan menjadikan pusat penelitiannya klien Felix?)"

Katrina hanya tersenyum sepanjang perbincangan ketiga pria itu, tak menunjukan arogansi ataupun sikap merendah - dengan anggun menerima pujian yang memang miliknya.

"(Oh iya, Tuan Bara, biar aku perkenalkan juga padamu. Kamu tidak akan rugi berkenalan dengannya, dia adalah wanita berbakat dan suaminya adalah kolektor antik ternama. Madam Jovan, ini Tuan Bara Pratama, aku yakin kamu tahu siapa dia karena kamu ada di acaranya kan?)"

Katrina mengulurkan tangan pada Bara yang disambut oleh pria itu, "(Tentu saja, beliau adalah pengusaha panutan di generasi kami.)"

"(Hahaha… luar biasa, berkumpulnya para talenta muda. Luar biasa!)"

Sebagai tuan rumah acara Bara tak dapat tinggal terlalu lama, dia segera pamit dan berbincang dengan tamu lainnya. Katrina dan para pengawalnya meninggalkan acara menuju suite-nya.

Bali tidak disebut sebagai Pulau Dewata tanpa sebab, Katrina ingin menikmati waktunya sebelum kembali ke Jakarta dan menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.

"Kak Kat!"

"Hai, Liz."

Liza adalah salah youtuber yang bekerja dibawah agensi hiburan Katrina, tak seperti beberapa orang di agensinya Liza adalah seorang content creator asli yang tidak melakukan pekerjaan sampingan ataupun membantu bisnis ilegal Katrina.

"Aku beneran gak nyangka Kak Kat beneran kesini, waktu kakak ke Thailand kakak bilang bakal luangin waktu untuk ketemu aku tapi malah bail terus, sebel deh."

"I caught up with work."

"Iya deh, iya, Ibu Bos. Pokoknya malam ini Kak Kat harus ikut ke pembukaan cabang kedua klub teman aku, dia anaknya baik banget, Kak Kat pasti akur deh sama dia."

"Oke."

"Yeay!"

Sesuai janji keduanya, Lena mengantar Katrina ke sebuah klub di kawasn Kuta bernama Silver. Liza menarik Katrina melewati antrian, tersenyum pada sang pengawal dan diberikan akses untuk segera masuk.

"Klub teman kamu populer juga."

"Iya dong, kalau enggak gak mungkin dia bisa buka cabang kedua."

"Liza!"

"Liz!"

"Lizzy!"

Waiter, bouncer, hingga para bartender menyapa Liza begitu dia memasuki klub.

"What do you want to drink, Iz?"

"Give me the Vodka I stored last time," Liza menjawab sang bartender tanpa ragu.

"What can I get you, Beautiful Lady?"

"Calm your horses now Jake, ini bos aku, Kak Katrina, and she's happily married."

"My loss then, but still didn't change the fact she's a beauty."

"Air aja, aku gak disini untuk mabuk."

"Lizzy!" Seorang wanita dengan pixie cut menepuk pundak Liza, "Glad you can make it here."

Keduanya berpelukan, "Of course! Aku bahkan ngajak VVIP kesini. Kak Kat, ini Lola dia pemilik beberapa properti di Bali termasuk dua klub Silver. Lola, ini bos aku, CEO Rechange - Kak Katrina."

"It such an honor, aku harap tempat ini gak terlalu shabby untuk Kak Kat."

Katrina menyambut uluran tangan Lola, "Tempat ini keren, sekarang aku paham kenapa Liza bersikeras ajak aku kemari."

Lola menyilangkan kedua tangannya ke dada, tersenyum seolah tersentuh dengan perkataan Katrina. "Jake! Buka whiskey yang aku beli sebelumnya, biarkan Lizzy dan Kak Katrina berpesta sepuasnya."

Jake: "Yes, Boss."

Liza: "Thank you, sista!"

Keduanya minum beberapa gelas vodka dan whiskey lalu berlari ke lantai dansa untuk menari. Katrina lanjut meminum air sementara matanya tetap memperhatikan sekitar. Ini adalah adegan yang akrab namun juga asing disaat yang bersamaan. Dulu orang yang duduk disampingnya adalah Bang Zeus yang dikelilingi para wanita, Bang Lucas yang membuat minuman di bar, sementara Mark ada di samping Katrina menjaganya. Sementara Ali menggila di lantai dansa bersama teman-teman barunya. Kebahagiaan singkat yang dihancurkan si iblis Bara.

Next chapter