1 Awal sakit hati

Pasti ada yang salah. Ku pikir hubungan kami baik-baik saja, tapi apa ini. Dia mencampakkanku bagai barang tak berguna. Meski hanya tujuh bulan aku merajut kasih dengannya tapi hampir segalanya aku berikan. Dan hari ini semua berakhir tanpa ada aba-aba, tanpa ada permasalahan diantara kami.

Aku Via, aku Navia Elesya. Banyak yang mencari perhatianku, hatiku dan mimpi untuk memilikiku karna aku masuk dalam kategori gadis cantik bak idola. Tapi dia Nevan Satya, pacarku oh bukan anggap saja bajingan yang hari ini menghancurkan hatiku. Membuangku bagai sampah. Entah apa penyebabnya, dia hanya beralasan aku terlalu baik untuknya. Mungkin itulah alasan terbulsyit pria ketika telah bosan pada pasangannya.

Sore tadi aku seperti biasa, jalan bersama Nevan. Alih-alih malam minggu aku juga sangat rindu dengannya. Kami berencana ke bioskop hari ini. Menonton drama terbaru yang menarik minatku. Kami menghabiskan waktu bersama malam ini, karna tak ada yang ku khawatirkan aku hanya sendiri di rumah. Kalau bertanya tentang orang tua. Aku tak memiliki kasih sayangnya. Mereka hanya memberiku sebuah rumah dan satu orang pembantu. Sisanya aku telah bekerja sendiri di salah satu perusahaan benefit di kota ini.

Kembali lagi dengan Nevan, tepat pukul 21.00 WIB Nevan bergegas mengajakku ke sebuah restoran setelah usai menonton. Untuk makan saja pikirku.

Kulihat Nevan sedikit berbeda hari ini, padahal dia termasuk pria yang supel dan manja. Aku bahkan tak memikirkan kemungkinan buruk malam itu. Sampai dia mulai mengajakku berbicara dengan menyunggingkan senyum manis di wajahnya walau ku rasa sedikit getir.

"Vi, aku pengen ngomong sesuatu." katanya,

Aku cengoh tak biasanya dia memanggil namaku biasanya kami saling memanggil dengan kata sayang atau honey. Tapi yasudahlah aku tak mau berpikir yang tidak-tidak.

"Iya sayang , ngomong aja. kok kaku gitu?" Jawabku penasaran

"Aku sayang kamu."

"Hahaha, aku tau kok. kok kamu aneh sih. Kenapa? gak biasanya." aku tertawa karna kupikir ini lucu pada saat itu. Tak biasanya.

" Tapi aku gak bisa lanjut..." lanjut Nevan agak tergagap.

"What ?? maksudnya apa sayang."

" Yah, kupikir kita gak bisa jalan lagi. Kita udahan."

Mataku terbelalak tak percaya,

"Maksud kamu apa??? kita baru aja nonton bareng maen bareng and now, kita makan bareng disini, what do you mean honey?"

"Tak ada alasan lain Via, aku ngerasa aku gak pantas buat kamu. Kamu sempurna, terlalu baik buat aku."

Aku benar-benar tak percaya ini, seperti sedang diangkat ke awan kemudian tersambar kilat tiba-tiba. Air mataku mulai membasahi pipi. Aku masih terus mencerca pertanyaan-pertanyaan kenapa? mengapa? apa alasannya? pada Nevan. Namun dia hanya diam membisu mungkin merasa bersalah. Dia mendekatiku memelukku, terkadang mencium keningku seraya meminta maaf.

Aku yang benar-benar tak tahu lagi akhirnya melepaskan diri dari berlari keluar namun Nevan hanya terdiam mungkin bingung atau tak peduli lagi. Aku pun juga tak peduli ada berapa orang yang memperhatikan kami. Ada juga yang mengabadikan momen menyedihkan ini di ponsel mereka.

" Fuck !!!! gw rasa kalian bakalan ngalamin ini. Tak tau sopan santun!!!" Sumpah serapahku dalam hati karna akhirnya merasa jengah dengan para penonton.

Disela tangis yang menderai mataku, terus berjalan sampai kutemukan taksi di malam yang semakin gelap. Aku masih terisak dijok taksi, drivernya hanya menatapku iba seraya memberiku sekotak tisu yang dia sediakan tanpa bertanya kecuali arah mana yang kutuju.

Tepat pukul sepuluh malam sampailah di rumah. Kuberi uang ongkos pada driver dan memintanya mengambil kembalian. Aku berjalan memasuki gerbang. Kupencet bel rumah. Sampai pembantuku membukanya.

"Loh non kenapa?" tanya Bi Emi yang tak lain pembantuku.

Tapi tak ku gubris sama sekali, aku terus berlari sampai kamar. Masih terisak, tak percaya. Nevan buat aku bahagia hari ini namun juga menghancurkan aku malam ini hanya dengan hitungan menit saja.

bersambung...

avataravatar
Next chapter