webnovel

REVISI: Bertemu si Penjaga Indigo

Hari ini hujan dengan intensitas sedang berlangsung sejak pukul 2.00 siang dan sampai menjelang malam. Langit mulai terlihat gelap, aku duduk diam di bagian depan mobil bersama sepupu pemilik toko, Yushimaru namanya. Dia sekarang kuliah semester tiga dan lebih tua dua tahun dariku.

Mobil merangkak menuju bagasi toko, dalam masa itu kulihat toko sedang ramai oleh pembeli. Toko tempatku bekerja ini mirip seperti rumah, bagian depannya sengaja didesain ulang menjadi kaca tebal, sehingga para pejalan kaki dapat melihat isi toko.

Aku merapatkan jaket yang setengah basah karena tadi lupa membawa jaket plastik. Mas Yushimaru adalah supir dan aku bertugas keluar masuk mobil untuk mengantarkan barang belanjaan pelanggan, sehingga ketika hujan, aku harus menggunakan pelindung.

Ketika mobil sampai, kami turun dan memeriksa jumlah barang yang belum diserahkan kepada pembeli.

Mas Yushimaru mengambil jaket plastik dan sepatu boot anti air. Dia kemudian melempar jaketnya padaku.

"Gadis cilik, pakai itu! Jangan biasakan berhujan-hujanan. Siapa yang merawatmu kalau sakit nanti," ujar Mas Yushimaru. Dia sedang menumpuk sisa barang.

Kemudian seorang pegawai lain datang dengan troli dari belakang toko. Keranjang dorong itu penuh dengan paket sayuran yang dibungkus dengan plastik.

Setelah ini Mas Yushimaru akan kembali bertugas mengantarkan barang dengan pegawai lain.

Dia mendekatiku kemudian menarik jaket besarnya hingga menutupi kepalaku.

"Gunakanlah dengan benar. Jangan melamun melulu." Dia melirik sebentar padaku lalu kembali serius memindahkan barang dari keranjang.

Astaga, kalau begini terus, aku bisa salah paham dengan sikapnya. Tapi sayang, mas Yushimaru kabarnya sudah punya tunangan yang satu kelas dengannya. Bikin iri saja. Setiap melihat wajahnya, aku teringat aktor drama Lee Soo Hyuk yang tampan dan badannya yang bagus.

Beruntung sekali, wanita yang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Mas Yushimaru.

Mas Yushimaru menyerahkan buku pengiriman kepadaku. Tangan kami tak sengaja bersentuhan.

"Wah, bagaimana rasanya bergandengan dengan tangan besar itu? Membayangkannya saja bikin jantungku berdegup kencang."

Mata kami bertatapan sejenak ketika aku menerima buku itu.

"Antar pada bos dan segeralah pulang. Sudah waktunya kau istirahat," katanya sambil tangan besar itu menjadikan kepalaku sebagai tumpuannya.

Aku tahu dia menganggapku anak kecil. Tapi sikapnya cukup membuat aku gugup, tapi aku senang.

"Ambil upahmu!" Kini tangannya memperbaiki rambutku. Sambil menunduk, dia berkata, "Jangan keluyuran! Setelah ini langsung pulang saja. Kudengar tindak kejahatan sedang naik beberapa minggu ini. Kau mungkin akan bernasib sial kalau keluar malam-malam."

"Ya ya ya. Aku akan pulang. Terima kasih atas jaketnya." Aku memperbaiki rambut dan pergi meninggalkannya.

"Hi, tolong cuci yang bersih! Jaket itu harganya mahal lho!" serunya sambil tersenyum menyeringai.

"Ashhh ... Baiklah. Akan kucuci dengan kakiku!"

Pada pukul 7.00 malam, aku berjalan di bawah jaket milik Mas Yushimaru. Sambil menggenggam beberapa lembar uang upahku.

Orang-orang acuh terhadapku. Di antara payung-payung yang bertebaran di sepanjang jalan, aku membelah mereka sambil berlindung di balik jaket besar ini.

Kutengok ke atas, pada langit nan gelap. Tetes-tetes air hujan jatuh pada pipi dan mataku. Sehingga penglihatanku menjadi buram dan berair. Samar-samar, lampu jalan telah berubah merah, dan beberapa orang dari dua arah menyeberangi zebra cross.

Dari seberang, seorang berpakaian hitam sedang berlari. Dia menabrakku hingga aku jatuh terduduk di aspal nan basah.

"Ah, tolong hati-hati! Jangan berlari sesukamu!" ucapku kesal.

Pria itu berbalik dan menumpu kakinya. Air hujan telah berhenti jatuh di sekelilingku. Aku menengadah, ada sebuah payung merah nan besar dipegang oleh pria itu. Mataku terlalu berair, hingga sulit melihat wajah pria iu.

"Maaf, aku buru-buru. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi. Kau terluka?" Suara pria itu terdengar bagus, besar dan lembut.

Ketika aku hendak beranjak aku melihat sepatu bootnya nan bagus. Sepertinya dari kalangan orang kaya.

Dia meraih tanganku, membantuku berdiri.

''Anda kehujanan, kudengar seorang gadis akan lebih mudah sakit. Biasakanlah membawa payung.''

Dia memberikan payung miliknya lalu pergi.

Aku terdiam sejenak melihat kepergiannya. Aroma yang begitu kuat seperti rumah pemakaman. Sedikit bercampur dupa dan wewangian yang sulit sebutkan. Tubuhku merinding, aroma itu masih berada di sekitarku.

Aku membawa rasa penasaran ini bersama payung yang diberikannya.

"Apakah dia baru saja datang dari pemakaman? Dengan seragam seperti itu, mungkin dugaanku salah. Apa jangan-jangan itu tadi malaikat kematian?" Aku tertawa kecil, menertawakan pikiranku yang terlalu jauh.

Tak berselang lama, aku sampai di gedung bertingkat 10. Gedung ini terletak cukup jauh dari jalan raya, usianya sudah cukup tua sehingga terlihat seperti gedung terbengkalai. Karena itu harga 1 kamar flat lebih murah 20% dari apartemen satu kamar yang ada di gedung-gedung lain.

Aku menutup payung dan membawanya masuk ke apartemen. Suasana apartemen ini begitu suram dan lobi utamanya gelap. Tidak ada penjaga tamu sehingga orang jahat dapat masuk dengan bebas.

Lampu lobi sengaja dimatikan, agar hemat energi. Yang punya gedung memang pelit sekali.

Aku naik ke tangga menuju flatku yang berada di lantai dua. Ketika sampai di sana, lorong terang benderang memperlihatkan enam orang yang berdiri membelakangiku.

Terdengar pembicaraan mereka yang bercampur aduk sehingga cukup malas untukku dengarkan. Ketika hendak membuka pintu flatku, angin berembus dari jendela flat di lorong ujung. Aroma yang sama, dengan pria yang menabrakku tadi tercium sesaat yang lalu.

Aku menoleh pada enam orang yang saling berbicara tiga meter dariku. Aroma bunga Higanbana lebih kuat tercium dari arah mereka.

[ "Aku sering mendengar keributan. Dia memukul kekasihnya sampai meninggal." ]

[ "Katanya gara-gara perselingkuhan. Nahas sekali nasib lelaki itu." ]

Aku memberanikan diri ke depan. Dari celah beberapa polisi yang berdiri, terlihat darah mengalir dari balik pintu flat.

"Sepertinya ada pembunuhan?" aku bergumam. Seluruh tubuhku mulai merinding dan aku mulai takut, berharap saja itu bukan kegiatan para psikopat yang haus darah.

Polisi memasang garis kuning dan berjaga di depan pintu.

Tangan seorang pria memegang pundakku membuat aku kaget. Pria besar berjaket kulit tampaknya seorang penyidik.

"Tolong minggir, jangan mendekati TKP!" seru salah seorang dari dua pria yang datang dari arah belakangku tadi.

Entah apa yang terjadi, aku lebih senang tidak ikut campur. Aku berjalan menjauhi TKP pembunuhan itu dan masuk ke flatku.

Sebuah ruang yang kecil, hanya terdiri dari ruang tengah sekaligus ruang tidurku, ada juga ruang dapur dan kamar mandi.

Kuletakkan payung merah milik orang asing tadi di dekat lemari sepatu. Kemudian pergi ke kamar mandi. Sepanjang jalan aku terpikir, siapa pria yang menabrakku? Aroma tubuhnya sangat mencolok hidung. Aroma itu bahkan mengikutiku hingga kemari. Bahkan di dalam kamar mandi ini. Aku jadi merinding.

Selesai mandi, dengan rambut yang masih basah, aku duduk di tengah ruang. Lampu dengan aliran listrik nan rendah, dengan bolam berwarna kuning pijar menjadi penerangan satu-satunya. Di atas meja kuletakkan mie cup dan notebook.

Sinar nan putih memancar ke wajahku saat notebook kunyalakan. Sudah dua hari pendaftaran universitas baru telah dibuka. Kudengar hanya malam ini saja kesempatan terakhir untuk bisa mendaftarkan diri.

Aku mendaftar diri pada dua universitas. Yakni sekolah tinggi intelijen dan universitas umum jurusan psikologis intelijen.

"Uang tabunganku mungkin tidak begitu mencukupi untuk dua semester, kurasa harus mengambil deposit flat ini dan tinggal di asrama universitas."

Dua universitas ini memang menyediakan asrama gratis. Namun biaya pendaftarannya beserta pembayaran per semester cukup tinggi. Terpaksa aku harus mengambil tiga bulan sisa uang flat ini.

Tiba-tiba bunyi notifikasi terdengar,

Aku dikejutkan dengan notifikasi dari email yang masuk.

SELAMAT, ANDA DITERIMA!

Kepada seluruh pendaftar yang menerima pemberitahuan ini, agar segera mempersiapkan berkas pendaftaran secara manual dan diserahkan kepada kantor staf penerima mahasiswa baru. Pengumpulan berkas selambat-lambatnya tiga hari dari pemberitahuan ini.

Terverifikasi oleh

-Tim Pelaksana-

Ran Yuki, udah ketemu satu tokoh dari daftar tokoh yang ada... kira-kira siapa pria berpakaian serba hitam, payung merah dan berbau bunga kuburan?

Ayo lanjutkan bacanya.

Vince_Uminocreators' thoughts
Next chapter