webnovel

Part 2

Hujan deras mengguyur kota Seoul. Udara mendadak dingin sehingga membuat Yoona merasa lapar. Dirinya yang tidak pintar memasak pun merasa akan percuma jika memeriksa isi kulkas, Sehun juga sedang tidak berada dirumah, tidak ada yang bisa ia perintah, karena itu ia memilih berjalan keluar dari rumah untuk mencari makanan.

Dengan payung yang ia gunakan, berjalan dibawah rintik hujan membuatnya melupakan niat awalnya untuk mencari makanan. Sangat indah dan menyenangkan, menurutnya. Sehingga tanpa ia sadari kakinya terus melangkah tanpa arah. Namun ketika ia melewati sebuah gedung lapangan indoor, tanpa perintah kakinya berhenti melangkah. Ia mulai mengamati gedung itu. Terdengar suara hentakkan bola dari dalam sana. Aneh, jantungnya malah berdegup kencang tanpa sebab. Karena penasaran, Yoona pun melangkah masuk.

Kumpulan atlit yang sedang berlatih bermain bola basket. Walau begitu, jantungnya semakin berdegup kencang. Yoona semakin penasaran akan hal itu, mengapa jantungnya harus berdetak tak karuan seperti itu. Masih bimbang, ia memilih duduk disalah satu bangku penonton. Memperhatikan setiap pemain yang sedang berlatih. Matanya terpaku pada seorang pria. Percaya atau tidak, pria itulah penyebab jantungnya mengulah. Karena kini detak jantungnya semakin tak terkendalikan. Ya, pria itu Oh Sehun.

Yoona terus mengamati pria itu. Ia benar-benar bingung, mengapa jantungnya harus berlaku seperti itu ketika melihat bocah itu? Oh maksudnya suaminya. Karena itu juga ia menghabiskan waktunya disana hingga mereka selesai berlatih. Tapi kini jantungnya tak lagi berdegup kencang, namun sebaliknya. Ia merasa darahnya mendidih, sulit bernafas dan sontak menjadi emosi berat. Itu semua dikarenakan ia melihat Sehun tengah mengobrol dengan gadis blonde yang dulunya pernah mengganggunya. Tak hanya mengobrol, gadis blonde itu juga memberinya minuman dan sebuah handuk.

Merasa gerah melihat itu semua, Yoona bergegas pergi meninggalkan lapangan. Brukk! Tanpa sengaja ia menyenggol seorang pria yang ada diluar gedung. Dengan cepat ia meminta maaf, tapi ternyata pria yang terlihat seram itu tidak terima atas perlakuannya dan malah memarahinya.

"Kau kira semudah itu meminta maaf?" kata pria yang memiliki banyak tato pada lengannya.

"Aku benar-benar minta maaf." kata Yoona berpura-pura menyesal. Karena sebetulnya dirinya tidak benar-benar bersalah.

"Berikan dompetmu padaku." ujar pria itu dengan keras sembari mengamati dompet yang sedang ia genggam. Tapi Yoona malah menyelipkan dompetnya pada saku celana bagian belakang. Melihat itu membuat pria itu terlihat semakin marah. Ia malah memanggil teman-temannya. Dibawah rintik hujan yang semakin deras, Yoona dikepung oleh lima orang pria bertubuh kekar dan penuh tato, tentu seram. "masih tidak mau memberikan dompetmu?" katanya lagi mencoba mengancam.

"Tidak." tetap saja Yoona tidak berniat memberikan dompetnya kepada mereka. Ia juga terlihat santai. Merasa bahwa ia tengah memberikan perlawanan, pria kekar itu pun tertawa menghina.

"Hei gadis cantik, sebelum kami menyentuhmu, sebaiknya kau berikan saja dompetmu." kata yang lain meleceh.

"Tidak akan." Ia tetap saja terlihat santai tanpa rasa takut.

"Baiklah, sepertinya kami harus sedikit memaksa." mereka mulai berjalan mendekatinya. Dengan cepat Yoona menutup payungnya dan memegangnya dengan erat. Ia diam sejenak, seperti sedang menunggu reaksi dari mereka, namun ketika sebuah tangan hendak menyentuhnya, seperti kilat ia menepis tangan itu dengan payungnya. Pria yang lain tersentak melihat kecepatan gerakannya dan mulai terlihat serius.

"Jangan memaksaku berkelahi." ucap Yoona memperingati. Mereka kembali tertawa mendengar perkataannya. "hem, jika begitu, baiklah." seakan menantang. Ia mengambil kuda-kuda dan siap menyerang. Sembari tertawa meleceh, kelima pria itu pun kembali mendekatinya.

Salah seorang dari mereka mencoba menariknya. Namun belum sempat menyentuhnya, pukulannya sudah mendarat ke wajah pria itu, tentu sangat keras. Oria itu kembali tertawa, tapi setelah darah mengalir dari hidungnya, tidak hanya dirinya, mereka tidak lagi meremehkan Yoona.

Dua orang mulai mendekatinya, mereka hendak menangkapnya, namun dengan lihai Yoona melakukan tendangan ganda. Sedikit melompat lalu menendang dengan kuat, ia dan kedua pria itu terjatuh, tetapi sedetik kemudian Yoona sudah kembali berdiri.

Tidak perlu melihat, ia menyikut seseorang yang hendak menyerangnya dari belakang. Lalu melayangkan kakinya hingga mendarat keras ketubuh pria itu. Ia kembali berputar dengan sedikit melompat dan melayangkan tendangannya kepada pria yang hendak memukulnya. Tidak hanya itu, ia kembali menendang tepat ke hulu hati pria yang hendak meraih pisau. Mereka telihat sedang mengambil nafas, tidak seperti Yoona yang masih sangat santai.

Dengan balok berukuran semeter, pria itu kembali mendekati Yoona. Ia mencoba melayangkan balok tersebut untuk mengenai Yoona, namun dengan cepat Yoona meraih lengannya, sedikit mengangkat tubuh itu dan membanting tubuh itu hingga membentur lantai dengan keras. Tidak sempat menoleh, Yoona kembali menepis pukulan dari pria lainnya. Ia bahkan menangkap kepulan tangan pria itu, dan memutar tangannya hingga pria itu meringis kesakitan.

Seakan tidak puas, salah seorang dari mereka kembali mencoba menghajarnya, Yoona berhasil mengelak. Tetapi ketika pria itu kembali melayangkan pukulannya, walau tipis, pukulan itu berhasil mengenai bibirnya. Ia merasakan perih. Tentu Yoona semakin emosi. Tepat ketika pria itu hendak kembali memukulnya, kakinya menepis kuat tangan itu. Lalu ia cengkram kerah baju pria itu, dan memberinya pukulan bertubi-tubi hingga pria itu melemah dan tersungkur. Ia menyentuh bibirnya yang sedikit berdarah.

"Aish, tidak seharusnya kubiarkan kalian menyentuhku. Apa aku harus bertindak lebih dari ini?" kesal karena mereka berhasil membuat bibirnya terluka. Disaat ia hendak kembali menghajar mereka, ia tersadar, ada banyak orang yang sedang mengamatinya. Dan juga, kelima pria itu juga sudah tak berdaya, mereka terlihat lemah. Yoona semakin kesal karena belum merasa puas. Tapi ia tidak mungkin melayangkan pukulannya lagi, itu dikarenakan banyaknya orang yang mulai berkumpul disana.

Dengan malas ia berjalan mendekati payungnya yang tadinya ia buang begitu saja. Disaat ia hendak membuka payungnya, ia baru menyadari itu, tubuhnya sudah basah kuyup, hal hasil ia pun membiarkan air hujan menerjang tubuhnya. Pria itu. Pria itu terlihat dari salah satu kerumunan yang sedang mengamatinya. Ya, Sehun baru saja terlihat disana. Pria itu terlihat shock dan hendak menghampirinya, tetapi si gadis blonde menahannya. Miris sekali melihat itu, dengan perasaan kecewa Yoona melangkah pergi.

"Sepertinya aku semakin membencimu." batinnya sembari berjalan menuju rumah. Tidak menghiraukan udara dingin yang mulai mengganggunya.

"Masuk." seseorang menariknya dan menyuruhnya masuk kedalam mobil. Tidak bisa menolak, karena orang itu adalah Sehun. Hangat. Berada didalam mobil itu membuat tubuhnya menjadi hangat. "ceritakan padaku." kata Sehun sembari menyetir. Raut wajahnya terlihat khawatir.

"Tidak ada yang harus diceritakan." jawab Yoona berbohong. Tepatnya malas menjelaskannya karena dirinya masih kesal dengan pria itu.

"Ceritakan padaku.." pintanya lembut. Tapi Yoona hanya diam. Sehun meliriknya sejenak. Isterinya itu masih saja terlihat santai. "baiklah." Ujarnya lalu menambah kecepatan laju mobilnya.

Mobil memasuki perkarangan rumah. Belum juga Yoona membuka pintu, pria itu sudah membukakan pintu untuknya, lengkap dengan payung yang sudah ia pegang. Yoona tidak mengerti, mengapa kini ia merasa resah.

"Keluarlah.." kata Sehun yang tidak sabar melihatnya yang terus duduk didalam mobil. Lucunya, Yoona mengangguk pelan dan keluar dari sana. Sembari memayunginya, mereka masuk kedalam rumah. Pria itu kembali membuatnya tak mampu melakukan apapun. Karena kini Sehun memberikannya sebuah handuk. Tidak, ia juga mengeringkan rambut Yoona. Menggosok handuk pada kepala Yoona dengan lembut. "setelah ini segera mengganti pakaianmu, kau bisa terserang flu." ucapnya seperti berbisik.

Degg degg degg!

Yoona bahkan sampai merinding mendengar itu. Tidak juga mengatakan sepatah katapun. Ia juga tidak menyadari bahwa kini Sehun tak lagi mengeringkan rambutnya, melainkan sedang menatapnya heran yang tak juga bersuara.

"Kau kenapa?" Tanya Sehun setelah lama menatapnya. Pria itu heran melihat Yoona yang terus berdiam diri dan tidak sekalipun menoleh kepadanya. Akhirnya Yoona tersadar, lagi dan lagi, ia kembali terpaku ketika mendapatkan sepasang mata sedang menatapnya lekad. "appo?" tanyanya lembut. Sehun terlihat sedang mengkhawatirkannya.

Sesak dan sulit bernafas. Yoona merasa gelisah berdekatan dengan pria itu, ditambah kini jantungnya mulai berdetak tak karuan. Ia tidak bisa terus berada disana. Dengan berat ia mencoba melangkah mundur dan menjauh dari pria itu. Tetapi Sehun menahannya. Pria itu menggenggam tangannya sangat erat. Sehun kembali berdiri dihadapannya, lalu menatapnya dengan tenang.

"Wae? Kau mulai menyukaiku?" tanyanya santai. Seakan sudah mengetahui isi hati isterinya itu. Yoona langsung menatapnya.

Saling menatap. Saling bertanya dalam diam. Sehun terlihat sedang mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona. Terus mendekat, hingga 1cm tepat dihadapan bibir mungil itu, ia menghentikan gerakannya.

"Hingga disaat kau benar-benar mengakui itu, ketika itulah aku akan menyentuhmu." Sehun bergerak menjauh dari Yoona. "tapi, jika kau terus memancingku, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan terhadapmu." ucapnya sembari tersenyum nakal. "masuklah ke kamarmu, kini pakaianmu terlihat sangat tipis." duduk santai diatas sofa dan mulai memfokuskan dirinya pada televisi. Yoona tersadar dan reflek mengamati pakaiannya. Wajahnya mendadak bersemu merah. Mengumpat kecil dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

--

"Huh, mengapa aku menjadi gerah seperti ini." mondar-mandir dihadapan televisi. Sehun tidak bisa menonton dengan tenang. "hoh, pasti karenanya." ia menghampiri meja dapur. Meneguk air mineral, membuka isi kulkas lalu menutupnya kembali. Berdiri disana dalam diam. "aku pasti sudah gila." ia beralih ke kamarnya. Bersembunyi dibawah selimut tebalnya.

Tinuning.. tinuning.. tinuning.. (suara bell, haha, anggap saja seperti itu)

Sehun langsung bangkit dari kasur dan berlari kecil menuju monitor. Ternyata orang tua Yoona. Mereka membawa banyak makanan. Dan.. koper?

"Omoni, mengapa kau membawa koper?" Tanya Sehun seakan sudah bisa menebak jawabannya.

"Ah.. ini. Kami ingin bermalam disini, boleh kan?" kata ibu mertuanya yang kini sedang berjalan menuju dapur dan menyusun makanan bawaannya.

"Yoona dimana? Mengapa dia tidak terlihat?" sambung ayah mertuanya.

"Dia ada didalam kamarnya."

"Kamarnya?" menatap Sehun heran.

"Kaksudku ada didalam kamar. Kamar kami." sepertinya kini ia harus lebih berhati-hati, merasa harus berunding dengan isterinya itu.

Membuka pintu itu tanpa ragu. Kyaaaa! Teriak Yoona ketika melihat Sehun menyosor masuk kedalam kamarnya. Dengan cepat Sehun berlari menghampirinya dan menutup mulutnya, namun sedetik kemudian, ia baru menyadari itu. Yoona hanya menggunakan handuk yang menutup tubuhnya. Rambutnya tergerai begitu saja dengan sedikit basah. Menghirup aroma shampo membuat Sehun langsung menjaga jarak darinya. Takut terpancing.

"Kenapa kau masuk tanpa ijin!" teriaknya.

"Ada orangtuamu!" ucap Sehun geram.

"Mwo?"

"Cepat pakai pakaianmu." ia membalikkan tubuhnya.

"Kau sedang apa?" Tanya Yoona yang aneh melihat Sehun membelakanginya.

"Sedang tidak melihatmu. Cepat gunakan pakaianmu."

"Kau pikir aku akan menggunakan pakaianku dihadapanmu? Keluar!" bentak Yoona.

"Kecilkan suaramu. Baiklah, aku akan keluar." dengan langkah berat ia keluar dari kamar itu. "aish, aku bahkan diusir oleh isteriku sendiri." pikirnya kesal.

--

"Ayo makan yang banyak, eomma sengaja memasakan ini untuk kalian. Ini resep dari tetangga." Kata ibu Yoona sembari memberikan mereka semangkuk sop.

"Ini apa?" Tanya Sehun.

"Sudah makan saja, semoga setelah ini eomma segera mendapatkan cucu."

"Uhukk, uhukk!" Yoona malah menyeburkan nasi yang sedang ia kunyah. Lucunya, nasi-nasi itu menempel ke wajah Sehun yang kebetulan duduk dihadapannya. Tentu tawa mereka pun pecah melihatnya. "mian." ujar gadis itu seakan tidak merasa bersalah. Menyodorkan sapu tangan kepada pria itu.

"Tunggu saja pembalasanku." batin Sehun sambil menatapnya geram.

--

"Kau sedang apa?" Tanya Yoona ketus kepada Sehun. Menatap aneh pria itu yang dengan santai tidur di sampingnya. Di atas kasurnya. Di kamarnya.

"Sedang istirahat." jawabnya santai sembari menonton televisi yang ada dihadapannya.

"Maksudku, sedang apa kau disini, sana tidur di sofa!" mendorong tubuh itu.

"Sepertinya aku harus melaporkan ini kepada omoni dan aboji." pria itu hendak bangkit dari kasur. Seakan mengancam, tentu Yoona langsung menahannya.

"Yak yak.. arraso. Tapi ingat, jangan macam-macam." menutup sebagian tubuhnya dengan selimut. Tapi ia tidak bisa tertidur, itu dikarenakan Sehun yang sedang menyaksikan film bergenre horor. Yoona takut akan film semacam itu. "tak bisakah kau mengganti tontonanmu?" katanya sembari memicingkan matanya guna menghindari layar televisi.

"Kenapa kau cerewet sekali." pria itu malah menggenggam tangannya. "tidurlah, ada aku disini. Tidak ada yang perlu kau takuti." tidak menyadari bahwa kini Yoona kembali mematung. Sehun terus menyaksikan film tersebut.

Ia mencoba menenangkan dirinya. Namun ia tidak juga berhasil. Sehun terus menggenggam tangannya. Hangat, tentu saja. Mencoba untuk tidur, bahkan ia memaksa dirinya untuk terus menutup matanya. Tapi berkat detak jantungnya yang tidak normal itu, ia terus merasa gelisah. Dengan begitu ia memilih bangkit dari kasur. Melepas genggaman itu lalu berjalan menuju balkon kamar.

Berdiri ditepi pagar pembatas. Mengamati keindahan langit dimalam hari. Angin malam terasa menusuk. Menembus kulit hingga menyentuh tulang rusuk. Hati seakan ikut membeku. Tapi sedetik kemudian, ia rasakan kehangatan pada tubuhnya. Bahkan sangat hangat. Ya, Sehun memeluk tubuhnya dari belakang.

"Yak.."

"Sebentar saja." kata pria itu pelan dan semakin mengencangkan pelukannya. Terdiam. Ia tidak percaya akan apa yang sedang ia pikirkan. Ia menginginkan waktu berhenti berputar, agar ia bisa merasakan pelukan itu lebih lama lagi. Ada apa denganku? apa aku benar-benar sudah menyukainya? Pikir Yoona. "gomawo.. karena sudah melihatku berlatih." kata Sehun setelah itu.

"Mwo?" Yoona langsung membalikkan tubuhnya untuk menatap pria itu.

"Aku tahu itu, tadi kau berada disana. Bahkan hingga kami selesai berlatih. Gomawo.." tersenyum manis kepada Yoona.

"Kau tahu tadinya aku berada disana?"

"Hmm.." Sehun mengangguk sembari tersenyum manis. Kembali menatapnya. Dalam diam, seperti nyaman akan tatapan itu. Yoona juga membalas tatapan itu.

Yoona melangkah mundur, itu dikarenakan Sehun bergerak mendekatinya. Terus melangkah mundur hingga tubuhnya tertahan oleh pagar pembatas. Tubuhnya lantas mematung dihadapan pria itu yang kini mengepung dirinya. Dapat dirasakan olehnya hembusan nafas pria itu. Perlahan Sehun mendekatkan wajahnya, semakin mendekat, hingga hampir saling menyentuh, pria itu menghentikan gerakannya.

"Sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi." itu merupakan kata-kata terakhir yang ia ucapkan sebelum dirinya menyentuh bibir Yoona dengan lembut. Hangat. Wajahnya terasa hangat. Sehun melumat dengan penuh perasaan. Yoona reflek menutup kedua matanya.

Tidak ada perlawan darinya. Seperti tidak bisa melakukan apapun, hanya menerima ciuman itu. Sehun melepas ciuman itu, kembali menatapnya. Dilihatnya Yoona sedang mengatur nafasnya, sungguh imut. Pria itu terseyum nakal. Lalu seperti kilat ia mengangkat tubuh itu.

Yoona kembali mematung karena kini Sehun membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dan yang semakin membuat dadanya sesak, Sehun kembali mengepungnya dengan cara berada diatas tubuhnya. Menatapnya tajam hingga menusuk hati dengan lembut. Lama sekali, hingga tak terduga, mata Sehun perlahan memerah.

"Sudah lama aku ingin mengatakan ini." kata Sehun berbisik. "saranghae." air mata bahkan mengalir diwajahnya, hingga terjatuh mengenai pipi Yoona. Sehun menepis air mata yang mengenai wajah Yoona dengan lembut. Ia tersenyum manis. Yoona merasa terpana dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Sehun baru saja mengungkapkan perasaannya. Mendengar itu, seakan terdapat beribu kupu-kupu sedang mengepakkan sayapnya didalam hatinya. "aku tahu, kau juga mencintaiku." kata Sehun setelah itu. Yoona terbelalak mendengarnya. "matamu tidak bisa membohongiku." ia malah tersenyum nakal.

"Hoh, jangan asal." ucapnya yang akhirnya bersuara. Suaranya terdengar kaku. Sehun semakin menghimpitnya.

"Lalu mengapa tadinya kau menerima ciumanku?" kembali terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan itu. "jelas sekali bahwa kau sudah menyukaiku." pria itu terus menggodanya. Wajahnya semakin terlihat imut karena menahan malu. "baiklah, kapan kita memulainya?" raut wajah pria itu berubah serius.

"Mwoga?"

"Memberikan cucu kepada mereka." Sehun semakin nakal. Degg! Dapat Yoona rasakan, jantungnya yang seakan berhenti berdetak. Yoona terpaku menatapnya. Melihatnya yang tidak bereaksi, Sehun mengecup bibir itu pelan. "jawab aku.." Yoona masih saja terdiam. Sehun kembali mengecup bibirnya. "jawab aku.." masih saja diam. Ia hendak kembali mengecupnya. Namun Yoona dengan cepat mengatakan sesuatu, sesuatu yang membuat Sehun menghentikan gerakannya.

"Aku masih belum yakin denganmu."

"Mwo?"

"Jika kau mencintaiku, mengapa kau masih berdekatan dengan gadis blonde itu?" ternyata Yoona masih mengingat si gadis blonde.

"Haha.." Sehun malah tertawa geli. "kau cemburu kepadanya?"

"Molla."

"Sudahlah, tidak usah membahasnya." Sehun sudah tak berada diatas tubuh Yoona. berbaring santai disampingnya. "tapi, kuharap kau tidak membencinya. Aku sangat menyayanginya." seperti kilat Yoona langsung menoleh kepadanya, tentu cemburu mendengar itu. "sebagai adik." jelas Sehun tak kalah cepat. "tidurlah, bukankah besok kau harus berkuliah?" ujarnya tanpa menoleh. Yoona masih saja menatapnya. "jangan menatapku terus.. Jangan memancingku." Mengerti maksud dari perkataan pria itu, Yoona langsung menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya. "ini adalah yang terakhir, karena setelah ini aku tidak akan melepasmu." pikir Sehun sebelum tertidur pulas.

--

Pagi ini hujan kembali turun. Bahkan sangat deras. Sehabis mengantar kepergian orang tua Yoona. Mereka pun segera berangkat kekampus. Didalam mobil Yoona terus-terusan mengamati kalung yang bergantung indah dilehernya. Bintang kecil yang bergantungan itu bersinar dengan indah. Ia tersenyum simpul. Tanpa mengetahui, bahwa sesekali pria itu memperhatikannya dengan bahagia.

"Sepertinya kau sangat menyukai kalung itu." kata Sehun sembari menyetir.

"Hmm." jawabnya mengangguk pelan.

"Bagus kalau begitu. Jangan sampai kehilangan lagi, mengerti?"

"Oo?" menatap Sehun heran. "maksudmu?"

"Jaga kalung itu baik-baik. Sebagaimana aku menjaga kalung ini juga." jawabnya sembari memperlihatkan kepadanya sebuah kalung yang pria itu gunakan. Kalung mereka sama.

"..." Yoona terdiam mengamati kalung yang Sehun pakai. Mobil sudah berhenti tepat di parkiran mobil. Sehun hendak keluar dari mobil, tapi segera ditahannya. "kenapa kau memiliki kalung yang sama denganku?"

"Pantas saja kau tidak tama-tamat. Kau benar-benar bodoh." kata pria itu bercanda.

"Apa katamu?!"

"Amati kalung itu lebih lama, jika kau mendapatkan sesuatu, kau pasti akan mengerti." Yoona segera mengmati kalungnya. 'Sehun ♥ Yoona' . Nama itu terukir indah pada bintang kecil itu. "bagaimana bisa kau tidak menyadari itu. Sudah selama itu." pria itu langsung keluar dari mobil lalu membuka pintu untuknya. Tentu dengan payung yang sudah ia genggam. "keluarlah, kau harus segara masuk ke kelas." tanpa ragu Sehun menarik tangannya itu untuk segera keluar dari mobil. "jangan dipegang seperti itu. Gunakan kalungmu, jangan sampai kehilangan lagi." Yoona masih saja menatapnya tak percaya. Geram melihat Yoona yang terus terdiam, Sehun langsung meraih kalung itu, menyuruh Yoona memegang payung, lalu memakaikan kalung itu padanya.

"Kenapa kau memberiku kalung ini?" Tanya Yoona dibawah hujan yang semakin menderas. Sehun kembali meraih payungnya.

"Bukankah aku sudah mengatakannya." menggenggam tangan Yoona. Mereka mulai melewati derasnya hujan dengan santai. Saling perpegangan."karena aku mencintaimu." Yoona mengehentikan langkahnya. Sehun sedikit terperanjat ketika melihat air mata mengalir di wajah isterinya itu. "wae geure?"

"Molla." Ia juga tidak tahu alasannya menangis. Sehun langsung memeluknya. Tidak menghiraukan banyaknya mahasiswa yang mulai mengamati mereka. "yak, jangan begini, mereka sedang memperhatikan kita."

"Biarkan saja." tetap memeluk gadis itu.

"Yak.." mengecup bibir Yoona pelan. "aku bilang biarkan saja." kembali menggenggam tangan itu. Mereka pun melewati sekumpulan mahasiswa yang kini sedang kegirangan melihat keromantisan mereka. Setiba mereka digedung kampus, Sehun menutup payungnya lalu mengantar Yoona ke kelas.

"Oppa!" suara itu menghentikan langkah mereka. Seorang gadis berlari menghampiri mereka, lalu dengan kasar melepas tangan Sehun yang sedang menggenggam tangan Yoona. "jangan menggoda kekasihku!" ternyata dia adalah si gadis blonde.

"Jangan begini.." ucap Sehun mencoba menenangkannya.

"Oppa, kenapa kau bergandengan dengannya? Apa kau tidak memikirkan perasaanku?" ia menangis dihadapan mereka.

"Dia isteriku, tidak salah kan jika aku menggandengnya." jawab Sehun lembut sembari mengelus rambut gadis itu yang sudah basah akibat terkena hujan. Yoona mencoba untuk tenang. Sehun kembali menggenggam tangannya.

Gadis blonde itu bersin beberapa kali. Aneh, Sehun langsung membuka jaket yang ia kenakan, tentu ia terpaksa melepaskan tangan Yoona. Si blonde terlihat senang ketika Sehun memakaikan jaket itu padanya. Sudah tidak bisa menahannya, Yoona merasa darahnya mendidih. Sehun sangat perhatian kepada gadis itu. Ia benar-benar kesal. Perlahan ia berjalan mundur dan menjauh dari mereka. Mencoba menahan air mata yang hendak jatuh. Mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Cemburu? Entahlah.

Continued..

Next chapter