1 Part 1

Melangkah dengan indah bersama empat orang gadis lainnya yang selalu setia menjadi pengikutnya. Seakan ditakuti, semua orang menepi dan memberikan mereka jalan. Gadis itu. Im Yoona dengan jaket kulit dan celana sobek sana sininya semakin membuatnya terlihat gaya. Begitu juga dengan empat orang gadis yang berada dibelakangnya, mereka sangat modis dan tentu jauh berbeda dengan mahasiswi yang ada dikampus terkenal itu.

"Sunbae, kau mau ke kelas atau ke kafe?" Tanya Wendy salah satu pengikutnya.

"Bagaimana kalau kita ke kafe saja?" Kata Seulgi.

"Aniyo sunbae, kau harus kekelas, apa kau mau bolos lagi? Kau sudah terlalu sering bolos." bantah Joy yang juga diserukan oleh Irene.

"Kalian pergi saja." melangkah maju dua langkah. "jangan mengikutiku. Masuklah kekelas." katanya sebelum benar-benar menjauh dari sana. Gadis itu, Yoona berjalan menuju lapangan basket guna menemui seseorang.

--

Pria tinggi bertubuh atletis. Kulitnya putih bersih, wajahnya tampan mempesona. Sorot mata misteriusnya, alis tegasnya, hidung mancungnya yang sempurna, dagu lancipnya dan juga rambutnya yang sedikit acak, tapi malah semakin membuatnya menarik. Ia benar-benar terlihat sempurna. Tidak heran jika hampir semua gadis mendambakannya. Tetapi tidak dengan Yoona. baginya pria yang bernama Oh Sehun itu hanyalah anak ingusan yang baru masuk universitas.

"Yak, nuna itu datang lagi." seru Nam Joo Hyuk yang menyadari kedatangan Yoona disana. Pria yang bernama Sehun itu tidak menghiraukan perkataan sahabatnya itu dan malah terus bermain bola basket. "yak, dia semakin mendekat.." suara Joo Hyuk semakin mengecil karena keberadaan Yoona. "yak.."

"Yak!" dan teriakan Yoona lah yang mampu mengalihkan perhatian pria itu. Oh Sehun. Namun tetap saja, Sehun hanya menoleh kepadanya tanpa mengatakan apapun. "kau! Kenapa kau menyutujui permintaan mereka? kau kira aku mau melakukannya?!!" seperti tidak mendengar apapun. Sehun hanya mendengus pelan lalu kembali memainkan bolanya. "aish.." berlari mendekati Sehun, berusaha merebut bola dari pria itu.

"Mwoya.." akhirnya membuka suara. Ia membiarkan Yoona merebut bolanya.

"Dengarkan dulu apa yang kukatakan." melempar bola itu begitu saja. Setelah itu menatap Sehun sambil mengacak pinggang. "batalkan pernikahan kita sekarang juga!"

--

Yoona yang merupakan mahasiswi abadi alias tidak tamat-tamat selalu ditakuti oleh juniornya. Bisa dikatakan karena kampus tersebut milik ayahnya, tetapi disamping itu juga dikarenakan prestasinya dalam bidang olahraga bela diri. Namun, sejak kampus itu menerima mahasiswa baru, namanya mulai tersaingi dengan seseorang. Yaitu Oh Sehun.

Ketampanannya ditambah keahliannya dalam bermain basket membuat namanya dalam sekejap melayang tak terbatas. Hal lain yang membuat pria itu semakin diagungkan yaitu kekayaannya yang tak terhitung lagi. Semua mahkluk di kampus itu terus membicarakannya, mendambakannya, dan seperti kilat, dirinya sudah memiliki banyak fans. Melihat itu tentu membuat Yoona menjadi kesal dan enggan mendengar atau melihat pria itu. Namun takdir berkata lain.

Orangtua Yoona dan Sehun ternyata berteman dengan sangat baik. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata sejak dulu mereka sudah sepakat untuk menjodohkan anak mereka. yaitu Sehun dan Yoona. Namun umur orangtua Sehun tidak bertahan lama, mereka sudah lama tiada tepat setelah perjanjian itu disepakati. Tinggallah Sehun seorang diri dengan harta warisan yang orangtuanya tinggalkan. Sehun hidup mandiri hingga akhirnya ia bertemu kembali dengan orangtua Yoona, karena itu ia memilih masuk ke universitas milik ayahnya Yoona. dan perjanjian yang telah disepakati itu pun kembali dibicarakan.

Yoona yang merasa harga dirinya tercampakkan pun menentang keras perjodohan itu. Mungkin dikarenakan umurnya lebih tua dari Sehun. Ditambah ketenarannya yang sudah dikalahkan oleh Sehun. Ia tidak mungkin menyetujui perjodohan itu setelah jatuh malu sebanyak itu. Ditambah ia sering mendengar kabar dari keempat pengikutnya bahwa Sehun adalah seorang playboy. Tentu ia akan terus menentang perjodohan itu. Namun kali ini orangtuanya sedikit lebih keras terhadapnya, orangtuanya hanya mendengarkan perkataan Sehun dari pada dirinya. Karena itu, ketika Sehun menyutujui perjodohan itu, pernikahan pun langsung disiapkan.

--

"Kau tidak mendengarku? Batalkan pernikahan itu.. Batalkan pernikahan kita!" teriaknya sembari mengikuti langkah Sehun yang mencoba menghindarinya. "Dengarkan aku!!" Yoona semakin menekankan suaranya. "yak!"

"Jangan berteriak, mereka akan mendengarmu." mengamati ke sekelilingnya yang mulai memperhatikan mereka. Yoona langsung terdiam. "aku mau masuk kekelas. Kau pergilah." dengan cepat Sehun melangkah pergi menjauh.

Sehun terus melangkah pergi. Sedangkan Yoona masih berdiri disana. Ia tidak menyangka, bahwa kini semua orang sedang memandangnya. Tidak hanya itu, mereka juga mulai membicarakannya. Sebagian menatapnya sinis tanpa takut, ia merasa aneh, tidak biasanya mereka berani bersikap seperti itu padanya.

"Apa yang kalian lihat!" bentaknya keras terhadap mereka. Tetapi mereka tetap saja berdiri disana dan terus memandanginya hina. "aish, kalian membuatku kesal." mendengus kesal.

"Kalian akan menikah? Cih, apa kau tidak punya malu?" suara itu terdengar menggema di gedung itu. "apa kau kini ingin dikenal karena merebut kekasih orang?" seorang gadis berambut blonde menghampirinya. Sama seperti yang lainnya, gadis itu juga menatapnya hina.

"Mwo?" Yoona mencoba menahan emosinya. Ia sama sekali tidak mengenal gadis itu, tetapi wajah gadis itu tidak asing untuknya.

"Kau, apa membuatku koma tidak cukup untukmu? Apa kau harus merebutnya dariku?" gadis itu semakin menguatkan kata-katanya.

"Apa yang kau katakan?" Yoona masih tidak mengerti maksud dari perkataan si blonde itu.

"Hoh, sepertinya kau melupakanku." gadis itu meraba saku jaketnya, lalu tidak lama dari itu ia mengeluarkan sesuatu. Sebuah kalung dengan bintang kecil yang bergantungan. Yoona terlonjak kaget. Kalung itu adalah miliknya yang sudah lama ia cari. "kalung ini, hah, sepertinya sekarang kau mengingatku." Yoona mendadak kaku. "tepat sebelum kau menolakku dari jendela perpustakaan, tanganku dengan cepat meraih kalungmu lalu aku terjatuh keras ke lantai, dan setelah itu aku koma, karenamu."

"..." Yoona tidak ingin mengatakan apapun. Karena baginya percuma, tetap tidak akan ada yang mempercayainya.

"Kau hampir membunuhku, apa itu tidak cukup? Apa kau juga harus merebut kekasihku!" ucap gadis blonde itu dengan kuat. Semua orang sampai terdiam terpaku mendengar perkataannya. Sedetik setelah itu, mereka kembali mencaci Yoona. tidak menghiraukan itu, Yoona hanya mengamati kalung itu. Kalung yang selama ini menghilang darinya. Kalung yang sangat ia sayangi. Karena kalung itu adalah pemberian seseorang yang hingga kini masih membuatnya penasaran.

"Tidak bisakah kau memberikan kalung itu kepadaku?" katanya pelan.

"Kau kira semudah itu?" wajah gadis blonde itu terlihat sangat licik. "kau harus.." seseorang meraih kalung itu seperti kilat sehingga membuat gadis blonde itu terdiam. "Sehun oppa.."

"Jangan mengganggunya." dengan santai pria itu menarik tangan Yoona dan membawa gadis itu pergi dari sana.

"Oppa! Apa yang kau lakukan!" teriak gadis blonde itu mencoba menghentikan langkah Sehun. Namun Sehun tetap terus melangkah dan terus menarik tangan Yoona.

Mereka berhenti disebuah taman kecil yang sedikit tertutup akibat pepohonan rimbun yang ada disana. Sukses menjauh dari si blonde dan yang lainnya.

Duduk disalah satu kursi taman. Sehun sudah melepaskan genggaman tangannya. Duduk santai sambil mengamati kalung yang ada ditangannya, tanpa menghiraukan pandangan Yoona yang terlihat bingung atas perlakuannya tadi.

"Kalung ini masih sangat bagus. Syukurlah, kalau tidak aku akan kembali menemuinya." ia memberikan kalung itu kepada Yoona. Gadis itu tidak langsung menerimanya. Yoona masih menatap Sehun dengan penuh tanya.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Yoona

"Mwoga?"

"Sepertinya kau mengenal gadis itu, kau juga merebut kalung ini, lalu kau membawaku kesini. Kenapa kau lakukan itu?" tanya Yoona terus menatapnya menyelidik.

"Sudahlah jangan dipikirkan. Yang terpenting kalung ini kembali padamu." menggoyangkan tangannya agar gadis itu segera mengambil kalung itu darinya. Tapi Yoona tidak juga melepaskan tatapannya. "kau tidak mau? Apa harus kupakaikan?"

"Cih, tidak perlu." ia langsung meraih dengan kasar lalu memakai kalung tersebut. "jangan sok akrab denganku. Kau tahu? Aku sangat membencimu." ia bangkit dari duduknya hendak pergi. Namun Sehun menarik tangannya dan menahannya. Pria itu melangkah mendekatinya, semakin dekat dan sangat dekat, hingga kini jarak mereka hanya 5 cm saja. Sehun menundukkan sedikit wajahnya untuk menatap Yoona secara dekat, lucunya, Yoona yang seram berubah kaku dan malu.

"Akanku buat kau menyukaiku. Tunggu saja." tersenyum nakal kepadanya. Usai itu Sehun segera menjauhkan wajahnya. "sepulang nanti, ikutlah denganku. Kita harus mencoba baju pernikahan kita." ujarnya sebelum melangkah menjauh dari sana. Meninggalkan Yoona yang kesal karena tidak mampu menghajarnya.

"Ijjasigia!!!" geramnya.

--

Gaun putih dengan diamond yang tertempel di beberapa sisi membuat gaun tersebut semakin indah. Adanya diamond tentu membuat gaun tersebut berharga fantastik. Namun itu bukanlah hal sulit untuk Sehun. Apalagi untuk gadis yang akan menjadi isterinya.

"Yak, gaun ini terlalu mahal. Lagi pula, aku belum menyetujui pernikahan ini." tolak Yoona ketika Sehun hendak mencoba pakaiannya.

"Jangan berisik. Lebih baik kau pakai saja, aku juga mau mencoba pakaianku." ia langsung menghilang tertutupi tirai. Tidak memperdulikan itu, tanpa takut Yoona menyosor masuk kedalam ruang ganti pria itu. Syukur Sehun belum membuka pakaiannya. "mwoya!" Sehun tersentak kaget.

"Omo, syukurlah." Yoona juga ikut kaget, tapi juga bersyukur karena pria itu masih menggunakan pakaiannya. "Dengarkan aku dulu. Pernikahan ini, kenapa kau tetap ingin melaksanakannya? Kau kan tahu, pernikahan itu dilakukan apabila kedua mempelai saling mencintai, sedangkan kita, kita juga tidak saling kenal. Bagaimana mungkin kita menikah?"

"Rasa suka akan timbul seiring berjalannya waktu. Kau tidak perlu memikirkan itu. Sudah, sana coba gaunmu." mendorong Yoona keluar dari tirai. Namun saking nakalnya, Yoona kembali menerobos masuk. "baiklah, jika kau ingin tetap disini. Sepertinya kau sangat ingin melihat tubuhku." Sehun langsung membuka jaketnya, lalu membuka kaosnya.

Yoona terpana hingga air liur hendak menetes. Menyaksikan keseksian tubuh Sehun yang menggoda. Perutnya kotak-kotaknya yang kering dan sangat berotot. Tangannya bulat padat dengan ototnya yang menawan.

"Yak! Kenapa kau membuka bajumu!" memukul Sehun dengan keras. Walau sakit, tapi Sehun lebih merasa lucu ketika melihat tingkah gadis itu, tentu, karena wajah Yoona mulai merona akibat merasa malu.

"Karena itu, keluarlah. Apa kau menungguku membuka celana?" memegang celananya dan hendak membukanya. Kontras Yoona berteriak geli, ia langsung berlari keluar. Sehun menahan tawa melihat tingkah gadis itu.

Duduk manis di sebuah sofa. Menunggu Yoona menggunakan gaunnya. Lama sekali, mungkin dikarenakan tingkat kesulitan gaunnya yang sedikit menyusahkan. Ia merapihkan dasinya, kancing lengannya, rambutnya, dan juga letak jam tangannya. Aneh, Sehun terlihat gugup. Tirai terbuka perlahan. Degg degg degg!

"Beautiful." batin Sehun mencoba menyembunyikan kegugupannya. Ia bangkit dari duduknya. Mencoba tersenyum sepantasnya. Tidak menghiraukan gejolak dihatinya yang pecah semarak seperti petasan.

"Sudah lihat kan?" kata Yoona ketus.

"Oo?" tidak mengerti maksud gadis itu.

"Baiklah, ahjumma, bantu aku membukanya." seperti kilat, gadis itu langsung menarik tirai hingga tertutup rapat.

"Hoh, daebak, kau memang gadis yang aneh." kesalnya karena tidak bisa melihat lebih lama. Karena sejujurnya ia sangat suka melihat Yoona ketika mengenakan gaun itu. Yoona terlihat sangat berbeda, cantik dan menawan.

--

"Kenapa kau mau kerumahku? Kau, jangan coba-coba untuk merayuku." kata Yoona yang sedari tadi tidak henti-hentinya berceloteh. Sehun yang sedang menyetir tidak terlalu menghiraukannya. "Kau tidak mendengarku?!!"

"Ibumu yang menyuruhku." jawabnya tanpa menoleh.

"Cih, kau pikir aku akan mempercayaimu?" tetap menatap kedepan, Sehun meraih ponselnya dari saku jaketnya, lalu memberikan ponselnya kepada Yoona.

"Jika kau tidak percaya, kau bisa baca pesan yang ibumu kirim kepadaku." Yoona langsung memeriksa kontak pesannya. Ternyata benar, ibunya lah yang mengundang Sehun untuk dinner bersama. Untuk sekian kalinya, ia hanya bisa manyun menahan malu.

--

Makan malam itu berlangsung ceria. Itu dikarenakan karakter orang tua Yoona yang kocak. Mereka malah bersikap baik terhadap Sehun, tetapi tidak kepada putri satu-satunya itu. Namun semua itu hanya sebatas candaan mereka saja. Agar Yoona tak lagi menolak pernikahan yang tidak lama lagi akan diselenggarakan itu.

"Sehun sudah membantu appa dalam menghadapi masalah di perusahaan. Tanpanya mungkin kita tidak akan bisa menyantap makanan lezat ini lagi. Dan perjanjian itu, appa tidak ingin mengingkarinya. Kedua sahabat appa, appa tidak ingin mengecewakan mereka. Karena itu, kau harus menyetujui pernikahan ini." jelas ayahnya Yoona dihadapan ibunya dan juga Sehun.

"Dengarkan eomma, dari awal melihat kalian, aku sudah sangat yakin, bahwa kalian sudah ditakdirkan untuk bersama. Jadi, kau tidak perlu meragukan apapun lagi. Eomma juga yakin, Sehun adalah pria yang baik, bukankah begitu Sehun? " Sehun salah tingkah dan tidak tahu hendak menjawab apa.

"Hahaha.." orang tua Yoona pun tertawa renyah melihat ekspresinya. "tapi, jika kau menyakiti putri kami, siap-siaplah untuk menerima pembalasannya dari kami."

"Tidak akan. Itu tidak akan terjadi." kini ia menjawab dengan pasti. Yoona menatapnya dengan mulutnya yang ternganga. Ia merasa aneh melihat keluarganya dan juga pria itu. Tetapi, ia sudah tidak bisa menyela perjanjian itu lagi. Karena apa yang ayahnya katakan benar adanya. Sehun sudah banyak membantu.

Yoona mengantar pria itu menuju mobilnya. Rumahnya yang luas dan jarak parkiran mobil yang jauh, membuat mereka harus berjalan bersama lebih lama. Malas tentu saja, tapi Yoona tidak mungkin membiarkan Sehun kembali ke mobilnya seorang diri, karena orang tuanya terus memperhatikannya dengan tatapan mendesak.

"Kau terlalu terlihat terpaksa." ternyata Sehun menyadari itu.

"Mereka memperhatikan kita." ucapnya sembari melirik orang tuanya yang terus memperhatikan gerak-geriknya dari dalam rumah.

"Mereka orang tua yang baik. Akhirnya aku bisa masuk kedalam keluarga ini. Aku sudah menunggu lama." kata-kata itu tidak dimengerti Yoona. Sedangkan Sehun mengatakannya dengan santai, tanpa sekalipun menjelaskan maksud dari perkataannya.

"Apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa."

"Pernikahan ini, kau menyetujuinya karena persahabatan kedua orang tua kita?"

"Tentu." jawabnya singkat.

"Hanya itu?" Yoona merasa kurang. Sehun menghentikan langkahnya, lalu menatap Yoona dengan tatapannya yang tenang. Aneh, gadis yang garang itu kembali kaku. Tatapan pria itu selalu berhasil membuatnya mematung.

"Tidak." tersenyum nakal dan kembali melangkah. Ia sudah masuk kedalam mobilnya dan langsung melesat pergi. Yoona mengamati mobil mewah yang perlahan menghilang itu. Semakin lama Sehun semakin membuatnya penasaran. Ia berbalik dan melangkah kembali kedalam rumah.

"Jogiyo.." panggil seseorang. Ketika dilihatnya, ternyata seorang pria dengan seragam bertuliskan flower shop. "saya ingin mengantarkan mawar, nona Im Yoona, apakah itu anda?"

"Ya, itu saya. Bunga dari siapa ya?" tanyanya sembari memperhatikan mawar merah yang ada pada pria itu.

"Anda bisa melihat pada memonya. Tolong tanda tangan disini." ia pun menandatangan pada sebuah layar ponsel, lalu bunga mawar tersebut diberikan padanya. Setelah pria setengah baya itu pergi dari hadapannya. Dengan cepat ia memeriksa memonya.

"Oh Sehun." ternyata bunga tersebut dari Sehun. Benar-benar romantis. Tanpa gadis itu sadari, ia tersenyum simpul. Tetapi sedetik kemudian ia langsung membuang senyuman itu.

--

Suasana kampus pagi ini begitu ramai. Tidak, keramaian hanya terlihat disekitar mading. Semua orang terlihat serius membaca sesuatu yang tertempel disana. Gadis itu, Yoona mengamati tingkah laku mereka dari dalam mobil. Setelah ia turun dari mobilnya, ia terus memperhatikan mereka. Sampai-sampai tanpa perintah kakinya melangkah mendekati keramaian itu. Tidak hanya disitu, dirinya malah menyelip dari dalam keramaian untuk dapat melihat mading dari jarak dekat.

Degg degg degg!

Fotonya bersama Sehun beserta judul besar yang membuatnya panas penuh amarah. Ternyata itu berita tentang pernikahannya bersama Sehun. Semua orang yang menyadari kehadirannya disana pun langsung menatapnya. Ada yang menatapnya senang dan ada juga yang tidak. Dari jauh terlihat seseorang sedang berjalan dengan santai. Tentu Yoona mengetahui siapa itu, ya, dia adalah Sehun. Calon suaminya.

"Yak!" teriaknya dan tidak dihiraukan. Ia langsung mengejar pria itu dan terus mencoba menyamakan langkahnya. "yak.." pria itu semakin mempercepat langkahnya. "yak Oh Sehun!"

"Ne?" jawab Sehun santai sambil menatapnya tenang. Melihat ekspresi tak bersalah pria itu membuatnya merasa jengkel.

"Kau sengaja tidak menghiraukanku?"

"Hmm.. Karena itu, panggil aku dengan benar, aku punya nama." ujar Sehun dan kembali melangkah. Gadis itu pun kembali mengikutinya.

"Apa kau yang menempelnya disana?" Tanya Yoona sembari mengikuti langkahnya. Sehun menggeleng pelan. "Lalu siapa?"

"Kau merindukanku ya?" Tanya pria itu keluar dari topik.

"Hee?"

"Kau terus menggangguku."

"Aku tidak.."

"Jika tidak baiklah." kali ini Sehun benar-benar melangkah cepat meninggalkannya. Yoona termenung disana.

"Dasar aneh. Sepertinya kau memiliki dua kepribadian. Apa? Merindukanmu? Apa pada saat itu aku kurang jelas mengatakannya kepadamu? Aku itu membencimu, sangat membencimu!" gerutunya kesal tidak menghiraukan tatapan orang terhadapnya.

--

"Yak Joo Hyuk, gomawo.." kata Sehun kepada sahabatnya yang sedang terlelap diatas meja kuliah. Berkat kata sapaannya, Joo Hyuk terbangun. Mengucek matanya mencoba menyadarkan diri. "jangan bilang kau tidur dikampus?" Sehun terlihat kaget. "yak, hanya karena untuk menempel berita itu?"

"Kau ini! Jika aku tidak tidur disini, akan ketahuan siapa tersangka penempelan berita itu."

"Gomawo.."

"Bukankah pernikahanmu lusa nanti? Kenapa kau masih datang ke kampus?"

"Semuanya sudah beres."

"Lalu bagaimana dengan nuna itu? Apa dia sudah menerimamu?"

"Dia sudah tidak memiliki alasan untuk menolakku. Akhirnya aku bisa menikahinya." tersenyum bahagia sembari membayangkan wajah gadis yang sebentar lagi akan menjadi isterinya.

--

Hari bahagia itu sudah berlalu dengan indah. Hari dimana mereka mengikat janji pernikahan dihadapan tuhan. Akhirnya mereka menjadi sepasang suami isteri. Yang penuh cinta dan keharmonisan.

Eits! Tidak!

Walau cincin telah bersemat di jari mereka. Hal itu tidak merubah keadaan diantara keduanya. Ya, Yoona masih tidak bisa menerima pria itu. Mereka telah menempati rumah baru mereka. Anehnya, keduanya memilih tidur di kamar yang berbeda. Pada awalnya Yoona yang tidak ingin bersama, lalu Sehun dengan lapang dada mengiyakan permintaan isterinya itu.

Mengenai berangkat ke kampus, mereka sepakat untuk pergi bersama. Karena mereka harus tetap terlihat harmonis dihadapan khalayak. Seperti yang terjadi pagi ini. Sembari menyetir menuju kampus, Sehun menyantap sandwich yang Yoona beli di sepanjang perjalanan mereka.

"Jika setiap hari aku menyantap makanan seperti ini, sepertinya aku harus segera menyiapkan sebuah kamar dirumah sakit." Kata Sehun kepada Yoona sembari mengunyah dan terus serius menyetir. Yoona yang juga sedang menyantap omeletnya mencoba tidak menghiraukannya. Ya, ini memang kesalahannya yang tidak bisa memasak, sehingga setiap harinya mereka harus membeli makanan siap saji yang dipertanyakan tingkat gizinya. Tidak mendapat reaksi darinya, Sehun hanya tersenyum simpul.

Memaksakan diri untuk terlihat mesra dihadapan mahasiswa disana. Yoona pun membiarkan Sehun menggenggam tangannya sembari mengantarnya ke kelas. Mereka tiba didepan kelas. Yoona ingin cepat-cepat masuk kedalam kelasnya. Namun Sehun tidak juga melepaskan tangannya.

"Ini adalah salah satu kesempatanku." Batin Sehun nakal. Ia malah menarik Yoona agar lebih mendekatinya. Lalu sedetik kemudian ia sudah mendaratkan sentuhan hangatnya pada kening Yoona. Tidak bisa berbohong. Yoona merasa tubuhnya mematung dan tak mampu menolak kecupan singkat itu. "masuklah." kata Sehun kepadanya. Pria itu menatapnya, menunggunya masuk kedalam kelas. Dilihatnya Yoona sedang berusaha menyadarkan dirinya. "perlahan tetapi pasti, cinta akan hadir pada kita." pikir Sehun sembari mengamati Yoona yang berlalu meninggalkannya. Ia pun pergi dari sana dengan senyuman yang tak mampu ia hapuskan dari wajahnya. Ia bahagia. Luar biasa bahagia.

Continued..

(komentarnya dongs)

avataravatar
Next chapter