1 Kabar Mengejutkan

Tak pernah berharap sekalipun aku bisa merasakan manisnya cinta, keinginananku hanya satu, ada yang membalas cintaku. Se-simple itu. Sayangnya, hingga saat ini aku tak bisa mendapatkan itu dari siapapun. No time for man, itulah prinsip hidupku.

Benar. Aku terlalu lelah mencintai, tapi jarang dicintai. Lebih tepatnya, aku muak dengan kisah romansa yang tak pernah kualami sendiri. Semakin lama kupikirkan, semakin ku dibuat pening oleh kata-kata cinta.

"Love...."

"Hah? Apa?"

"Kamu dipanggil Pak Boss, katanya ada sesuatu yang harus beliau bahas bersamamu."

Aku mendesah, "Kenapa juga harus aku yang dipanggil, bukannya karyawan di perusahan itu banyak... kenapa harus berdisuksi dengaku?"tanyaku sambil membereskan berkas yang berserakan tak teratur di atas meja.

"Mungkin beliau menaruh hati padamu,"jawab Niken asal.

Kalau memang yang dikatakan Niken itu benar, maka aku sangat senang apabila Si Boss besar itu mencintaiku. Hello, tapi aku tak ingin isterinya yang sudah seusia dengan Mamaku itu melabrakku hanya karena aku merebut suaminya. Dia lebih cocok jadi orangtuaku, daripada kekasih.

"Selamat pagi, Pak. Adakah yang bisa saya bantu? Mohon maaf sebelumnya, saya masih harus menyelesaikan banyak tugas yang akan dateline lusa."

Si Boss itu hanya menatapku sambil tersenyum, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dari sorot mata tajamnya, apa aku labur saja? Tapi, bagaimana dengan pekerjaanku?

"Serahkan semua pekerjaanmu pada karyawan lain, lalu datanglah ke ruangan putraku...dia sudah menunggumu."

"Hah? Maaf, apa saya tidak salah dengar?"tanyaku mencoba memastikan ucapannya benar.

Si Boss itu tak menjawab, ia justru memanggil sekertarisnya untuk mengambil alih semua tugasku dan menggulirnya ke karywan lain . Aku bahkan masih belum bernapas sejak ucapan Boss yang agak membingungkan, apa hubungannya aku dengan putranya? Aku bahkan belum pernah melihat wajahnya, lalu bagaimana bisa dia menungguku.

"Jangan menutupinya dariku. Jason sudah mengatakan semuanya padaku, dan...jangan sungkan mengutarakan kekesalanmu kepada putraku. Sepertinya dia amat mencintaimu."

Sekali lagi aku terkejut, aku bahkan membiarkan mulutku menganga begitu saja. Siapa yang mencintai dan siapa yang dicintai? Apa putranya, maksudku Jason itu mengarang cerita? Wah, aku bahkan tak bisa memikirkannya.

"Sejak kapan kalian menjalin kasih? Love, jangan menutupinya, aku bukan orangtua yang akan menentang pilihan putranya sendiri. Walaupun aku pengusaha, aku memberikan kebebasan kepada putraku untuk memilih pasangan."

Apa lagi? Tanyaku dalam hati.

"Semalam Jason sudah mengatakannya padaku, dia berniat menikahimu. Makanya, cepatlah datang ke ruangannya, dia pasti sangat merindukanmu."

avataravatar
Next chapter