1 Bonjour D'Amelie 1

William menatap deretan perkebunan anggur di sepanjang jalan yang ia lalui menuju desa Riquewihr di wilayah pegunungan Alsace, Perancis. Sesekali ia membaca berkas berisi informasi tentang sebuah restoran yang berdiri di kawasan tersebut. Restoran itu berada di tengah deretan bangunan tua yang hampir seluruhnya sudah dimiliki oleh perusahaan properti milik keluarga William.

Ayahnya ingin membangun sebuah hotel di kawasan tersebut karena melihat potensi wisatanya yang sangat luar biasa. Dari semua pemilik toko, hanya restoran itu yang masih belum mau menjual tempatnya kepada perusahaan mereka. Meskipun perusahaan sudah menawarkan uang dalam jumlah besar.

Dan disinilah William berada saat ini. Dengan misi menghancurkan restoran tersebut agar sang pemilik mau menjual restorannya pada perusahaan mereka.

"Kita sudah sampai," ujar Charles kepada William begitu mobil yang mereka naiki berhenti di depan restoran tersebut.

William membaca papan nama di depan restoran tersebut. D'Amelie. Ia kemudian menghela nafas panjang.

"Kalau bukan karena surat wasiat yang dia buat dalam dua versi, aku tidak akan mau repot-repot datang ke sini hanya untuk menghancurkan sebuah restoran kecil seperti ini," gumam William sambil memperhatikan suasana di sekitar restoran tersebut.

"Kamu sudah membaca semua informasi yang aku berikan?" tanya Charles.

William menganggukkan kepalanya lalu balik bertanya pada Charles. "Kau sudah atur semuanya, kan?"

"Aku sudah membayar beberapa pekerja di sana untuk mengundurkan diri," jawab Charles.

"Bagus kalau begitu," sahut William.

"Bagaimana dengan tempat tinggalku?" lanjut William.

"Kau akan tinggal beberapa blok dari sini. Tempatnya memang tidak terlalu luas, tapi semua kebutuhanmu sudah tersedia di sana."

"Kalau begitu, kita taruh barang-barangku dulu. Setelah itu aku akan kembali lagi ke tempat ini," ujar William

Charles mengangguk pelan pada Supir yang mengantar mereka dan mobil yang mereka naiki akhirnya pergi dari depan restoran D'Amelie.

----

Esmee menghela nafas panjang setelah melihat mobil yang berhenti di depan restorannya mendadak pergi. "Aku pikir mereka akan masuk ke sini."

"Tenanglah, Esmee. Kita pasti akan mendapatkan pelanggan," sahut Marie, Pramusaji di restoran milik keluarga Esmee.

"Belakangan ini restoran semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang mampir. Bagaimana aku bisa melanjutkan restoran ini jika keadaannya terus begini?" gerutu Esmee.

"Mungkin karena bangunan di sekitar restoran ini sudah dibeli. Itu sangat berdampak pada kita. Lagipula, kenapa kau tidak menjual restoran ini pada mereka? Dengan begitu kau bisa melanjutkan kuliahmu," ujar Marie.

Esmee menggelengkan kepalanya. "Aku sudah berjanji pada ibuku kalau aku tidak akan menjual restoran ini. Hanya ini yang aku miliki setelah dia pergi meninggalkanku untuk selamanya."

Marie mengangkat bahunya. "Kalau begitu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi."

Esmee kemudian menatap Marie dengan tatapan yang sedikit memelas. "Apa kau juga akan mengundurkan diri seperti yang lain?"

Marie langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun. Kita sudah berteman baik sejak kecil. Mana mungkin aku meninggalkanmu."

Esmee tersenyum simpul. "Terima kasih, Marie. Aku sangat menghargai itu. Katakan padaku kalau kau ingin pergi. Aku tidak akan menahanmu."

Esmee dan Marie saling menatap sambil tertawa bersama. Tawa mereka terhenti ketika mendengar bunyi lonceng yang menggantung di atas pintu restoran. Pertanda ada pengunjung yang masuk ke restoran tersebut.

Marie segera berjalan ke arah pengunjung tersebut sementara Esmee kembali ke dapur untuk bersiap-siap menerima pesanan makanan. Esmee bukan saja pemilik restoran tersebut, namun ia juga Kepala Juru Masak di restoran itu. Semua menu makanan yang dihidangkan di restoran D'Amelie adalah resep masakan turun temurun keluarganya.

"Ting!"

Esmee muncul dari balik jendela kecil yang memisahkan area dapur dengan area restoran. Ia tersenyum lebar sambil menerima pesanan makanan yang ditulis oleh Marie. Selanjutnya, bersama satu orang lain yang bekerja di dapur, Esmee mulai menyiapkan pesanan untuk pengunjung di restorannya.

----

"Wow, aku hampir tidak mengenalimu," ujar Charles setelah melihat William berganti pakaian.

William sudah mengganti penampilannya yang semula menggunakan setelan jas dan kaus turtleneck berwarna hitam menjadi setelan celana jeans dengan kaus putih yang dibalut kemeja flannel berwarna biru navy. Rambutnya yang biasa ia tata rapi, kini ia buat sedikit berantakan dengan membiarkan beberapa helai rambut turun di dahinya.

"Aku pergi sekarang," ujar William sebelum ia pergi meninggalkan bangunan tua yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Charles menganggukkan kepalanya. "Semoga berhasil!"

William lalu pergi meninggalkan bangunan tersebut. Ia akan kembali ke restoran D'Amelie untuk melamar pekerjaan. Sambil berjalan kaki menuju restoran tersebut, William memperhatikan suasana di sekitar desa tersebut.

Jalanan berbatu dan bangunan-bangunan tua di desa tersebut masih terawat dengan baik. Beberapa turis asing yang berpapasan dengannya nampak terpukau dengan suasana di desa tersebut.

Setelah sepuluh menit berjalan kaki, William akhirnya tiba di depan restoran D'Amelie. Ia meraih selembaran yang tertempel di pintu masuk restoran dan segera masuk ke dalam restoran tersebut. William memperhatikan suasana di dalam restoran lalu seorang wanita yang mengenakan kemeja putih dan rok hitam datang menghampirinya.

"Untuk berapa orang?" tanya wanita tersebut.

"Aku datang bukan untuk makan. Aku ingin bertanya tentang lowongan pekerjaan yang kalian pasang. Apa ini masih tersedia?" William balik bertanya pada wanita tersebut sambil menunjukkan selembaran yang ia bawa.

Wanita itu mengangguk mengerti. "Oh, baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan memanggil pemilik restoran."

William tersenyum pada wanita itu sambil menganggukkan kepalanya. "Terima kasih."

----

"Esmee," panggil Marie.

Esmee yang sedang menyiapkan tarte flambee pesanan pengunjung segera menoleh pada Marie yang memanggilnya. "Ada apa?"

"Ada pemuda yang ingin melamar pekerjaan," jawab Marie.

Esmee terdiam sebentar. Ia kemudian melepaskan celemeknya dan segera mencuci tangannya.

"Tolong lanjutkan, aku keluar sebentar," ujar Esmee pada pekerja di dapur yang membantunya. Ia kemudian berjalan keluar dari dapur.

"Yang mana orangnya?" tanya Esmee pada Marie.

"Pria tampan berkemeja biru di sana," jawab Marie sambil menunjuk ke arah pintu masuk restoran.

Esmee berdecak pelan melihat ekspresi wajah Marie yang berbinar-binar. "Perhatikan tamu yang lain. Aku akan menemuinya."

"Tolong terima dia," pinta Marie.

"Aku putuskan setelah berbicara dengannya," sahut Esmee. Ia kemudian berjalan menghampiri pria yang ditunjuk oleh Marie.

"Bonjour," sapa Esmee pada pria yang ia datangi.

----

William segera menoleh begitu mendengar suara wanita yang menyapanya. Ia lalu tersenyum pada wanita itu sambil mengulurkan tangannya. "Kamu pemilik restoran ini? Aku William."

Esmee menganggukkan kepalanya sembari menyambut jabat tangan William. "Esmee. Marie bilang kau ingin bekerja di sini?"

William menganggukkan kepalanya. "Apa lowongannya masih tersedia?"

"Lowongannya masih tersedia. Tapi, sebelum itu aku harus mengatakan sesuatu padamu," ujar Esmee.

"Aku bisa melakukan apa saja. Kau tidak perlu khawatir," sahut William penuh semangat.

Esmee tersenyum simpul melihat semangat William. "Bukan tentang itu. Aku mungkin tidak bisa memberikan bayaran yang tinggi jika dibandingkan dengan tempat lain di sekitar sini. Apa kau masih mau bekerja di sini?"

"Tidak masalah. Lagipula sulit mendapatkan pekerjaan di saat seperti ini," timpal William.

"Baiklah kalau kau tidak keberatan. Kapan kau bisa mulai bekerja?"

"Secepatnya."

"Hari ini?"

William menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, kau bisa mulai di dapur bersamaku. Kebetulan sebentar lagi makan malam. aku perlu seseorang untuk membantu memotong sayuran dan bahan-bahan yang lain," terang Esmee.

"Oke," sahut William.

"Ikut aku," ajak Esmee. Ia kemudian berjalan ke arah dapur.

William berdecak pelan dan segera mengikuti Esmee yang berjalan ke arah dapur.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

avataravatar
Next chapter