webnovel

Gadis Kecil Yang Miskin

10 hari telah berlalu sejak Avian bertarung dengan Red Dragon Serpent di dalam ruang ujian. Luka yang dia alami juga sudah pulih sepenuhnya dengan bantuan ramuan yang diberikan oleh Raymond. Sayang sekali Raymond tidak dapat menemaninya hingga dia pulih, karena gelombang binatang buas di kota Wales telah mencapai puncaknya dan Raymond harus bertarung di garis depan untuk mempertahankan kota. Sebelum pergi, Raymond menyuruhnya untuk tetap tinggal di kota hingga dia pulang dan tidak melakukan hal yang berbahaya seperti berburu. Avian hanya bisa menerima perintah yang diberikan oleh Raymond, lagipula dia tidak bisa dengan mudah pergi berburu karena Raymond telah menitipkannya pada Teressa dan Evelyn untuk mengawasinya dengan ketat. Sebagai Guardian of Gaffian, Raymond memiliki reputasi yang cukup baik dan banyak bawahan yang dimilikinya untuk mengawasi Avian selain Teressa dan Evelyn.

" Aku sangat bosan " kata Avian mendesah. Saat ini dia sedang berada di pub Old Rabbit inn. Sudah menjadi kebiasannya selama 10 hari terakhir untuk menghabiskan waktu luangnya duduk menikmati pemandangan penduduk yang berjalan di depan Old Rabbit Inn.

Teressa hanya tersenyum mendengarkan kata-kata Avian. " Jika mau, kamu boleh bekerja disini untuk menghabiskan waktu "

" Tidak mungkin! Lagipula semua karyawan disini adalah perempuan, akan aneh jika aku bergabung dengan mereka sebagai laki-laki sendirian. " Kata Avian menolak dengan tegas tawaran Teressa.

" Lalu, coba keliling kota, siapa tau ada hal yang menarik minatmu " Teressa menyarankan lagi.

" Aku tidak punya uang saat ini. Akan sangat merepotkan jika ada hal yang menarik minatku di jalan dan aku tidak dapat membelinya. " Kata Avian menggelengkan kepalanya. Memang benar saat ini keuangan Avian sudah sangat menipis. Sisa inti kristal yang dia miliki telah di jual menjadi koin kepada sistem, jadi tidak ada kesempatan untuk menjualnya menjadi Zuwa.

" Pakai uang ini jika kamu ingin membeli sesuatu di jalan " kata Teressa sambil mengeluarkan uang untuk Avian.

" Tidak. Aku tidak ingin berhutang hal lain lagi. Hutang seorang pria adalah hal yang paling sulit untuk di lunasi. " Kata Avian menolak. " Baiklah aku akan berkeliling kota sebentar " lanjutnya, yang kemudian bangkit meninggalkan pub Old Rabbit Inn. Saat ini Avian sudah tidak perlu lagi membayar biaya hidupnya di Old Rabbit Inn karena Raymond telah menanggung semuanya.

Avian keluar dan mulai berjalan-jalan di pusat kota, dia mengunjungi berbagai hal seperti toko senjata, toko ramuan, dan lain-lain. Avian juga memeriksa beberapa tempat yang pernah dia lalui ketika masih bermain game Sword And Magic World, sayangnya dia tidak menemukan npc untuk memicu quest story.

Avian menuju pasar di pusat kota. Tempat itu adalah tempat paling ramai selain dari gedung guild. Ada berbagai makanan unik yang menarik perhatiannya. Dia berhenti di sebuah kios yang menjual sate yang terbuat dari daging heavenly snake. Heavenly snake hanyalah hewan biasa yang belum berevolusi, dagingya dikatakan mampu memulihkan stamina akibat kelelahan bekerja. Avian membeli 10 tusuk dengan harga 2000 Zuwa. Rasa dari sate ini sungguh unik, di oles dengan saus yang terbuat dari lada hitam, kaldu heavenly snake, dan rainbow grass membuat aneka rasa yang bercampur namun tidak mengubah tekstur rasa dari daging heavenly snake itu sendiri.

" Tolong...!! Seseorang tangkap pencuri itu. "

Ketika Avian sedang menikmati sate heavenly snake, dia mendengar teriakan yang berasal dari nenek-nenek di ujung gang yang dia lalui. Nenek itu berlari dengan lemah mengejar pencuri kecil yang mencuri tasnya. Banyak orang yang melihat kejadian itu namun hanya diam saja tidak mengambil tindakan apapun. Avian bingung dengan situasi ini, terlebih lagi dia juga merasa prihatin dengan kehidupan pencuri kecil itu. Di usianya yang masih kecil dia sudah mulai mencuri. Di dunia Avian sebelumnya, untuk anak seumuran pencuri kecil itu seharusnya menikmati masa indah, sekolah, bermain bersama teman dan di manja oleh orang tua mereka, namun pencuri kecil itu sudah berusaha mencari nafkah dengan mencuri di usia dini.

Avian menggelengkan kepalanya, meskipun dia merasa kasihan terhadap pencuri kecil itu, kegiatan mencuri tetap tidak baik. Dia bangkit kemudian menunggu pencuri itu yang sedang berlari kearahnya.

Benar saja, ketika pencuri itu dekat dengan Avian, Avian langsung mengambil tas yang ada ditangan pencuri itu dengan gesit. Pencuri itu berhenti melihat dompet hasil curiannya di rampas orang. Dia menatap tajam penuh kebencian terhadap Avian, kemudian berlari lagi.

Avian berjalan ke nenek-nenek yang menjadi korban pencurian, dia mengembalikan tas milik nenek tersebut.

" Ini nek tasnya, lain kali hati-hati ya. " Avian tersenyum memberikan tas milik nenek itu.

" Terima kasih anak muda, terima kasih.. " nenek itu membungkuk berulang kali mengucapkan terima kasih yang tulus.

" Oke nek, kalau begitu aku pergi dulu " Avian melambaikan tangannya dan kemudian berjala pergi.

" Sekali lagi terima kasih anak muda. "

Avian melanjutkan berkeliling di sekitar pasar, menikmati keramaian lalu lalang penduduk yang melakukan aktifitas harian mereka.

Di dekat sebuah toko yang menjual buah, seorang pria sedang menendang gadis kecil yang berdiam diri di dekat tokonya. Gadis itu tersungkur di tanah, memegangi kedua lututnya meringis kesakitan. Avian berlari ke arah pria itu " Tolong hentikan..! " Teriak Avian.

" Kamu tidak tahu apa-apa, jangan ikut campur urusan orang dewasa!! " Pria itu menatap Avian dan berteriak dengan nada kasar.

Avian mengabaikan pria itu dan mencoba membantu gadis kecil yang tersungkur di tanah. Sayangnya gadis kecil itu menjauhi Avian dan menatapnya dengan tatapan ketakutan.

Avian tersenyum dan berkata " Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu. "

* Tuan, gadis kecil itu sepertinya sedang sakit, tubuhnya dalam kondisi lemah saat ini, dia juga sepertinya kelaparan. *

Suara Ai terdengar dalam benak Avian, kemudian dia memperhatikan gadis kecil itu, dan memang wajahnya terlihat pucat.

" Hei!! Apa kamu mendengarkanku!! " Pria itu semakin marah melihat Avian yang mengabaikannya.

Avian mengerutkan kening, dia bangkit berdiri dan menghampiri pria penjual buah yang meneriakinya.

" Beri aku buah itu !! " Teriak Avian dengan nada yang kasar juga, dia meletakan uang 20.000 Zuwa di depan pria itu.

Pria itu terkejut melihat Avian yang mengeluarkan uang dengan jumlah besar, kemudian dia berkata dengan malu-malu " Maaf tentang tindakanku barusan " kemudian pria itu membungkus buah-buahan dengan jumlah yang besar dan memberikannya kepada Avian.

Avian menerima buah itu dan hanya mendengus dingin. Lalu Avian menghampiri gadis kecil yang tadi di tendang oleh pria penjual buah.

" Makan ini, kamu tidak seharusnya menahan rasa laparmu, atau itu akan mengakibatkan kamu sakit. " Avian tersenyum sambil memberikan gadis kecil itu buah yang di belinya.

Gadis kecil itu tidak menerima buah yang di beri Avian, dia menggelengkan kepalanya dan berkata " Maaf kak, kata kakakku, aku tidak boleh menerima pemberian dari orang asing. "

Avian hanya tersenyum dan berhenti memberi gadis itu buah, " Baik, lalu apakah aku boleh mengetahui namamu? "

" En... Namaku Lysla " Gadis kecil itu menganggukan kepalanya dan menjawab pertanyaan Avian.

" Lysla, nama yang cantik. Namaku Avian " Avian tersenyum dan memperkenalkan dirinya sendiri.

" Baiklah. Lysla bukankah kamu sekarang tahu siapa aku? " Tanya Avian tersenyum.

" En.... " Gadis kecil itu mengangguk ringan. Dia belum tahu apa yang Avian maksud.

" Lalu, buah ini untukmu. Kamu tidak boleh menolaknya, karena aku sudah bukan orang asing lagi bagimu. "

" En...." Lysla dengan polos menerima buah pemberian Andika.

Teng....Teng......Teng

Suara lonceng besar di pusat kota terdengar, itu adalah penanda waktu di kota Gaffian. Lonceng akan berbunyi setiap satu jam sekali, dengan adanya lonceng tersebut, kehidupan masyarakat di kota semakin disiplin dengan waktu.

Lysla bangkit berdiri dan bersiap untuk pergi, namun dia jatuh saat mencoba untuk berdiri. Andika memperhatikan bahwa lutut Lysla terluka, Avian tahu luka itu berasal dari pria yang menendangnya tadi.

" Ayo!! Aku akan mengantarmu pulang " Avian menghampiri Lysla dan berjongkok menawarkan bantuan.

Lysla mengangguk dan menaiki punggung Avian.

Avian mengantarkan Lysla sampai rumahnya yang berada di kawasan kumuh. Rumah itu berukuran kecil yang hanya mampu menampung satu tempat tidur yang tidak cukup luas, dia juga memperhatikan bahwa atap di rumah itu memiliki beberapa lubang yang akan bocor jika musim hujan berlangsung.

Lysla turun dari punggung Avian, kemudian dia dengan susah payah berjalan ke lemari dan mengambil beberapa tumbuhan yang sudah di keringkan. Lysla mulai menumbuk tumbuhan kering itu hingga hancur dan mengoleskannya ke lututnya yang terluka.

' Ai, apakah ada ramuan yang mampu menyembuhkan Lysla? ' tanya Avian dalam benaknya.

* Ya, anda hanya perlu memberikan setengah ramuan penyembuh serbaguna dan gadis itu akan sembuh dari penyakitnya * kata Ai menyarankan.

' Baiklah. Ai, tolong pinjamkan aku koin dari sistem dan beli ramuan penyembuh serbaguna untuk Lysla. '

* Maaf tuan. Anda masih memiliki pinjaman yang belum dilunasi kepada sistem, jadi anda tidak bisa meminjam lagi untuk sekarang. *

' WTF!! Apakah sistem tidak bisa memberikan pengecualian untuk situasi seperti ini? ' geram Avian dengan nada marah dalam benaknya.

* Itu sudah menjadi kebijakan sistem tuan, sebelum anda melunasi hutang yang anda punya, sistem tidak dapat memberikan pinjaman lain kepada anda. * Jawab Ai dengan nada datarnya, dia tidak terganggu sedikitpun dengan nada Avian yang sedikit kasar itu.

" Lysla.... Aku pulang... " Tiba-tiba sebuah suara datang dari pintu ketika Avian sedang berdebat dengan Ai.

Avian melihat ke arah pintu dan dia terkejut ketika melihat siapa yang baru saja datang. Bagaimana tidak terkejut, yang datang adalah bocah pencopet di gang yang Avian lewati tadi.

" Kamu.... " bocah itu juga terkejut sambil berkata menunjuk ke arah Avian.

" H..hai... " Avian menyapa bocah itu dengan nada gagap karena terkejut, dia tidak menyangka akan bertemu bocah itu segera.

" Sedang apa kamu disini!!? Cepat keluar dari rumah ini!! " Teriak bocah itu kepada Avian.

" Kakak... Ada apa? " Lysla segera menghampiri kakaknya.

" Apa kamu yang membawa bocah itu kemari? Cepat suruh dia pulang, aku tidak ingin dia ada disini. "

" Apakah kakak sudah mengenal Avian? " Tanya Lysla dengan ekspresi bingung.

" A..aku.. aku tadi melihat bocah itu di pasar, dia orang jahat.!! " bocah itu berhenti sejenak sebelum menjawab pertanyaan Lysla.

" ahh... Sepertinya kita salah paham disini, bisakah kita selesaikan secara baik-baik? " Tanya Avian tersenyum. Dia menyadari sepertinya bocah itu menyembunyikan sesuatu dari Lysla.

" Tidak ada yang bisa kita selesaikan. Sekarang aku ingin kamu keluar dari rumah ini.!! " Teriak bocah itu sekali lagi.

Lysla mendekati Avian dan berbisik rendah.

" Maaf Avian, tapi bisakah kamu pulang terlebih dahulu? Kakakku sepertinya sedang dalam perasaan buruk, aku akan bicara padanya nanti. "

" Oke... " Avian hanya bisa mengalah dan pergi meninggalkan mereka berdua.

...

' aku harus segera mencari cara untuk melunasi hutangku kepada sistem, tapi bagaimana caranya? Aku bisa saja berburu, tapi penjaga gerbang pasti akan mengenaliku dan tidak akan mengizinkanku keluar dari kota. ' setelah pergi dari rumah Lysla, Avian mulai berpikir untuk segera mencari cara melunasi hutangnya kepada sistem, dengan hutang yang masih menumpuk, dia sangat kesulitan untuk melakukan apapun saat ini.

' apa aku harus mencoba cara itu? ' setelah lama berpikir, sebuah ide cermelang terbesit dalam benak Avian.

Avian segera bergegas menuju ke dekat gerbang kota untuk menjalankan rencananya.

Sampai disana, Avian menunggu dengan sabar di sebuah gang kecil yang tidak jauh dari gerbang kota.

Tidak lama kemudian, sebuah kereta barang melaju dari dalam kota dan menuju ke gerbang, Avian segera bangkit dari tempatnya saat ini dan mulai menghampiri kereta barang tersebut secara diam-diam.

Swoshh.....

" Eh... Sepertinya aku merasakan sesuatu. " Sang kusir kereta barang menghentikan kudanya dan melihat kebelakang, namun tidak ada jejak apapun disana.

" Mungkin hanya perasaanku saja. " Kata kusir tersebut dan dengan santai melanjutkan perjalanan.

Tanpa sang kusir sadari, Avian saat ini berada di dalam gerbong kereta barang miliknya. Ini adalah ide yang baru saja Avian temukan, dan ide tersebut akan berhasil setelah Avian keluar dari gerbang kota Gaffian.

Next chapter