1 1

Senyum lebar Erin mulai menghiasi wajahnya, melihat sang Fajar yang mulai menampakkan dirinya. Sedikit merasakan hal aneh karena kali ini Erin terbangun bukan di kasur biasanya, bukan lagi di kamar yang biasanya menjadi tempat nya hidup. Kini Erin bukanlah lagi remaja muda, namun beranjak dewasa, tepat umurnya 17tahun, Erin di kota perantauannya, yang berjarak sekitar 500km dari kota kelahirannya.

Erin Karenina, anak pertama yang dengan penuh semangatnya melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk sosok Erin yang lugu, berasal dari kota kecil dan tidak tau belahan kota di negaranya sendiri, tanpa adanya sanak saudara dia memberanikan dirinya.

Erin mengambil handuk dan perlatan mandinya, suasana sejuk bercampur dingin, sangat berbeda di kota kelahirannya yang cenderung panas.

"Pagi Erin." Sapaan halus dari penghuni kos lainnya

"Pagi kak Chelsea, kakak mau mandi? Kakak dulu saja" tawar Erin dengan halus

"Hahaha enggak, udah mau berangkat malahan, maklum aku ada praktik pagi banget jadi gini deh. Bye bye Erin."

Erin hanya tercengang mendengarnya, kalau tidak salah ini masih pukul 5 pagi, praktik apa yang dilakukan pagi hari sekali. Erin tiba-tiba bergidik ngeri dan takut

"Jangan-jangan jurusanku nantinya gitu juga? Aduh mamak... gimana coba nanti aku" monolog Erin sembari masuk kamar mandi

Dilihatnya oleh Erin jam yang bertengger di dinding menunjukkan angka pukul 07.30 WIB. Erin kembali membuka tas kuliahnya, buku tulis, pena dan sebagainya sudah siap. Erin hanya memakai kemeja lengan pendek berwarna abu-abu tua, dan rok panjang berwarna putih menjuntai ke kaki. Flatshoes hitam yang menjadi pilihan karena hanya itu yang dia miliki. Rambut panjang terkucir satu, penampilan yang sangat mempresentasikan bahwa dia adalah mahasiswa baru.

"Dziki, aku berangkat dulu bye bye" ucap Erin ke arah teman sekamarnya

"Mmm iya Rin... hati-hati yah..." jawab Dziki yang tengah fokus dengan laptopnya.

Rumah tinggi, gedung-gedung besar memenuhi langit-langit kota besar itu. Puluhan mahasiswa bak semut yang keluar dari sarangnya. Sangat banyak bahkan Erin pusing sendiri melihat hal itu. Ada beberapa yang bergerombol bercanda ria ah mungkin saja mereka sudah kenal sejak lama. Ada juga yang seperti Erin sendirian, memilih untuk memasang earphone dan mengacuhkan sekitarnya.

Erin menyusuri jalan setapak. Kampusnya ini sangat besar, rindang. Mungkin akan tampak seperti hutan kota dibandingkan sebuah kampus.

Mata cokelat Erin melihat banyak sekali aktivitas mahasiswa ini, banyak juga yang seperti kak Chelsea tadi memakai jas putih, dan tengah entah melakukan tugas, kalau kak Chelsea bilang itu laporan praktikum.

Bahu Erin seketika melorot, tidak sesuai dengan ekspetasinya

"Ternyata kuliah itu gak kayak di sinetron tv yah.." monolog Erin

Namun seketika dia kembali tersenyum lebar melihat papan nama fakultasnya yang terpampang besar,

Erin dengan sigap mencari ruangan kelas kuliah. Hanya bermodalkan ingatan yang ada di otaknya. Sedikit risih dengan penglihatan para senior yang menatapnya, mungkin buat para seniornya hal itu sangat culun dan polos. Erin hanya menunduk menghindari mata-mata para seniornya. Hingga dia menemukan ruangan kelasnya.

Sedikit terkejut kala Erin menatap banyak mahasiswa yang sudah masuk di sana, menatapnya dengan bermacam- macam tatapan.

"Erin karenina????" Sebuah suara yang membuatnya memusatkan atensi matanya

"Loh Finka? Hai..." sapa Erin dengan sangat ramah

"Wih udah ada temen nih Finka! Satu daerah?" Suara cowok yang membuat mereka berdua menatapnya

"Bukan, aku sama Erin itu satu grup waktu ospek itu, Erin aku gak nyangka kita satu kelas soalnya kamu gak ada di grup!" Finka masih dengan antusiasnya berbicara

"Ponselku tidak bisa untuk hal seperti itu hehe... tapi salam kenal aku Erin,"

"Aku Evan, salam kenal juga Erin"

Kelas seketika diam, seorang dosen wanita masuk dengan cepat dan terlihat tegas, masuk ke ruangan kelas mereka dengan membawa tas. Pakaiannya yang membuat Erin takjub, sangat nyentrik.

"Selamat pagi kelas. Wah terlihat young and fresh sekali yah, bagaimana rasanya masuk dikampus besar sebagai mahasiswa baru, calon- calon sarjana yang ambisius nih kalau Ibu lihat." Canda nya membuat Erin dan kelas itu tertawa, tidak segarang kelihatannya.

Ketukan pintu membuat seisi kelas terdiam, dan suara pintu terbuka menampakkan tiga orang mahasiswa baru juga yang baru masuk, telat sekitar kurang lebih lima menit dari jadwal, beruntungnya sang dosen mengangguk paham dan menyuruhnya masuk.

"Well kalian terlihat seperti mahasiswa baru tapi telat. Yasudahlah tidak masalah dihari pertama." Ucap sang dosen membuat ketiga orang itu mengangguk dan tersenyum kecut.

Erin menatap satu persatu ketiga orang itu. Mata cokelatnya bertemu dengan sosok lelaki yang kecil kurus namun tegas dan mata mereka bertemu. Erin langsung menundukkan wajahnya, malu.

avataravatar
Next chapter