1 It's Not The Beginning (Chapter 1)

Sinar matahari yang masuk melalui jendela, embun pagi yang ada di luar jendela. Serta hangatnya suhu di dalam selimut ini.

KRINGGGGGGG

"WUAHHH, GUE TELAT LAGIII!!!"

Aku beranjak, berlari dari tempat tidurku. Baru kuingat, ini hari pertama ku sekolah, rasa senang, deg-deg an, takut, ah campur aduk rasanya.

Kali ini, kusisir rambutku dengan rapinya, kupakai dasiku, dan seperti biasa, kupakai sepatu Tomkins yang sudah kupakai sejak kelas 6.

"Dasi udah, sepatu udah, sisiran rapi udah, hmm..., Eh tas gue ketinggalan", ujarku.

Memang aku ini adalah anak pelupa, dari kecil aku sudah hidup sendiri seperti ini dalam kos-kos an milik Bu Rejo, dan...

KRINGGGGGG

Handphone ku berbunyi, sudah ku jauhkan handphone ku dari jangkauan telingaku ini, jika aku angkat telepon ini, kujamin ini tandanya...

"Anjir kepencet..."

"WOIIII TUKANG TIDUR, LU DIMANA, GUE UDAH TUNGGUIN LU DI DEPAN KOS-KOS AN LU!!!"

"E-eh santai dong Tam..., ini lagi on the way ke depan", ujarku ketakutan.

"GECEEE!!!", tut tut tut...

"Fiuhh udah mati, dah gila, pagi-pagi bikin orang senam jantung aja."

Aku berlari ke lantai bawah, sampai-sampai tak kusadari, didepan hidungku ini ada dia.

"SE-SETANNNN!!!"

Tammy menjewer telingaku, dan langsung menyeretku ke gerbang depan penantian ajalku. Um..., maksudku sekolah.

Kamipun berjalan dengan akrabnya menuju sekolah kami, dan kami sampai di depan sekolah dengan selamat. Ga banget sih...

"Tuh kan gara-gara lu guru BK ada di depan.", ujar Tammy kesal.

"Naikin kaos kaki lu!", Tammy pun makin kesal.

Aku sedang asyiknya mendengar lagu favoritku, dan saat menatap ke depan, baru kusadari bahwa malaikat pencabut nyawa sudah ada di depan.

"Keysa, kamu ikut saya ke ruang BK saat jam pelajaran yang kedua!", kata guru BK kepadaku.

"Weh, ada yang manggil gue ya?"

"Sinting lu, tuh depan, guru BK", ujar Tammy, sambil tertawa kecil.

"Hah mana?", candaku.

"Badan segede badak, kaga keliatan?", kata Tammy kelepasan.

"Tammy, kamu juga ikut ke ruang BK!"

"Hahaha mampus lu!", kataku.

Mungkin kehidupanku ini normal-normal saja, sampai kami membaca pembagian kelas untuk periode tahun ini.

"Hmm... Nomer 18 7D, eh ada nama gue, Keysa Yovinthia."

Tammy mulai menangis

"KITA GAK SEKELASSS!!!", ujarnya sambil menangis.

Wajarlah Tammy nangis, kita sudah dekat dari kelas 5. Kelas 5 itu, hmm... Waktu pertama kali aku pindah kesini, yap, aku ingat sekali, dia yang pertama kali menyapa dan berkenalan denganku.

Aku tahu ini kehidupan, tapi kenapa, dari antara triliunan umat manusia  dan billiunan telinga suci, hanya aku, aku yang harus mendengar gelombang ultrasonik miliknya Tammy??

"Gila suara lu, aw cempreng amat, emang lu kelas apa?", tanyaku.

"Kelas, hiks.., kelas 7C", katanya sambil tersedu-sedu.

"Elah, kita tetep sebelahan kok."

"T-t-tapi kan, gak sekelas!!!", kata Tammy.

Aku beranjak pergi dari papan pengunguman, menuju kelasku, karena kelasku jauh dari papan pengunguman.

Ya... Takut sih, jalan sendirian, di lorong depan kelas 7, apalagi kalau diliatin para cowok-cowok itu.

Mana Tammy masih nangis di depan papan pengunguman, seperti habis diputusin aja.

"Eh, Putri?"

"Keysaaaa, yey kita sekelas lagi", kata Putri.

"Hai Putriii apa kabar?", sapaku.

"Baik, yuk, masuk kelas dulu", katanya.

Aku merasa beruntung, bisa sekelas dengan Putri, kalau tidak, mungkin aku akan sendirian di dalam kelas.

"Tammy mana, Key?", tanya Putri

"Lagi nangis habis diputusin sama Darrius."

"Hah iya? Hahahaha"

"Nggak.", ujarku santai.

Kami bercanda sepanjang pagi itu, dan akhirnya bellpun berbunyi. Ada 2 kakak OSIS, masuk ke kelas, mereka yang akan mengawasi kelas kami, sebelum wali kelas kami datang.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu, menghentikan lamunanku, aku... A-aku terkejut. Tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku sekelas dengan mantanku??

"Permisi kak", ujar Redo.

"Kei, mantan lu tuh.", kata Putri.

"Kamu, nama kamu siapa?", tanya Kakak OSIS itu.

"Redo", ujarnya dingin.

Iya, Redo berasal dari masa laluku. Masa lalu, yang penuh dengan rasa perih, sakit, tapi aku sudah memutuskan untuk tetap menjalani kehidupanku yang sekarang, dengan baik-baik saja tanpa ada rasa sedih lagi. Aku tak ingin mengingat masa laluku yang suram.

Aku memutar balik badan sambil mengikat tali sepatuku yang sebenarnya tidak lepas.

"Redo, itu yang sedang mengikat tali sepatu, namanya siapa?", tanya Kakak OSIS itu lagi.

"Keysa, kenapa?", jawab Redo dengan santai.

"Kamu kenal?"

"Gak, gue gak kenal sama tu anak", jawabku dengan nada sewot.

"Oke, Redo kamu duduk di sana ya.", ucap Kakak OSIS.

Sejak hari itu, semua berpusat pada masa laluku. Andai saja, dari dulu aku tak pernah sekelas dengan Redo, atau tidak pernah bernyanyi. Mungkin sekarang aku tak akan menjadi seperti ini.

Semua teriakan, terdengar di dalam kepalaku. Memori akan masa laluku, seakan memenuhi pikiranku. Kata-kata yang menusuk hati dan meretakan tiap belahan hatiku, rasanya terulang lagi. Dan tanpa kusadari, aku melamun.

"Woi Key, sadar!", kata Putri.

"H-h-hah?"

"Kamu namanya Keysa?", tanya Kakak OSIS.

"Mhm", jawabku malas.

"Aku mau ngasih kamu tantangan nih, kamu berani gak, berkenalan sama cowok di kelas ini, satu aja."

"Ah elah, gampang kali", ujarku

Aku memandang ke sebelahku, ada anak laki-laki. Ya sudah aku pasrah saja kepada Tuhan, semoga dia mau menjadi temanku.

"Hai, nama gue Keysa Yovinthia, salken", sapaku ramah.

"Um... Hai? Nama gue Amadeus Avenuille Alashka Sanaoroyoue Fau."

Satu hal yang terbenak dalam pikirku adalah... GILA TU NAMA PANJANG AMAT!!!

"O-oh, yep hai nama lu bagus."

Haha good job Key, satu hari penuh dengan canggung. Coba saja ada Tammy, mungkin ini tidak akan menjadi masalah, karena dia yang akan menjadi orang pertama yang menyapa ah... Siapapun itu.

Tapi jika lama-lama kuperhatikan, orang itu kesannya, sombong amat.

Duduk aja udah kayak boss di sekolah ini. Apalagi pas ditanya mau bermain apa, malah bilangnya main TTS, parahnya lagi, tentang raja-raja dari berbagai kerajaan. Boro-boro nama raja-raja, kerajaan aja gue ga hapal.

"Key, muka lu kenapa, kayak lagi bete aja?", tanya Putri.

Ini nih, moment dimana lu pada bakal ngerasain bagaimana rasanya mengalami puberty. Just like this one.

"Okeh gue muak sama dia, siapapun namanya itu, gue ga suka sama kelakuan dia, lu liatkan, gimana cara dia duduk, sumpah gue benci banget ngeliatnya, mana gitu, bla bla bla bla bla"

KRINGGGGG

Tanpa kusadari pun, dengan sekejap mata, waktu pulangpun tiba. Ah rasanya baru sebentar aku ngobrol dengan Putri. "Eh, wait... Tadi gue ngobrol sama Putri dari jem 7.29 sekarang udah jem hmm.. WAT?? 12.17?!!", dalam benakku rasanya waktu berjalan secepat kedipan mata.

Hari itu aku merasa tidak enak pada Putri.

"Weh Put, sori ya gue kelepasan ngomongnya.", ucapku meminta maaf.

"Eh, sans aja sih, lagian lu udah setahunkan gak banyak ngomong sama gue, curhat juga udah lama, lu lagi ada masalah Key?", tanya Putri.

"Hah... masalah?"

Air mataku mulai menetes, entah darimana datangnya, ya dari mata sih, tapi... Aku merasa seperti ini bukan kisahku, ini bukan cerita bahagia seperti yang ada di buku-buku.

"It's not the beginning of the story, Put..."

avataravatar
Next chapter