webnovel

BAB 2 : PERJALANAN

Aku menatap mata Bella dengan penuh harap. Berharap ia mengatakan apa yang telingaku ingin dengar. Kata-kata yang membuatku bisa terkena serangan jantung karna saking senangnya. Hatiku mulai berdegup kencang. Menunggu kata-kata yang mulai terangkai dari bibirnya. Aku lihat bibirnya mulai mengangkat. Sebentar lagi ucapan itu akan ku dengar. Aku sudah tak sabar. Aku ingin mendengarnya.

"Jadi gini Dzaf, kebetulan sodara aku ada yang mau nikah nah kamu bisa ga buat ngefotoin mereka prewedding ga?" Tanya Bella.

Shit. Tenyata bukan yang seperti aku harapkan. Hatiku merasakan kecewa yang teramat dalam.

"Oh, buat kapan ? Kirain mau ngomong apa hehe"

Agung yang sedari tadi berada disampingku pun tertawa kecil. Lututnya ia benturkan ke lututuku. "Sialan" Aku bergerutu didalam hati karena si Agung menertawakanku. Emang gakan mungkin juga sih sekelas cewe ngomong duluan perihal perasaan. Aku merasa bodoh udah berharap sesuatu yang ga mungkin terjadi di dunia ini.

Jantungku yang tadi berdegup kencang sekarang telah kembali normal. Raut simpul bibirku menandakan gesture kekecewaanku. Bella yang menatapku pun merasa aneh dengan gesture yang aku tunjukan kepadanya. Sedangkan Laras asik menatap layar hp nya.

"Katanya sih buat minggu ini, kalau bisa sih kamu ketemu sama sodara aku entar sore buat ngomongin konsep dan yang lainnya. Gimana mau ga ?" Tanya Bella.

"Oh boleh dimana ?" Tanya ku.

"Di Jalan Riau, Entar kita pergi bareng aja. Kita pergi abis beres kelas aja ya"

"Yaudah okey sekalian aja kan kita mau kumpul di rumah kamu entar malem buat ngomongin tugas bahasa inggris."

"Oh iya bener, yaudah aku pergi duluan ya. Makasih banyak ya Dzaf" Bella pun tersenyum.

Bella dan laras pun langsung pergi meninggalkan tempat duduknya. Akupun hanya bisa melihat punggungnya yang sedang berjalan meninggalkan kantin. Kepalaku langsung tersungkur ke meja karena kecewa. Si Agung tertawa dengan keras karena melihat sikapku yang sedang kecewa.

"Makanya jangan ngarep kelebihan lu" Agung sambil tertawa.

Akupun mengangkat kepalaku. Mengambil kembali rokok yang dari tadi aku diamkan di asbak. Sambil berpikir ini adalah kesempatan bagus untuk ku lebih dekat dengan Bella. Aku pun tersenyum karena bahwa ini adalah kesempatan.

Sebenarnya aku dan Bella bisa dibilang tidak terlalu dekat. Kita hanya bertemu di dalam kelas dan kalau ada kesempatan, aku sering memandangnya. Tapi, aku sering memergoki dia melakukan hal yang sama dengan ku. Bella pun sering memandang ku, aku tau karena pernah memergoki nya kalau engga si Agung yang sadar dan memberi tau ku.

Bella adalah wanita yang manis. Tutur katanya lembut. Rambut nya lurus sebahu. Hidungnya mancung dan mempunyai mata yang indah. Bibirnya tipis dibalut lipstick yang natural membuat bibirnya terlihat sexy. Yang aku suka dari Bella adalah ia mempunya gigi depan seperti kelinci dan mempunyai gigi gingsul. Sehingga kalau dia sedang tersenyum atau tertawa membuatnya semakin cantik dimataku. Tapi, yang membuatku suka kepadanya adalah sikapnya yang lemah lembut dan baik kepada siapapun. Walaupun orangnya sedikit tertutup, itu membuatku semakin penasaran kepada Bella.

Dikelas ia termasuk mahasiswa yang aktif karena sering bertanya kepada dosen dan ia disenangi oleh semua dosen. Ipk nya pun lumayan tinggi, bisa dibilang ia juga pintar didalam kelas. Dibandingkan dengan wanita yang lain, ia adalah sosok yang sederhana. Tak bergaya seperti cewek kekinian seperti sekarang, tapi tidak juga ketinggalan mode atau kampungan dalam masalah style. Tapi yang jelas apapun yang ia gunakan, ia selalu cantik dimataku.

Sebenarnya, dulu waktu awa masuk kuliah aku pernah intens mendekati Bella. Namun, dulu ternyata ia sudah mempunyai pacar walaupun pacarnya berada diluar kota. Disaat aku tau bahwa dia sudah punya pacar, akupun berhenti untuk mendekatinya karena aku tau itu salah. Semenjak itu, aku hanya bertegur sapa biasa dengannya. Tak ada obrolan khusus selain masalah kuliah.

Dulu juga aku sering pergi berdua denganya. Seperti pergi makan, jalan-jalan, pergi ke taman, atau ke tempat rekreasi. Tapi semenjak aku berhenti untuk mendekatinya, hubungan aku dan Bela pun serasa menjadi jauh. Mungkin baru sekarang lagi aku akan pergi berdua dengannya kembali seperti dulu. Sepertinya aku tak sabar untuk segera memulai kelas terakhir.

"Eh rumah si Bella dimana sih ? gua gatau." Tanya Agung

"Di Arcamanik deket lapas sirna miskin. Ngapain lu nanya rumah Bella dimana ?" Aku keheranan.

"Ya elah sensi amat lu, kan entar malem kita kumpul di rumah Bella buat ngerjain tugas." Agung sambil mengaduk-aduk minumannya.

"Oh iya gua lupa, maaf hehe" Aku memberikan senyum lebar kepada Agung.

Aku melaju dijalanan kota menggunakan sepeda motorku. Dengan perlahan aku mengendarai dan menyusuri setiap jalanan. Tak biasanya aku seperti ini. Alasannya adalah karena aku membonceng wanita yang amat aku suka. Motorku pun sepertinya sudah kangen tidak ditumpaki lagi oleh wanita ini. Dulu sih sering, tapi baru kali ini lagi wanita ini menaiki sepeda motorku. Ya aku dan Bella sedang menuju ke café tempat dimana aku akan bertemu sodara Bella untuk mengobrol tentang kerjaan.

Sesekali aku melihat ke arah spion motorku. Terlihat wajah yang sering aku lihat dari kejauhan berada dibelakangku. Tangannya memegangi bagian samping jaketku. Terkadang aku sengaja menambah laju kecepatan motor ku supaya Bella lebih erat berpegang kepadaku. Walaupun, sebenarnya Bella tau dengan keisenganku padanya. Sehingga ia mencubitku beberapa kali setiap aku menambah laju kecepatan motorku.

Bella terlihat menikmati perjalannya bersamaku. Terkadang ia sering menunjuk tempat-tempat yang pernah aku dan Bella kunjungi waktu dulu. Dia pun tertawa dan tersenyum mengingat masa-masa itu. Entah kenapa hati ini bergetar kembali. Seakan rasa yang kuat waktu dulu muncul kembali. Kalau diingat-ingat waktu itu sepertinya hampir setiap hari aku dan Bella menghabiskan waktu berdua sehabis pulang kuliah. Entah pulahan tempat mana saja pernah yang kita kunjungi. Berapa jenis makanan yang pernah kita santap. Berapa liter yang sudah aku habiskan hanya untuk mengantarkan Bella ke tempat yang ingin ia kunjungi. Rasanya senang bisa kembali membonceng Bella lagi.

Saat aku berhenti dilampu merah, aku melihat ada hal yang belum berubah dari Bella. Dan aku berharap jangan pernah berubah untuk hal yang satu ini. Bella selalu memberi sedikit rezekinya kepada orang yang membutuhkan. Ya, setiap ada pengemis atau pengamen Bella pasti ngasih uangnya. Walaupun udah berapa kali aku bilang bahwa sebenarnya banyak pengemis atau pengamen yang berpura-pura misikin pedahal kaya, ia tetap saja memberi. Bella bilang niatnya ikhlas untuk memberi tidak peduli ia benar atau berpura-pura, kalaupun ia berpura-pura biar Allah yang menilainya. Karena itulah aku semakin jatuh cinta kepadanya. Keramahan hatinya yang menjadikannya seperti mutiara.

Sepertinya aku dan Bella hampir tiba ketempat yang kita tuju.

"Di depan belok kanan yah Dzaf." Bella sambil menunjuk arah jalan.

Akupun menuruti apa kata dia. Aku belokan stank motorku ke arah kanan dan terus melaju. Ternyata tidak jauh, kami pun sampai di café yang dimaksud. Aku memarkirkan motorku sedangkan Bella sudah turun dari motor. Bella pun mengasongkan helm yang ia pakai kepadaku dan langsung aku letakan di bagasi motorku. Bella masuk duluan kedalam café, aku pun menyusul dibelakangnya.

Bella memilih meja yang kosong dipojokan. Ternyata sodaranya belum datang, sehingga aku dan Bella pun harus menunggunya. Aku duduk di depan Bella. Aku melihat-lihat sekitaran café ini. Tenyata café ini mempunyai arsitektur yang sangat indah. Dengan lukisan-lukisan yang cantik yang membuat suasana café ini terasa romantis.

Aku melihat Bella sedang sibuk mengorek-ngorek tas nya. Ternyata Bella mencari-cari hp nya. Setelah ketemu ia langsung mengetik sesuatu dilayar hpnya. Sepertinya ia sedang mengabari sodaranya.

"Sodara kamu masih dimana Bel ?" Akupun mencoba membuka obrolan dengan Bella.

"Gatau nih, tapi dia ngomongnya sih udah otw." Bella menjawab sambil masih menatap layar hp nya.

"Emm kita pesen minuman aja dulu gimana ? kamu haus ga ?" Tanya ku.

"Iya boleh." Ucap Bella singkat.

Aku pun mencoba memanggil pelayan café. Lalu pelayan café pun datang menghampiriku dan memberiku buku menu. Aku mencoba memilih minuman apa yang akan aku pesan. Tentunya yang sesuai dengan isi dompetku saat ini. Ternyata di café ini daftar harga nya cukup mahal bagi seorang mahasiswa. Akupun memesan lemon tea karena harganya tak terlalu mahal buatku. Maklum mahasiswa pasti milih yang paling murah hehe.

"Mas pesen lemon tea nya satu sama green tea latte nya satu ya." Ucapku kepada pelayan.

"Ada tambahan lagi ?" Pelayan bertanya.

"Itu aja dulu mas."

Pelayan pun pergi meninggalkan meja kami. Saat aku balik menatap Bella ternyata Bella sedang menatapku. Akupun menjadi canggung karena ditatap oleh Bella.

"Belum juga aku pesen ih" Bella sambil menatapku

"Masih suka sama green tea kan ?"

Bella hanya tersenyum manis kepadaku. Seolah ia mengatakan "Ia aku masih suka ko" dibalik senyum manisnya itu. Aku lihat Bella sedang menatap keadaan disekiat café ini. Beberapa kali ia memutar badannya hanya untuk memandang apa yang ada dibelakangnya.

"Cantik ya café nya ?" Tanya ku.

"Iyaa cantik banget." Bella berkata semangat .

"Cantik kaya kamu." Celetuk bibirku berkata demikian.

"Hah apa ?" Bella yang menyadari perkataanku langsung memandangku.

"Eh engga engga hehe."

Bella pun tersenyum malu. Sepertinya ia menyadari apa yang aku katakan barusan. Bella memang terlihat cantik bagiku. Dengan memakai baju lengan panjang warna pink dan tas selendangnya yang kecil dan bondu yang terpasang dikepalanya.

Pelayan pun datang membawakan pesanan ku. Pelayan meletakan lemon tea dan green tea latte di meja. Melihat minuman yang telah datang, akupun tak sabar untuk meminumnya. Belum lagi cuacanya siang ini sangatlah panas membuat dahaga ku datang. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung meminum minuman ku.

Bella yang melihat ku langsung meminum hampir setengah gelas pun tertawa. Mendengar suara Bella yang sedang mentertawakanku, akupun langsung berhenti untuk meminum minuman ku dari tadi aku sedot lewat sedotan.

"Haus bandel yah Dzaf ?" Celetuk Bella kepadaku sambil tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya Bella senang sekali mentertawakanku.

Karena sikap ku ini, akupun jadi malu sendiri dihadapan Bella. Aku pun jadi salah tingkah dihadapan Bella.

"Hehehe abisnya tadi cuacanya panas banget." Aku pun menjawab sambil tertawa.

Bella pun meminum minumannya yang dari tadi belum disentuhnya. Ada sentuhan kegembiraan tersendiri di dalam hatiku saat melihatnya. Mau sedang apapun, Bella terlihat cantik dan anggun. Aku pun mulai mengkhayal tentang Bella di dalam pikiranku. Namun khayalan ku buyar saat ada seseorang yang datang dan menyapa kami.

"Haduhh maaf kalian pasti nungguin lama ya ? Tadi jalanan macet banget soalnya." Ucap Wanita yang tak kalah cantik dari Bella.

Ternyata wanita ini adalah Tantenya Bella. Orang yang ingin memakai jasa ku untuk foto pernikahannya. Perawakannya tinggi, aku berpikir sepertinya ia adalah seorang pramugari. Rambutnya lurus dan memakai softlens berwarna biru. Ia pun langsung duduk disebelah Bella.

Tak lama kemudian datang seorang lelaki memakai kameja rapih yang datang menghampiri meja kami. Sepertinya lelaki ini adalah calon pasanganya sodaranya Bella. Ia pun langsung memperkenalkan dirinya.

"Hallo, Saya Hafid." Ucap pria tersebut.

"Saya Dzafran." Sambil menyambut tangan yang pria itu ulurkan kepadaku.

"Oh iya saya sampe lupa kenalan, saya Rini saya Tantenya Bella." Wanita tersebut juga mengulurkan tangannya kepadaku.

"Saya Dzafran temannya Bella di kampus." Balas ku.

"Teman apa pacar nih Bel ?" Goda tante nya Bella kepada Bella

"Temen Tante ih dateng-dateng riweuh deh."

Semua pun tertawa melihat respon Bella yang seperti salah tingkah disaat dia ditanya seperti itu.

Sepertinya Tante nya Bella sangan humble. Sepertinya orangnya asik buat diajak ngobrol dan bercanda. Beda dengan calon suaminya, ia terlihat kaku dan tak pandai untuk memulai suatu kesan dengan orang baru.

"Jadi gimana Tante ?" Tanya ku kepada Tantenya Bella.

"Jangan panggil Tante dong, aku belum tua banget ko." Sambil tertawa.

"Oh iya maaf, panggil kaka aja deh ya hehe."

"Nah kalau itu boleh, kalau manggil tante kan kesannya udah tua banget." Jawab Tante Bella.

"Kalau udah tua mah tua aja huu." Celetuk Bella.

Bella emang orangnya suka celetak celetuk kalau ngomong. Ga pernah disaring dulu kalau pengen nyindir orang. Tapi karena itu justru aku suka, karena ia berbicara apa adanya dan didepan orangnya. Ga seperti orang lain yang sering ngomongin dibelakang tapi didepan kaya yang iya baik pedahal kagak.

Sepertinya mereka memang sangat dekat. Terlihat disaat mereka mengobrol pasti dengan canda gurau, seperti kaka beradik yang sedang bercanda. Tapi emang kalau dilihat-lihat sih Tantenya Bella emang terlihat masih muda. Perkiraan dia berumur 27 atau 28 tahunan. Mungkin karena style nya ia jadi terlihat tua dibandingkan umurnya. Cukup tua sih untuk seorang wanita baru menikah diumur 27 tahun, karena idealnya wanita menikah diumur 22 sampai 25 tahun.

"Jadi kita pengen konsep buat foto praweding tuh di alam gitu, kaya di gunung atau di perkebunan teh gitu. Kira-kira yang enak dimana ya ?" Tanya Tante Bella.

"Emm Gimana kalau di Ciwidey aja ? di Rancaupas ? spotnya enak buat foto prawed dan ada kandang rusa gitu lucu kayaknya kalau disitu." Jawab ku.

"Emm Rancaupas ya ? Gimana sayang menurut kamu ? " Tante Bella menanyakan kepada calon suaminya.

"Boleh, ga jauh juga tempatnya dan ga harus naik dulu ke atas."

"Ada opsi lain ga selain di Rancaupas ?" Tanya Tante Bella.

"Emm di Gunung Putri bagus. Viewnya langsung ke pemukiman warga gitu, tapi harus naik dulu ga jauh sih tapi ya lumayan cape hehe." Jawab ku.

"Iya bagus tuh Gunung Putri Tan." Tambah Bella.

"Gimana Say Rancaupas apa Lembang ? Tanya Tante Bella kepada calon suaminya.

"Mending Rancaupas aja deh, biar ga ribet kitanya. Kalau ke Gunung Putri kan harus naik dulu entar kita pas difotonya keringatan lagi."

"Yaudah kita pilih yang di Rancaupas aja deh." Tambah Tantenya Bella.

"Okey boleh, entar saya siapin konsepnya aja ya. Mau kapan ka ?"

"Hari minggu sekarang aja gimana bisa ga ?" Tanya Tantenya Bella.

"Bisa ko bisa ka." Jawab ku

"Berapa budget nya ?" Tanya calon suami Tantenya Bella.

"Kalau biasanya sih saya kasih diharga dua setengah juta, tapi karena kaka sodaranya Bella saya kasih diskon jadi dua juta aja deh."

"Itu buat apa aja segitu tuh ?" Tanya calon suami Tantenya Bella kembali.

"Udah include buat nyewa lighting, lensa dll, terus buat property sama cetak dan framenya."

"Jangan dua juta atuh kasih diskonnya, sejuta aja." Celetuk Tantenya Bella sambil tertawa.

"Aduh ke saya nya dikit dong Ka hehehe." Aku menjawab sambil menggaruk tanganku.

"Sejuta setengah aja deh yah ?" Tambah calon suami Tantenya Bella.

"Ia kasih murah dong Dzaf." Celetuk Bella ikut nimbrung.

"Yaudah deh boleh Ka." Aku menjawab sambil sedikit tertawa.

Setelah deal harga, tak lama kemudian Tantenya Bella dan calon suaminya pun pergi meninggalkan aku dan Bella karena buru-buru pergi untuk mengurus keperluan pernikahan yang lainnya. Mereka bahkan tak sempat untuk memesan makanan lebih dulu karena mungkin buru-buru.

Untungnya sodaranya Bella ini sangat menyenangkan. Terkadang ada client yang menyebalkan yang terus-terus menawar harga untuk foto pernikahan, atau yang ribet minta ini itu tapi gamau ngeluarin duit banyak. Dengan konsep yang lumayan simple menurutku, semua ini tak jadi masalah.

Jadi seorang fotografer freelance emang musiman. Kalau lagi musim banyak yang nikahan, kerjaan pasti banyak. Tapi ga setiap minggu juga ada kerjaan. Terkadang sebulan sekali hanya daper dua projek atau cuman satu projek. Beda dengan fotografer yang emang kerja disebuah PH atau Production House yang tiap minggu pasti dapet kerjaan dan tiap bulan pasti nerima gaji.

Kata orang, pekerjaan yang enak itu adalah hobi yang dibayar. Itu benar. Seperti kita mencintai seseorang dan ternyata orang itu menerima cinta mu malah ia memberikan juga cintanya kepada kita. Nah seperti itu lah rasanya hobi yang dibayar. Walaupun sebenarnya ga ada kaitannya atau ga nyambung, tapi gapapa yah biarin aja aku lagi jatuh cinta sama Bella soalnya hehe.

"Oh iya kamu kenapa bisa ngasih kerjaan prawed tante kamu ke aku ?"

"Emm… Aku sering liat di instagram kamu kalau kamu suka kerja jadi fotografer wedding gitu, jadi aku langsung tawarin kerjaan ini ke kamu."

"Jadi kamu sering kepoin instagram aku nih selama ini ?" Tanya ku sambil tertawa.

Bella pun tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Kita saling menatap satu sama lain. Saat bertatapan, aku seperti masuk ke ruang yang hanya ada aku dan Bella didalamnya. Sebuah ruangan kosong berwarna hitam, aku dan Bella melayang didalamnya. Sambil masih saling bertatapan, tangan kami mulai saling menggenggam satu sama lain. Seperti takut akan terjatuh, Bella menggenggam tangan ku dengan sangat erat. Cahaya seperti bintang pada malam hari mulai muncul di atas langit. Asalnya setitik, makin lama ternyata semakin indah. Aku dan Bella seperti sedang melayang di angkasa yang didalamnya hanya berisikan aku dan Bella.

Semakin ku tatap semakin aku terjebak dalam dimensi yang lain. Sedikit takut tapi aku tak mau keluar dari dimensi itu. Mata Bella ternyata sangat indah dari yang sering aku lihat selama ini. Membuatku semakin ingin terus menatapnya, melihat lebih dalam apakah ada aku disana.

"Eh kamu mau pesen makanan ga Dzaf ?" Tanya Bella yang menhancurkan momen yang sangat aku nikmati.

Akupun tersadar. Mulai kembali ke dimensi dimana harusnya aku berada. Meninggalakan ruangan hampa berwarna hitam dan menuju ruangan sebuah café yang penuh warna. Sambil melihat wajah Bella yang tanpa kusadari telah meumerah sedari tadi.

"Boleh boleh, kebetulan aku juga tadi ga makan pas dikantin."

Pelayan café pun datang menghampiri meja kami karena melihat tangan Bella yang melambai.

"Ada yang bisa saya bantu mbak ?" Tanya pelayan café.

"Kita mau order lagi mas." Jawab Bella.

"Oh iya silahkan mbak." Pelayan café pun langsung mengeluarkan secarik kertas dan bulpoin yang ada di dalam saku bajunya.

"Oh iya kamu mau makan apa ?" Tanya Bella kepada Dzafran.

"Apaa yaa?? Bentar aku liat liat dulu." Jawab ku sambil melihat isi dari daftar menu.

"Mas, saya pesen chiken roll with sauce tariyaki nya aja deh satu. Kamu pesen apa ?"

"Aku pesen kamu aja satu."

"Maksud kamu ?"

"Eh maksud aku, aku pesen yang kaya kamu aja satu."

Mendengar perkataanku Bella terdiam dan langsung menatapku sambil sepertinya berpikir apa maksudku.

"Samain sama kamu pesenannya maksud aku hehe." Akupun tertawa ringan.

Akupun jadi salah tingkah sendiri karena perkataanku. Bella yang sepertinya sadar apa maksud aku pun tersenyum dan langsung menggeleng-gelengkan kepala.

"Yaudah mas chiken roll nya jadi dua ya" Bella berkata kepada pelayan.

Aku mulai melihat ke sekitar, ternyata café ini penuh. Tak kulihat ada celah yang kosong di dalamnya. Kebanyakan pasangan sepertiku yang datang ke sini. Mungkin memang karna tempatnya yang bagus buat di jadiin tempat ngedate sama pacar atau gebetan. Tempat café nya tuh cocok banget buat yang bawa pasangan. Romansa – romansa asmara nya tuh dapet banget.

Dindingnya yang dihiasi dengan foto – foto wedding membuat ada aura magis agar setiap pasangan yang kesini tuh bakal langgeng sampai foto prawedding nanti. Warna temboknya putih yang melambangkan kesucian kasih sayang satu sama lain. Ditambah ada setangkai bunga mawar di tengah meja yang menjadikan suasananya tuh romantic banget. Memang tempatnya cocok banget buat yang pacaran.

"Kamu nyari apa dari tadi celingak-celinguk ?" Tanya Bella.

"Engga nyari apa-apa cuman baru sadar cafenya penuh banget ya."

"Iyaa disini emang selalu rame kalau jam jam segini."

"Kamu sering kesini ya kayaknya ?"

"Engga sering banget sih, cuman dulu aku sering dibawa sama mantan aku."

"Oh sama si…" Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Bella sudah memotongnya duluan.

"Stop !! Aku gamau dengar nama itu lagi Dzaf." Bella dengan menegaskan.

Entah apa yang pernah mantan Bella lakukan kepadanya, sehingga Bella sampai-sampai ia tak mau mendengar lagi namanya. Mungkin sesakit hati itukah Bella karena mantannya ? atau memang Bella sedang berada diproses move on sehingga tidak mau lagi mendengar nama mantannya ? Aku tak tau. Tapi aku ingin tau.

Namanya Topan. Kira-kira satu bulan yang lalu aku melihat Bella dan Topan masih bergandengan tangan di pelataran lorong kampus. Saling bermesraan sambil duduk berduaan, membuat kecemburuan untuk siapapun yang melintas didepannya.

"Andai aku jadi Topan." Dulu aku sering berkata seperti itu di dalam hatiku. Sembari menatap dari bawah tangga kelas, aku selalu melirik mereka yang sedang asyik menghabiskan waktu mereka berdua. Bila harus berkata jujur, aku memang sudah menyukai Bella dari semenjak semester satu. Dari pertama berkanalan dan kesan pertama yang langsung memikat hati, Bella belum bisa pergi dari jiwa yang mulai rapuh ini.

Tapi semakin lama aku mengenalnya, malah semakin hati ini tak berani untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Malah hati ini semakin tak berbentuk saat aku mendengar bahwa Bella dan Topan telah berpacaran.

Semenjak itu aku mulai mencoba untuk tidak mengingat apapun tentang Bella walaupun itu tak bisa. Semakin ku lupakan semakin terasa sesak di dada. Akhirnya, aku pun menyadari aku tak bisa untuk melakukannya. Aku putuskan untuk tidak melupakannya hanya menyisihkannya di dalam hati ku. Jadi dimana hati ini siap untuk membuka perjuangan yang baru, perasaan yang telah disisihkan tinggal disimpan kembali. Dan hari dimana aku akan kembali memulai hari perjuangan ku yang barupun sepertinya akan dimulai dari sekarang.

"Eh sekarang jam berapa ?" Tanya Bella sambil terlihat cemas.

"Jam setengah tujuh Bel." Aku melihat jam tangan ku.

"Astagaa…. Ayo kita buruan balik !! kita kan mau kerja kelompok, aku belum beres-beres di rumah." Bella berkata panic.

"Oh iya ya… yaudah ayo kita pulang sekarang aja."

Tanpa berpikir panjang aku langsung membereskan barang ku, sedangkan Bella sedang memanggil pelayan untuk membawakan bill pesanan.

Setelah dibayar dan tak ada barang yang ketinggalan, Aku dan Bella langsung melaju di jalanan Kota Bandung untuk menuju rumah Bella, yang kira-kira tiga puluh menit sangatlah cukup bila jalanan tidak macet. Dengan kecepatan 60km/h aku melaju pasti dan menyalip kendaraan yang ada didepan ku. Karena takut jatuh (mungkin) tangan Bella memeluk erat tubuh ku. Karena tersadar bahwa tangan Bella memelukku, aku semakin menancap gas ku karena aku tak ingin momen ini cepat berlalu hehehe.

Benar saja, hanya memerlukan waktu sekitar dua puluh menit aku sampai di rumah Bella. Setelah memarkirkan di pekarangan rumah akupun masuk ke dalam rumah. Dari awal sampai, Bella sudah meninggalkanku masuk duluan ke dalam rumah dengan alasan ingin langsung membereskan isi rumah.

Karena pintu yang memang sudah terbuka, akupun masuk tanpa harus mengetuknya terlebih dahulu. Sepertinya aku merindukan aroma pewangi rumah ini. Masih dengan tatanan yang masih sama, dan furniture yang belum berubah rumah ini masih terlihat sangat nyaman untuk ditempati.

Aku langsung duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Beristirahat sejenak sambil menyandarkan kepala. Aku naikan kaki ku ke meja, sehingga sekarang posisi ku berselonjor di atas meja sambil masih terbungkus kaos kaki yang masih belum ku lepas.

"Kamu mau minum apa Dzaf?" sedang enak-enak nya bersantai aku terkaget mendengar suara Bella yang datang dari ruang lainnya.

Aku langsung buru-buru menurunkan kaki ku yang sedang selonjoran di meja karena takut disangka tidak sopan oleh Bella. Melihat tingkah ku yang terkaget karena sedang selonjoran, Bella pun hanya tertawa.

"Haha santai aja kali Dzaf, kalau mau selonjoran mah selonjoran aja.." Bella menyarankan.

Aku pun hanya mengangguk dengan sedikit tersenyum. Rasanya memang cape sekali hari ini, tapi rasanya senang.

Sofa ini sangatlah terasa lembut dan nyaman. Membuat siapa saja yang mendudukinya menjadi mager alias males gerak. Sepertinya sofa ini mahal pikir ku. Sepertinya sofa ini mempunyai magis kemageran yang hqq tambah ku. Karena entah kenapa aku sangatlah nyaman berada diatasnya.

Di atas meja hanya berisikan satu pot bunga plastik. Kosong, tak ada makanan atau minuman diatasnya. Walaupun atasnya beralaskan kaca, tapi sepertinya meja ini cukup kuat untuk menopang dua kaki ku yang terasa sangat lelah ini.

"Nanti aja lah selow pas udah ada anak-anak aja." Balas ku

Aku mencoba untuk sebentar memejamkan mata ku yang sejak tadi pagi sudah terbuka dan terkena debu-debu berterbangan. Rasanya perih sekali, ingin aku tidur untuk waktu yang cukup lama. Disaat aku sedang memejamkan mata, teras ada aliran yang sangat deras di bawah. Karena itu, aku pun mencoba untuk masuk keruangan lainnya untuk ke kamar mandi.

Saat aku melintasi sebuah pintu yang terbuka sedikit, mata ku yang lainnya menangkap sedikit gambar yang membuat otakku merespon dengan cepat. Aku memundurkan langkahku kembali dan mencoba melihat sekali lagi ke arah pintu tersebut.

Disaat aku melihat lebih jelas, alangkah kagetnya aku setelah tau apa yang membuat otak ku merespon dengan cepat. Ternyata Bella sedang berganti pakaian dengan posisi membelakangi ku. Sadar akan ada seseorang yang sedang berdiri dibelakangnya, Bella pun menoleh ke belakang.

Karena terkaget, aku langsung lari tanpa suara menuju kamar mandi. Aku langsung dengan cepat membuka pintu kamar mandi dan masuk kedalamnya. Dengan masih perasan kaget, aku terdiam dibelakang pintu. Dengan jantung yang mulai tidak beraturan, kaki yang sedikit gemetar, dan mata yang masih ingin melihat.

"Huft hampir saja….."

Balik lagi kali yaa…..

Next chapter