35 35

Happy Reading and Enjoy~

Sejak tadi Allard mengumpat, memarahi para bawahannya. Tubuhnya sendiri letih dengan segala acara pernikahan yang melelahkan.

Dan baru saja ia berniat ingin bermain-main dengan tubuh Luna, panggilan sialan dari bawahannya masuk hanya untuk mengganggu.

Kabar buruk yang membuat kedua mata Allard berkilat mengerikan.

Bahkan Luna beringsut mundur, padahal ia belum menyentuh gadis itu. Membanting ponselnya ke dinding hingga hancur, ia berjalan dengan langkah lebar.

Brak!

Dengan tenaga penuh Allard mendobrak pintu tempat tahanan yang membunuh kedua orangtuanya berada. Menatap marah ke arah mayat yang sudah tidak sadarkan diri itu, lalu matanya menajam melihat para bawahannya yang menunduk takut.

"Siapa yang bisa menjelaskan hal ini?" Tanyanya dengan suara dingin. Aura kelam menguar dari tubuhnya, hingga beberapa orang tanpa sadar memundurkan langkah untuk menjauhinya.

Tidak ada yang berani bicara, semua sepakat menutup mulut rapat-rapat agar tidak menerima kemarahan Allard yang begitu besar.

"Sudah kubilang siksa dia tapi jangan sampai membunuhnya! APA KALIAN TIDAK BISA MENDENGAR, HAH? APA KALIAN TULI?"

Mengelurkan pistol dari sakunya, Allard menembak salah satu kaki bawahannya.

"Katakan kenapa ini bisa terjadi!" tuntutnya dingin.

Kini ujung pistolnya diarahkan ke bodyguardnya yang lain.

"Bicara atau kutembak mati kalian satu persatu."

Kedua matanya sendiri sudah menyala, lelaki itu haus darah. Semua terasa serba salah, jika mereka memilih menjawab maka itu juga bentuk dari ketidakbecusan mereka dalam bekerja. Tetapi, jika mereka nekat membungkam maka nyawa yang akan menjadi taruhannya.

Dor!

Satu tembakan kembali lolos. Allard menajamkan matanya menatap Harry, ketua yang ia tugaskan untuk menjaga keamanan di dalam dunia bawahnya.

Harry menelan ludah gugup sebelum berucap.

"Di-dia membunuh dirinya sendiri dengan pisau yang berada di dekatnya."

"Katakan kenapa bisa ada pisau yang berada dekat dengannya."

Harry tertunduk, tampak merasa bersalah. Membuat Allard mengetapkan bibirnya dengan geram, ia berjalan menghampiri Harry untuk melayangkan satu tamparan keras.

"Jangan sampai aku mengulang pertanyaanku, Harry!"

Menjilat bibirnya gugup, Harry menjawab, "Ka-kami mabuk. Seseorang menawarkan anggur dan kami terlalu sibuk meminumnya hingga … hingga tidak menyadari bahwa ada benda tajam yang berada di dekatnya. Kami sama sekali tidak menyangka dia akan bunuh diri kami merasa bahwa–"

Plak!

Satu tamparan kuat dilayangkan. Hingga membuat tubuh kekar Harry terjatuh ke lantai.

"Tolol! Aku membayar kalian bukan untuk mabuk-mabukkan ketika sedang bekerja. Siapa yang mengizinkanmu lalai dalam melaksanakan tugas, hah?"

Satu tembakan ia layangkan pada bahu Harry.

"Sekarang katakan padaku siapa yang membawa anggur itu."

"Thom-thompson, di-dia mengatakan bahwa kita harus merayakan hari pernikahan Anda, dan untuk hari ini Anda juga sedikit melonggorkan penjagaan."

Kening Allard berkerut. Setiap pegawai dan bawahannya meski bukan dirinya yang menyeleksi, tetapi ia selalu mengingat nama-nama dari mereka. Perasaan was-was menyelimuti hatinya, dengan dada berdebar ia bertanya.

"Thompson siapa?"

Kini Harry yang tampak bingung.

"Thompson pria berumur 50 tahun lebih, dia mengatakan bahwa dia senior di kastil. Dan dia diutus kesini untuk memberikan anggur agar kami ikut merayakan hari pernikahanmu …"

"Sialan!" Allard melayangkan pukulan pada wajah Harry, dan beberapa pukulan pada bodyguard yang berada di sana.

"Aku tidak pernah menyuruh siapapun! Bagaimana bisa kalian mempercayainya begitu saja, dia adalah penyusup. Aku akan memecat kalian semua, dan kupastikan bahwa keluarga kalian hancur bersama kalian!" ancamnya dengan tegas sebelum melangkah pergi dengan amarah.

***

"Dia tidak mau mengaku, dan seorang penyusup tua masuk. Itu artinya tempatmu sudah diketahui atau mereka meletakkan alat pelacak di tubuhnya."

Arthur mengerutkan dahi, memikirkan dengan serius masalah ini, sementara tangannya mengelus lembut rambut panjang yang berada di pangkuannya.

"Sayang sekali di hari pernikahanmu masalah seperti ini datang. Seharusnya sekarang kau bergelut di atas ranjang dengan Luna."

Allard menyandarkan tubuhnya semabari menghela napas lelah.

"Kami sudah memeriksa semua tubuhnya dan tidak ada alat pelacak apapun. Kecuali …." Kedua matanya menggelap. "… kecuali ada penyusup yang selama ini bekerja denganku."

"Bisa jadi. Aku merasa sedari awal orang yang berada di balik ini semua adalah orang terdekatmu, Allard. Jangan pernah percaya pada siapapun termasuk … orang yang mengurusmu dari kecil ataupun pelayan kastilmu."

Mata Allard menajam.

"Mereka tidak bisa memanipulasiku, kau tau itu. Aku sudah memastikan bahwa mereka setia padaku sampai mati."

"Tidak, kau tidak bisa memastikan apapun. Dengar, orang-orang seperti kita tidak bisa terlalu percaya pada orang lain. Meskipun itu adalah orang yang paling dekat dengan kita. Itulah sebabnya hingga sekarang aku juga tidak bisa memercayai siapapun. Jangan pernah kasih mereka hak penuh, Allard."

Allard tersenyum sinis. "Jika seperti itu seharusnya aku tidak percaya padamu."

Mengangkat kedua bahunya ringan, Arthur berujar dengan gaya sombong.

"Daddy tidak punya waktu untuk membunuh apalagi membayar pembunuh bayaran untuk menggulingkan satu perusahaan, Allard. Kau tau keluargaku tidak sekejam itu."

Tatapannya beralih pada Nathalie yang terpejam. "Aku akan membawanya ke kamar."

Dengan lembut dan pelan agar Nathalie tidak terbangun, Arthur menggendongnya lalu membawanya ke kamar.

Allard tahu tidak semudah itu bagi Arthur untuk jatuh cinta. Terlebih lelaki itu masih menaruh perasaan pada kembarannya, tetapi yang membuatnya heran adalah perlakuan Arthur, sahabatnya itu bisa bersikap lembut pada budak yang dibelinya.

Bahkan dirinya saja bersikap kasar pada Luna. Ia tidak terlalu bisa berbuat lembut pada orang yang dianggapnya special. Ya, Luna adalah adiknya dan itulah yang membuat wanita itu tampak beda di matanya.

Mengesampingkan soal apapun, ia harus fokus pada kelompok yang disewa untuk membunuh kedua orang tuanya. Sesudah ini Allard harus berusaha lebih keras mencari lelaki yang berpartisipasi pada pembunuhan keluarganya.

"Maaf sedikit lama, gadis itu tidak mau kutinggal. Meski dia tidak berbicara tapi matanya yang mengatakan." Arthur menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

"Apa kau tidak berpikir bahwa kau terlalu memanjakannya?" Senyum mengejek tersungging di bibir Allard.

"Kau dibodohinya, tidakkah kau sadar akan hal itu? Kau membelinya sebagai budak yang bisa kau perlakukan sesukamu, bukannya seperti itu kini malah sebaliknya. Kau yang diperlakukan sesuka hati olehnya."

Arthur terkekeh. "Aku memanjakkannya karena aku ingin. Tidak mungkin orang sepertinya bisa mengendalikanku, Allard. Baiklah, kembali pada awal permasalahan. Sekarang bagaimana?"

"Untuk tahap awal aku akan memeriksa seluruh pegawai yang bekerja denganku dan juga rekaman cctv, lalu setelah itu kembali memulai pencarian orang yang terlibat dalam pembunuhan keluargaku."

Arthur mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku sudah mengutus beberapa orang untuk menyelidiki organisasi itu, tetapi hingga sekarang mereka belum menemukan apapun." Ia mencondongkan tubuhnya, raut wajahnya tampak serius.

"Beberapa hari yang lalu Nathalie memasuki ruangan pribadiku. Kau tahu sendiri meskipun aku tidak terlalu suka melukis, aku selalu menyediakan alat lukis. Aku tidak menyangka Nathalie bisa melukis dan lukisannya rapi. Yang membuatku heran dan terkejut bahwa dia melukis seorang pria dengan tato kupu-kupu di dahi."

"Maksudmu …."

Arthur menganggukkan kepalanya. "Nathalie nampak tidak nyaman dengan lukisannya sendiri, sehabis melukis wajah yang tidak kukenal itu tubuhnya menggigil hebat. Matanya tampak gugup dan dia seolah-olah ingin menjelaskan padaku."

Tubuh Allard menegang. "Bukankah kau pernah berkata bahwa tidak ada yang tahu siapa pemilik kelab dan dunia bawah tempat Nathalie dijual? Apa kau berpikir ini ada kaitannya dengan masalahku?"

"Bisa jadi. Penjagaan mereka sangat ketat, dan kurasa itulah sebabnya kita tidak bisa melacak apapun."

"Lalu mengapa Nathalie menggambar wajah pria itu?"

"Mungkin dia ingin memberitahuku sesuatu, tetapi tidak bisa mengatkannya. Kau tau sendiri bahwa kejiwaannya terganggu."

Allard menipiskan bibirnya, mengepalkan tangan dengan amarah yang menggelegak."

"Kau harus tau bahwa kelab dan dunia bawah itu dilindungi oleh beberapa pembisnis sukses dan juga beberapa petinggi dalam pemerintahan. Akan sangat sulit menangkap mereka jika memang terlibat dalam hal ini."

"Itulah sebabnya aku berusaha menjadi kaya, Arthur. Jika mereka bisa berbuat kejam dengan bermain cantik, maka kita juga bisa menggilas mereka dengan bermain rapi. Aku tidak ingin melibatkan orang luar, aku hanya ingin memenggal organisasi laknat itu. Dan juga … orang yang terlibat di balik ini semua."

Bersambung ....

Halo👋 cerita Arthur sudah tersedia di wattpad dengan judul Slave Bird ya. Bagi yang mau kepoin cerita orangtua Arthur juga bisa baca di Innovel/Dreame dengan judul Clara Prison.

Ngomong-ngomong Wedding Doll sudah tersedia di aplikasi Play book. So, yang penasaran sama kelanjutannya bisa langsung beli ya. 🙂

avataravatar
Next chapter