21 21

Happy Reading and Enjoy~

Allard tidak terlalu mengingat wajah-wajah yang membunuh ibunya, tetapi yang paling diingatnya adalah seorang lelaki yang memotong jari-jari daddnya. Dan itu adalah orangtua Luna, yang paling membuatnya bertambah yakin setelah melihat tato bergambar kupu-kupu berwarna hitam di dahi John.

Meskipun ingatannya terasa samar, ia masih bisa menandai siapa-siapa saja orang yang turut andil dalam membunuh ayah dan ibunya. Mereka semua mempunyai tato bergambar kupu-kupu yang terletak di dahi. Setiap tato tidak berwarna sama, ada yang berwarna hitam dan juga merah.

Setiap pekerjaan memiliki tingkat kesulitan, jika tato kupu-kupu berwarna hitam maka dia adalah ketua. Dan juga orang yang bertugas mendapat pekerjaan sulit seperti; membunuh, memutilasi, menyekap dan juga menyiksa.

Sedangkan tato yang bergambar kupu-kupu berwarna merah, mereka diberi tugas dengan misi yang ringan. Menculik dan mengikat atau membawa korban pada ketua bertato kupu-kupu yang berwarna hitam.

Allard tidak tau tepatnya saat itu ia berada di mana, semacam penjara yang terdapat banyak wanita-wanita cantik yang berlalu lalang tanpa pakaian. Dengan keadaan tangan dan kaki yang di rantai.

Serta ruangan yang didominasi kegelapan.

Pandangan Allard kembali tertuju ke sosok pria yang sudah tidak muda lagi itu, meskipun ia yakin bahwa pria di hadapannya bukanlah orang yang menginginkan kematian kedua orang tuanya, tetapi berhasil mendapatkan pria bertato kupu-kupu dengan warna hitam mampu membuatnya merasa puas.

Allard yakin mereka hanya sekelompok orang keji yang menerima suatu tugas, yang perlu diselidikinya adalah dalang dari ini semua. Menghela napas dalam-dalam, Allard berjalan mendekat dengan langkah pelan.

Di tangannya terdapat pisau lipat yang tajam, kini ia siap mempertunjukkan seorang anak kecil yang mereka bentuk.

"Apa kau masih mengingatku?" tanyanya sembari menjambak rambut yang sudah memutih itu.

Pria itu menatap Allard tanpa rasa takut, kedua matanya tampak begitu tenang dan Allard memaklumi hal itu. Tidak terhitung berapa banyak nyawa yang sudah dibunuhnya, tentu saja dia sudah memperkirakan hal ini terjadi.

Allard tertawa sinis. "Yah, aku tau kau sudah tidak mengingatku lagi. Biar kuperkenalkan diriku, aku adalah anak yang beberapa tahun lalu kau culik dan kau siksa. Ah, lagi-lagi aku lupa bahwa kau tentunya sudah banyak melakukan hal keji. Baiklah, aku akan membuatnya tampak sederhana. Aku anak yang orang tuanya kau bunuh, anak dari pasangan Jarez Hanson dan juga Lilliana Hanson."

Ada kilatan terkejut di mata itu, tetapi dia masih belum membuka mulut. Allard tersenyum miring. "Aku akan membebaskanmu jika kau mau mengatakan siapa yang menyuruhmu saat itu, jika kau memilih bungkam aku juga akan menghabisi keluargamu."

Ia terdiam sejenak, memperhatikan ekspresi pria di hadapannya yang masih terlihat biasa-biasa saja. Allard mendengus. "Aku akan membunuh putrimu satu-satunya, yang dalam waktu dekat ini akan menikah. Jangan lupakan kedua putramu, aku juga akan membunuh mereka!"

Pria itu tertawa dengan suara yang keras, menatap Allard seolah-olah ia adalah makhluk terbodoh. "Hei anak kecil, jangan mencoba menggertakku dengan anak-anakku. Jika kau ingin membunuh mereka silahkan, aku memberimu izin dengan lapang dada. Bahkan jika kau membunuh mereka dihdapanku sekaligus, aku juga akan membiarkannya. Ah, iya, jangan lupa untuk membunuh mantan istriku. Aku tidak perduli dengan mereka semua."

Allard mengertakkan gigi, menahan kekesalan yang merabat di hatinya. Pria ini tidak bisa diancam.

Bahkan seekor harimau menyayangi anaknya, bagaimana bisa pria ini tidak memiliki hati sedikitpun? Jangan tanyakan bagaimana hati Allard, meskipun ia tidak lebih jauh dari pria tua dihadapannya. Merasa ancamannya gagal, Allard menggiris pipi pria itu dengan pisaunya.

Ia melayangkan tatapan tajam pada mata pria yang tidak kenal takut itu. "Aku tidak ragu-ragu mencongkel matamu, cepat katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuh orang tuaku!"

Dengan kurang ajarnya pria itu tertawa hingga terbatuk-batuk. "Sudah kukatakan bahwa ancamanmu tidak bisa menakutiku."

Srak ...

Tanpa ragu Allard mengarahkan pisaunya pada bibir pria itu, mengoyak ujung bibirnya hingga ke pipi. Membuat pria tua itu menjerit kesakitan, darahnya seketika mengalir dengan sobekan yang cukup panjang. Kedua mata Allard menggelap dengan rahang menegang.

"Masih ingin yang lebih parah lagi, hm?" Allard menoleh pada salah satu bodyguardnya. "Ambilkan aku garpu," perintahnya dengan suara dingin.

Lebih baik ia membunuh pria tua ini dengan perlahan dari pada membiarkannya hidup, tetapi tidak mendapatkan informasi apapun.

"Ambilkan beberapa jenis pisau yang berbeda dan air jeruk serta garam," perintahnya lagi. Langkah awal untuk menyakitinya adalah mengulitinya lalu menyiramkan air jeruk.

Tidak perlu menunggu waktu lama hingga perintahnya dituruti. Beberapa jenis pisau dan juga air jeruk, sebab ini bukan pertama kali baginya melakukan hal ini. Allard menggerakkan kepalanya pelan, memerintahkan beberapa bodyguard mendekat.

Sama halnya seperti kelompok yang diketuai pria dihadapannya ini, Allard juga memiliki orang-orang yang bertugas untuk menyakiti para korbannya. Bedanya hanyalah, Allard sendiri yang membunuh para korbannya. Tangannya sudah akrab dengan darah dan juga nyawa seseorang.

"Kuliti dia," ucapnya pada beberapa bawahannya, sementara ia sendiri memilih duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Memperhatikan dengan wajah dingin.

"Untuk yang terakhir kalinya aku bertanya sebelum ajal menghampirimu secara perlahan, siapa yang menyuruhmu pada saat itu?"

Pria tua itu meskipun kejam dan berdarah dingin karena tuntutan pekerjaannya, tetapi ia adalah orang yang setia. Bahkan saat nyawanya terancam dirinya masih setia menutup mulut. Tidak membiarkan informasi tentang orang yang menyuruhnya bocor.

Hal itu membuat Allard terkesan dengan hati kesal, jika begini ia takkan bisa menemukan petunjuk apapun, tentang orang yang berada di balik ini semua.

"Akhu dengan shenang hathi menerima kemathianku," katanya dengan susah payah akibat mulutnya yang terkoyak.

Allard bertepuk tangan dengan gaya elegan. "Sepertinya aku banyak mendapat buruan hari ini. Pria tua dengan ketiga anaknya dan juga mantan istrinya."

Kedua matanya kembali menggelap ketika lintasan kematian orang tuanya tergambar di ingatannya.

"Aku akan mengirimkan kalian ke neraka," desisnya kejam.

"Denghan sehnang hathi, aku suhdah therlalu lama hidup."

Mengepalkan tangannya kuat-kuat, Allard berujar. "Laksanakan sekarang!"

Pria tua itu dibaringkan di atas lantai dengan kondisi tangan terikat. Sebagian yang lain memegang tubuhnya agar menghindari banyaknya pergerakan.

Celananya dibuka, dimulai dari ujung kaki. Seperti membuka kulit kambing ataupun kulit hewan lainnya, ujung pisau yang tajam terarah pada ujung jempol kakinya. Menusuknya sebelum secara perlahan membuka kulitnya dengan pelan-pelan.

Pria tua itu menjerit kesakitan, badannya bergerak tak tentu arah. Senyum keji lahir di kedua bibir Allard.

Nikmatilah penebusan dosamu.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter