18 18

Happy Reading and Enjoy~

"Tanda tangani ini."

Allard melemparkan berkas yang berada di tangannya. "Apapun yang tersaji di dalamnya harus kau patuhi, aku tidak ingin ada penolakan."

Luna menghela napas. Tubuhnya sakit, kepalanya pusing. Dan napasnya terasa panas, dengan hidung yang tersumbat. Sudah tiga hari ia berada di dalam kastil ini, dan sejak saat itu ia mulai sakit hingga sekarang.

Sebenarnya ia ingin beristirahat lebih lama. Allard menepati janjinya untuk melepaskan Derlad. Lelaki itu juga membawanya ke tempat antah berantah. Saat menuju ke sini, sepanjang perjalanan yang terlihat hanya pegunungan tandus.

Luna tidak tau ia berada di mana. Tetapi tampaknya tempat tinggalnya saat ini terpencil. Meskipun begitu, ia berada dalam kastil mewah yang terasa gelap. Entah karena aura Allard yang melingkupi atau memang kastil ini tampak menyeramkan di matanya.

Allard sendiri tidak bersamanya, Luna hanya di temani bodyguard Allard. Tiga hari tanpa pria itu membuatnya merasa bersyukur, sebab ia butuh waktu lebih banyak untuk memulihkan diri.

Tetapi sebelum dirinya pulih Allard sudah datang menghampirinya, menyuruhnya menandatangani berkas yang penuh dengan peraturan-peraturan. Tidak mengapa jika peraturan itu seimbang, masalahnya peraturan itu berat sebelah. Tentunya pihak Luna lebih banyak dirugikan dalam hal ini.

PERJANJIAN SETELAH PERNIKAHAN.

Pihak pertama: Allard Washington

Pihak kedua: Luna Ananta

1. Pihak pertama berhak atas keseluruhan diri, tubuh, nyawa. dan jiwa milik pihak kedua.

2. Pihak kedua tidak boleh membantah apapun perintah yang diucapkan pihak pertama.

3. Pihak pertama bebas berkencan dengan wanita manapun. Poin ini tidak berlaku pada pihak kedua.

4. Pihak pertama bebas menentukan peraturan baru yang tidak berada di dalam perjanjian.

5. Pihak kedua tidak boleh membantah, membentak, menjerit, dan memutar kedua bola mata kepada pihak pertama.

6. Pihak kedua di larang berbincang dengan lelaki lain lebih dari 30 menit.

7. Setiap poin yang di langgar, pihak kedua akan mendapat hukuman yang setimpal.

8. Pihak kedua tidak di perbolehkan hamil.

9. Pihak kedua ....

Luna berhenti membaca poin-poin selanjutnya. Dadanya serasa sesak, di dalam poin ini tidak ada yang menguntungkannya. Semua hanya membuatnya semakin tertekan. Ia melayangkan tatapan tajam ke arah Allard.

"Ini tidak adil!" protesnya.

Lelaki itu mengangkat kedua bahunya ringan, tampak tidak perduli. "Patuhi atau bocah ingusan itu mati."

"Apa tidak ada yang bisa kau lakukan selain mengancam?"

Allard tersenyum sinis, ia mendekat. "Tentu saja ada. Bercinta denganmu."

Luna merasa dirinya semakin pusing, perutnya terasa mual. Semenjak sakit tiga hari ini ia tidak berselara makan. Membuat tubuhnya melemas, semua yang di makan akan kembali keluar. Bayangan mayat dan juga kematian orang tuanya selalu terbayang. Jika di paksakan makanan itu masuk, akan lebih menyakitinya.

Ia menatap Allard tanpa minat. Nanti setelah mereka menikah dan keadaannya membaik. Luna akan membunuh lelaki ini, ia akan menyelipkan pisau di bawah bantalnya lalu menusuk jantung Allard di malam hari.

Tidak mengapa dirinya di tangkap, Luna bahkan pasrah jika dirinya juga turut di bunuh. Yang terpenting adalah, bisa membunuh Allard dengan kedua tangannya.

Dahi Allard berkerut. "Aku tidak suka tatapan matamu." Ia memukul dahi Luna dengan tiga jarinya. "Kali ini kau ku maafkan, tapi aku tidak sebaik itu untuk membiarkanmu berbuat semena-mena. Dan ... tidakkah kau tau bahwa bercinta bisa menurunkan demam?"

***

Luna langsung beringsut mundur. Menatap Allard seolah-olah pria itu sudah gila. Tangannya reflek memeluk tubuhnya untuk melindungi diri. Ia tidak ingin di sakiti, tidak sebelum dirinya sembuh total. Luna tau pria itu tidak memiliki hati, tetapi tetap tidak menyangka bahwa Allard akan nekat menyakitinya bahkan sebelum penyakitnya sembuh.

Dahi Allard berkerut, ekspresi wajahnya nampak tersinggung saat melihat Luna yang menolaknya secara terang-terangan. Bercinta dengannya adalah hal yang paling di nantikan para wanita-wanita di luar sana. Allard bisa memberikan kenikmatan berkali-kali bahkan berpuluh-puluh kali lipat, dari kenikmatan yang tidak bisa di berikan lelaki lain.

Penolakan Luna tentu saja melukai harga dirinya yang sudah biasa mendapat sanjungan.

"Per-pergi!"

Itu penolakan secara langsung, terucap dari bibir kecil yang sialnya manis itu. Tidak memperdulikan penolakan Luna, Allard mengulurkan tangannya untuk menangkap pergelangan kaki Luna. Ia menariknya mendekat sebelum mengikat kaki Luna ke setiap sisi ranjang dengan rantai tipis yang kuat cukup kuat untuk menahan kaki itu bertindak lebih jauh, seperti menendangnya.

Begitupun dengan kedua tangan wanita itu. Hingga membuatnya terbaring pasrah dengan kedua kaki dan tangan yang terikat di ranjang. Allard memandang puas, matanya berkilat penuh gairah. Ia tidak mengerti dengan dirinya, bagaimana bisa hasratnya menggebu ketika berhadapan dengan gadis lemah berusia 19 tahun.

"Seharusnya kau memohon padaku, bukannya menyuruhku untuk pergi."

Perlahan Allard melepaskan pakaiannya, menampilkan tubuhnya yang berwarna perunggu dengan hiasan six pack yang memanjakan. Wanita manapun akan bertekuk lutut jika melihat kesempurnaan tubuhnya,  dan ketampanan wajahnya menjadi pelengkap bagi paket komplit yang di inginkan. Wanita-wanita itu hanya akan memandang fisik dan kehebatannya di atas ranjang.

Mereka tidak mau repot-repot memikirkan kelam dan hitamnya seorang Allard. Yang mengetahui itu semua hanyalah orang-orang yang menurut pria itu penting. Dahinya semakin berkerut. Tidakkah Luna merasa dirinya beruntung, sebab ia menganggap gadis itu sebagai sesuatu yang penting dalam hidupnya?

Ia selalu berbuat baik dengan wanita manapun, memberi mereka kenikmatan hingga yang ada hanya jeritan gairah. Tidak perlu mengeluarkan uang, menyerahkan dirinya dan menunjukkan kehebatannya di atas ranjang saja sudah membuat wanita-wanita itu merasa cukup.

Allard semakin mendekat, memposisikan dirinya di atas Luna. Mengurung gadis itu dengan kekuatan tubuhnya, ini saat yang paling di sukainya. Mendominasi dan mengambil alih di atas ranjang.

Luna menggelengkan kepalanya, tubuhnya bergerak gelisah. Yang sayangnya pergerakannya itu memicu hasrat Allard. Pria itu menggeram sembari memejamkan kedua matanya. Bibirnya mengukir senyum puas sebelum mengatakan kalimat yang kurang ajar.

"Aku tau kau sudah tidak tahan. Tapi bisakah kau berhenti menggerakkan tubuhmu? Ku rasa kau tau bahwa dalam hal apapun, aku suka saat diriku memegang kendali."

Ia menunduk, menjulurkan lidah ke lekuk leher Luna. Menjilat di sana dengan gerakan erotis. "Biarkan aku yang akan memuaskanmu, tugasmu hanya menikmati dan diam. Jangan lupa jeritkan namaku kuat-kuat, aku menyukai sensasi itu."

Ia menghembuskan napasnya yang hangat ke kulit Luna yang panas. Panas bertemu panas membuat Luna terbakar. Luna bergerak semakin gelisah, takut rasa aneh yang hadir menguasai dirinya hingga membuatnya menikmati permainan lelaki ini.

Allard sendiri tidak berlama-lama bermain di leher Luna, pria itu bangkit untuk melangkah pergi. Membuat Luna bernapas lega sesaat sebelum kembali menegang. Allard kembali berjalan dan menghampirinya dengan cambuk kecil di tangannya. Wajah Pria itu tampak senang dan bersemangat. Berbanding jauh dengan Luna yang memucat.

Bersambung...

Hola holaa... jika suka dengan cerita ini jangan lupa di share ke teman-teman yang lain ya. Agar bisa sama-sama suka dengan cerita ini.

Jangan lupa juga follow instagram author: Mesir_Kuno8181

avataravatar
Next chapter