17 17

Happy Reading and Enjoy~

"Sudah puas lari-larinya, Luna?"

Suara Allard menyapa dingin, membuat Luna langsung membelalakkan matanga. Menatap lelaki itu dengan horor.

Ke-kenapa Allard bisa menemukannya? Bukankah ia sudah bersembunyi dengan baik ...

Tap-tapi tadi ketika ia berlari Allard tidak mengikutinya, kenapa sekarang bisa berada di sini?

Tanpa perasaan Allard menarik rambut Luna menyeret tubuhnya dengan kasar. Mau tidak mau Luna mengikuti langkah lelaki itu dengan sedikit tergopoh. Tangannya mencoba melepaskan jari-jari kekar Allard di rambutnya.

Lelaki itu membawanya memasuki ruangan dengan pencahayaan yang minim. Ruangan itu kosong, hanya ada beberapa kursi yang terbuat dari besi. Di tengah-tengah ruangan ada satu kursi yang di tempati oleh sosok yang di kenalnya.

Napas Luna tertahan, itu adalah Derald. Baju pria itu koyak, dan wajahnya penuh dengan darah. Se-semua itu karena salahnya. Karena Derald temannya dan mendapat perlakuan kejam dari Allard. Air matanya menetes, ia menyesal hadir di dunia. Untuk pertama kalinya, Luna merasa menyesal telah di lahirkan.

"Bocah ingusan ini yang kau cari, kan?"

Ia menatap Allard dengan pandangan tajam. "Lepaskan dia!" teriaknya marah.

Allard mengerutkan dahinya, tampak tidak suka dengan nada bicara Luna. Ia melepaskan tarikannya pada rambut Luna dengan kasar, membuat wanita itu terhempas ke lantai. Lalu Allard berjalan dengan langkah lebar ke arah Derald. Mendongakkan wajah pria itu dan tanpa perasaan melayangkan satu tamparan kuat. Hingga membuat mata Derald yang tadinya terpejam kembali terbuka.

Luna menjerit histeris. Ia menatap wajah Derald dengan pandangan buram.

"Pasangan yang menyedihkan," komentar Allard sinis.

"Lihat baik-baik," ucapnya pada Derald. Ia kembali berjalan ke arah Luna.

"Mulai saat ini Luna akan menjadi istriku, dan aku melarangmu menemuinya. Jika kau melakukan itu, nyawa wanita ini melayang."

Mata Derald menajam, ia berontak. Berusaha lepas dari ikatan yang melilit kuat tangannya. "Jangan coba-coba!" jeritnya marah.

Allard tertawa sinis. "Begitu juga denganmu. Jika kau menolak pernikahan ini, maka siap-siap nyawa bocah ingusan itu menghilang."

"Kau tidak akan bisa membunuhku, ayahku akan menghukummu!"

Tawa Allard semakin keras. Ia mencengkram dagu Luna kuat, lalu membawa wajah wanita itu menghadap ke arah Derald.

"Apa yang kau lihat darinya? Hanya bocah ingusan yang berlindung di balik perusahaan ayahnya. Jika aku menggilas perusahaan ayahmu, mungkin dia akan berubah pikiran. Bukan menolongmu malah menyerahkan nyawamu demi melindungi hartanya."

Luna mencoba melepaskan wajahnya dari cengkraman Allard. Ia menatap Derald dengan pandangan menyesal, kenapa lelaki itu bisa berada dalam genggaman Allard. Seolah mengerti dengan tatapan Luna, Derald mengeraskan wajahnya. Membangkitkan kembali semangatnya untuk melindungi Luna meskipun itu sia-sia.

"Kau belum mengenal ayahku," desisnya sombong.

Perkataan Derald membuat Luna memejamkan matanya frustasi. Oh, ya Tuhan ... Lelaki itu yang tidak tau siapa Allard Washington sebenarnya. Perusahaan Antoni -Ayah Derlad- tidak ada apa-apanya jika di sandingkan dengan perusahaan Allard.

Tetapi Derald memang seperti itu, ia tidak pernah melihat ke sekitar. Hanya fokus pada yang di depan mata dan melupakan bahwa sekelilingnya lebih hebat darinya.

Allard berjalan menjauh ke arah besi berukuran sedang. Besi itu sudah di panaskan, di ujungnya ada tanda berukiran huruf H. Ujung besinya berwarna merah, siap melukai siapa saja yang menyentuhnya.

Yang membuat Luna membelalakkan kedua matanya adalah, Allard yang berjalan ke arah Derald. Bersiap menempelkan besi panas itu pada tubuh Derald.

Dengan tertatih Luna berjalan mendekat, merentangkan tangannya untuk melindungi Derald. "Kau tidak boleh menyakitinya! Ji-jika kau ingin memberikan cap besi itu, maka berikan padaku."

Kalimatnya saja terdengar tidak yakin, tetapi gadis itu seolah tidak gentar.

"Apa yang kau lakukan, bodoh! Menyingkirlah, jangan melindungiku. Aku yang akan melindungimu."

Allard mengerutkan dahinya, menatap ke arah Luna dan juga Derald dengan pandangan tidak suka.

"Ini bukan acara film murahan yang layak ku tonton. Tidak perlu bersikap menjijikkan satu sama lain seperti itu." Tatapan matanya beralih ke Luna. "Kau, lebih baik menyingkir. Jangan sampai membuatku marah dan memutuskan untuk membunuh bocah ingusan kesayanganmu itu."

"Tidak mau!" Luna menggeleng kuat. "Aku tidak bisa mempercayaimu kata-katamu."

Ia terdiam, berpikir sejenak sebelum meluncurkan kalimat yang akan di sesalinya suatu saat nanti. "Ak-aku akan menerimanya. Aku akan menikah denganmu dan hidup bersamamu dengan seluruh perintahmu. Aku hidup sebagai bonekamu, kau boleh berbuat apapun semaumu dengan tubuhku. Tap-tapi jangan sakiti Derlad. Jangan sakiti orang-orang terdekatku."

"Apa kau gila!" Derald membentak. Pria itu menggeram karena tidak bisa melakukan apapun di situasi yang mendesak seperti ini. Ia merasa tidak berguna jadi sahabat. Ini kali pertama dirinya berada di belakang tubuh Luna. Gadis itu melindunginya dan Derald tidak suka itu.

Allard menaikkan alisnya sebelah, bibirnya membentuk senyuman sinis. "Ah, dengan kata lain kau harus bersedia berada di tempat duduk ini. Tempat bocah ingusan ini berada, kau harus menggantikan posisinya."

"Kau harus memegang janjimu. Lepaskan dia terlebih dahulu."

"Aku akan melepaskannya setelah kita resmi menikah, dan setelah kau menandatangani surat perjanjian. Sekarang, mendekatlah."

Luna menghembuskan napasnya, ia menurut. Berjalan mendekat ke arah Allard yang kembali memasukkan ujung besi panas itu ke dalam bara.

"Luna jangan bodoh! Ahk ... Sialan." Derald yang berada di kursinya memberontak. Hingga kaki kursi itu kehilangan keseimbangann, membuatnya terjatuh.

"Derald ..." Luna ingin menghampiri, tetapi lengannya di tahan.

"Biarkan saja si bodoh itu. Kau tidak boleh pergi, karena aku belum menyuruhmu."

Allard melirik kursi yang tak jauh dari tempat mereka berada. "Ambil kursi itu ke sini, dan duduk di atasnya."

Lagi-lagi Luna menurut, mengambil kursi itu lalu duduk dengan patuh. Menunggu hal menyakitkan yang akan di dapatnya. 

Allard merobek bajunya dengan kasar. Menurunkan baju itu hingga memperlihatkan punggung Luna yang terdapat garis-garis merah memanjang.

Nyes!

Ujung besi panas berbentuk H itu mengenai punggungnya. Luna menjerit kesakitan ketika ia merasa punggungnya terbakar.

"Mulai sekarang kau adalah milikku. Tanda ini yang menentukannya."

Tawa Allard menggema ke seluruh ruangan, lelaki itu bagaikan iblis kematian. Yang menyajikan penyiksaan tanpa batas.

Luna mengepalkan kedua tangannya, dunia baru akan di mulai dari sekarang. Takdir kejam yang tanpa penjelasan menyuguhkannya dalam penderitaan.

Mulai hari ini hingga seterusnya, Luna akan patuh pada semua omongan Allard. Jika tidak, akan ada nyawa-nyawa lain yang menghilang. Nyawa-nyawa yang berada dekat dengannya.

Derald, raihlah mimpimu dan belajarlah dengan baik. Berusahalah menjadi orang sukses dan bangun perusahaan melebihi Washingthon Corp. Lalu setelah itu, setelah itu selamatkanlah diriku dari pria ini. Aku akan menunggumu dengan sabar. Hingga kau mampu meloloskanku darinya.

Ku tunggu beberapa tahun lagi. Tolong jangan membuatku kecewa.

Luna mengucapkannya dalam hati, berharap kata-kata itu sampai pada Derald.

Bersambung...

Hola holaa... jika suka dengan cerita ini jangan lupa di share ke teman-teman yang lain ya. Agar bisa sama-sama suka dengan cerita ini.

Jangan lupa juga follow instagram author: Mesir_Kuno8181

avataravatar
Next chapter