webnovel

PART 7

~~~

" gue pulang ya mr. June by " ujar Sana lebih pada nada mengejek. June terkekeh, bagaimana Sana masih bisa bersikap seperti itu setelah apa yang ia lihat?

~~~

" Mana Sana? " Chen terlihat panik, di apartemennya hanya terdapat June yang sedang mengupas buah apel.

" baru nanyain sekarang?" tanya June santai. dia tak menatap angga sama sekali

Chen berdecak, Chen mengacak rambutnya frustasi. Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa, dan lagi bayangan masalalu itu kembali menghantuinya.

" ngapain sama JiHyo ? " June memandang kaca besar di apartemen Chen yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta.

" gue males bahas dia. " Chen menutup wajahnya dengan frustasi. kenapa kini dia panik ketika Sana tau bahwa ia melakukan 'itu' dengan JiHyo?

Chen bangkit, tekadnya sudah bulat untuk menjelaskan semua ini pada Sana. tapi June menahannya

" mau kemana? " tanya June, ditatapnya Chen. matanya tersorot bahwa ia sangat lelah

" ke apartemen Sana. "

" gamau nyelesaiin proyek? "

Chen menghela nafas, permasalahan ini hampir membuatnya lupa tugas penting yang saat ini sedang dipikulnya.

" cepet kerjain, gue udah ngomong sama klien lo buat minta waktu tambahan. dan dia ngasih cuma satu hari. jadi cepetan " June menyodorkan potongan apel pada Chen yang kini duduk menghadap laptop

" fokus aja sama ini. Sana dan JiHyo nanti kalo lo udah selesai "

~~~~

Sana kini menghadap sebuah cermin rias yang berada dikamarnya. ditatapnya mata hazel yang sembab itu. Seulgi sudah pulang sejak tadi

" kenapa gue nangis?, gue kan ga suka sama CEO busuk itu "

" tapi anak gue? kalo dia lahir gapunya bapa gimana? " Sana mengelus perutnya. entah kenapa dia merasa bahwa ada kehidupan disana.

" gue bisa ngebesarin anak gue sendiri tanpa bantuan dia. lagian dia juga bahagia sama si JiHyo itu "

" gatau ah gue jadi mikirin dia iiih "

Sana melirik handphonenya. takaada satupun pesan atau telfon dari Chen.

" tuhkan liat aja dia juga ga ngehebungin gue. "

" ihhh dasar CEO busuk ! "

~~~~~~

Matahari kembali menyinari kota Jakarta. Sana baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. dia mengelus perutnya dan kemudian tersenyum simpul

" Selamat pagi sayang " sapa Sana pada perutnya sendiri. Sana tersenyum kini ia tidak sendiri lagi di kota jakarta itu.

Sana mengecek Hpnya dan berdecak sebal karna tak ada satupun pesan yang masuk. ia berharap Chen akan meminta maaf padanya, tapi yang ia dapat? tak sesuai dengan harapannya.

Sana turun dari kasur dan langsung menuju kamar mandi. namun ketika ia melangkah hendak masuk, Sana mendengar suara seseorang sedang menggoreng didapur. dan dengan sigap Sana mengambil pemukul baseball yang berada dikamarnya kemudian berjalan mengendapendap menuju dapur.

Sana mendapati seseorang sedang memasak didapurnya. ketika Sana mulai mendekati lakilaki itu, dan melayangkan tongkat baseball kearahnya. Lakilaki itu berbalik dan dengan sigap menarik tubuh Sana kepelukannya.

Tongkat bassbol yang hendak dipukulkan pada lakilaki itu jatuh seiring dengan ambruknya tubuh Sana di pelukan itu. Dada bidang lakilaki itu mampu menahan tubuh Sana yang mungil.

Sana mendongak dan mendapati wajah Chen yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

" mau pukul gue heh " ledek Chen, Sana kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

tangan kanan Chen melingkar di Pinggang Sana, sedangkan tangan kirinya menahan tangan Sana. Chen menarik tubuh Sana untuk semakin merapatkan tubuhnya yang sontak membuat Sana mendelik tajam kearahnya.

" kenapa? " tanya Chen santai

" kenapa tau kode apartemen gue? "

" apa yang gue gatau tentang lo? "

Sana meringis. orang yang tau kode apartemennya itu cuma Sana dan Seulgi. tidak salah lagi kalau sahabatnyalah yang memberikan kode itu pada Chen.

" lepasin tangan gue " protes Sana yang di balas kekehan Chen.

Chen mencium pipi kiri Sana, dan melepaskan pegangannya pada tangan Sana, tetapi ia tetap melingkarkan tangannya di pinggang Sana. jadi meskipun tangan Sana sudah ia lepaskan, Sana masih tak bisa melepaskan diri dari pelukan Chen.

" lo kemarin liat gue sama JiHyo? " tanya Chen menatap mata hazel milik Sana yang menatapnya tajam.

Sana menunduk, ia tak berani menatap Chen yang nanti akan membaca dirinya lewat mata Sana.

" jawab gue San "

Sana mengangguk, dan menatap tajam lagi ke arah Chen.

" gue liat dan gue gapeduli " Sana meronta dengan keras dipelukan Chen, hingga ia berhasil meloloskan diri.

Sana pergi menuju kamar mandi, chen berdecak sebal dan kemudian melanjutkan memasak makanan.

~~~

LINE

Sana mengambil handphonenya yang ia taruh diatas meja. dia menatapnya di depan cermin rias. tak peduli teriakan Chen yang menyuruh ia untuk makan

Seulgi : Ada jadwal kuliah ga lo?

Sana : ada, pak killer itu yang gue gasuka. eh btw lo yang ngasih kode apartemen gue ke Chen?

Seulgi : hehe

Sana : ehhh dasar!!! dia hari ini dateng ke apartemen gue. gue bakalan marah sama lo ya seulgi

Seulgi : yaampun maaf sih. dia dateng sama June kerumah gue pagipagi buta. bayangin aja gimana jadi gue ditodong sama dua cowo

Sana : gatau ah gue pokonya gue marah sama lo. (titik)

Seulgi : issh maafin gue Sanaaaa

Seulgi mengirimkan emoticon puppy eyes pada Sana. Sana terkekeh, dia tak pernah bisa marah kepada sahabatnya yang satu ini.

Seulgi : Sana jaaahat

Sana tertawa, virus alay seulgi mulai bermunculan

Sana : apaan sich

Seulgi : akoeh gax kenapahnapah kok say

Sana : tuh tuhkan alaynyaaa iiih

Seulgi : kamoeh gax marah kan sama akoeh?

Sana : seulgiiiiii

Pintu kamar sana dibuka dengan kasar oleh Chen. Sana menatap Chen, heran dengan kelakuannya akhirakhir ini

" gue bilang makan. denger ga si lo? "

Sana mengangkat sebelah alisnya, ditatapnya Chen lekatlekat.dan dengan santainya Sana menggeleng.

" lo ga kerja ? " tanya Sana heran melihat Chen yang masih betah di apartemennya

" gausah ngalihin pembicaraan. cepetan makan gue udah capecape bikin "

Sana memasang anting disebelah kanan setelah selesai dengan telinga yang kiri. kemudian ia keluar dari kamar karna sudah bosan mendengar ocehan Chen.

" enak gak ? " tanya Chen ketika Sana sedang makan masakannya

" menurut lo? "

" asin dikit "

" tuh tau " balas Sana cuek,

Ponsel Chen bergetar, ponsel yang Chen letakan di atas meja membuat Sana mampu melihat siapa yang menelpon Chen pada saat itu.

" Park Ji Hyo "

to be continued

happy reading

next?

Next chapter