webnovel

PART 32

Chen berjalan tak tentu arah menjauh dari ruang tempat Sana dirawat. demi tuhan dia tidak tau bagaimana jadinya jika Chen mendengar kabar bahwa Sana meninggalkannya.

Chen terus mengikuti kemana kakinya melangkah. pandangannya kosong, pikirannya melayang jauh. Chen tidak dapat berpikir lagi bagaimana ia hidup tanpa Sana nanti.

Memori indah bersama Sana tibatiba berputar ulang di pikirannya. ketika pertemuan tak disengaja, tentang Sana yang menolak menikah dengannya, tentang Chen yang bingung dengan cintanya sendiri. tibatiba semua itu berputar ulang di memorinya, pikirannya dan juga hatinya.

Chen tak peduli, wajahnya sembab karna air mata. hidung dan matanya merah karna Chen terus menangis. Chen hanya ingin istri dan anaknya bisa melewati semua ini dan tidak pergi meninggalkannya.

Chen merasa Sana selalu dalam keadaan seperti ini jika dia bersamanya. dia adalah faktor utama bian dan JiHyo melakukan hal bejat seperti ini. Chen adalah sumber dari segala kesedihan.

Chen merasa dia bodoh, dulu disaat Sana mencintai Chen. dengan seenaknya Chen melukai hati istrinya, dan sekarang? ketika mereka berdua saling mencintai. giliran fisik Sana yang terluka.

" Chen..?" Suara wanita membuyarkan lamunan Chen. Chen mendongak menatap siapa wanita yang baru saja memanggilnya.

Wanita itu terlonjak kaget melihat Chen. " astagaa.. ini kamu Chen?" pekik wanita itu.

Chen tersenyum tipis melihat wanita yang ia kenal yaitu. -Ela- Mantan teman SMAnya juga Mantan kekasihnya waktu SMA. ternyata Ela menjadi dokter dirumah sakit ini, citacita ela dari kecil .

Ela mengusap lembut pipi Chen, menatap Chen iba. " kamu kenapa?" tanya ela.

Chen menggeleng dan tersenyum sebelum ia ambruk tak sadarkan diri dipelukan Ela.

## wedding ##

Chen mengerjapngerjapkan matanya, berusaha adaptasi dengan sinar lampu yang menyorot.

Chen menatap sekeliling kamar yang ia tempati, tidak itu bukan kamarnya. catnya berwarna putih dan bau obatobatan tercium cukup pekat.

" kamu sudah bangun?" Chen menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang wanita cantik yang sedang mensuntikan sesuatu ke tabung infus.

Chen mengangguk dan mengamati wajah wanita itu. sepertinya ia merasa familiar dengan wanita itu.

" ela?" tanyanya ragu, wanita yang bernama ela itu tersenyum manis kemudian mengangguk.

" iya aku Ela. Senang bertemu denganmu lagi Chen " ucapnya, Chen hanya tersenyum.

" kenapa kau berada di rumah sakit? apa ada yang sakit?" mendengar pertanyaan ela, membuat Chen mengingat Sana.

" astagaa Sana!" pekik Chen, Chen menatap sekilas ela kemudian mencabut paksa selang infus yang menempel ditangannya.

" sshh"

" Chen kamu kelelahan " cegah ela, tapi sayang Chen sudah beranjak pergi dari ruangan itu. dan Ela pun mengejar Chen yang sudah seperti kesetanan.

##

Chen memperhatikan ruang tempat Sana dirawat. disana, Didepan ruangan itu Mommy, Daddy, Papa dan Mama Sana menatap Chen iba. Hati Chen mencelos ketika mama ree memeluk Chen dengan erat.

"hikss.. Chen " Mama terisak di dada bidang Chen, Chen hanya menatap mereka bingung.

" ma.. mama ada apa?" tanya Chen, Chen bingung, kenapa semuanya ada disini? June, Seulgi, Wiliam mereka menatapnya iba seolah kasihan dengan apa yang menimpa Chen.

" Sana sayangg.. Sana "kini mommy mendekati Chen. mommy terlihat lebih tegar ketimbang Mama.

" Sana kenapa? baikbaik aja kan?" tanya Chen. Matanya memanas, sekuat tenaga Chen.menahan air matanya agar tidak jatuh.

" Sana.. hiks... Sana meninggalkan kita selamanya Chen.. "

deg.

jantung Chen berhenti berdetak mendengar kabar buruk itu. Jantung Chen seperti ditusuk belati sangat sakit.

" p... ppergi?" Kaki Chen terasa lemas untuk menopang bobot tubuhnya sendiri. June segera meraih Chen ketika sahabatnya jatuh terduduk.

Kini Chen terisak, air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Demi tuhan ditinggalkan Sana sangat jauh dengan harapannya.

" engga.. Sana.. Sana ngga pergi dari hidup Chen mommy " Isak Chen, Chen menangis. menangis menumpahkan semua kesedihannya, Mommy dan mama hanya menatap putranya iba.

" Chen.. Chen lo harus sabar " Ucap June. Chen menepis lengan June yang mencoba menopangnya dengan kasar.

Chen tersenyum miring. " SABAR?! LO MINTA GUE BUAT SABAR?!! DIMANA OTAK LO JUNE " ucap Chen dingin tapi menusuk.

ketika Chen hendak melangkar pergi, tubuh kaku yang didorong dokter dan para stapnya menghentikan langkah Chen.

Wajah itu, tersenyum dalam damai. dan meninggalkan Sana dengan membawa serta anaknya.

Chen menangis histeris, dia menyerang para stap rumah sakit yang mendorong istrinya masuk ke kamar mayat.

" BANGSAT! JANGAN BAWA ISTRI GUE! " Chen berteriak histeris ketika June dan Wiliam menahan tubuhnya untuk tidak menyerang para stap itu.

" LEPASIN GUE !!" bentak Chen pada Wiliam dan June. tapi mereka tak menggubrisnya.

ini adalah titik terapuh Chen. Chen tidak siap ditinggal oleh istrinya ataupun anaknya.

Chen menangis, persetan dengan tampilannya yang berantakan. dia hanya memikirkan Sana yang saat ini meninggalkannya.

" Sana.. " lirih Chen ketika ia melihat Sana yang dimasukan ke dalam kamar mayat.

Mommy dan mama memeluk Chen, tubuh Chen bergetar ketika mama memeluk Chen. pelukan dari mama sama seperti pelukan Sana untuknya. Hangat.

##

Chen menatap sedih gundukan tanah yang masih baru di pemakaman itu. dia sendiri, seluruh keluarganya sudah pergi meninggalkan Chen.

Langit berubah mendung dan sebentar lagi akan meremas apa yang ia kandung. itu seakan mewakili kesedihan Chen dan mewakili perasaanya.

benar saja, Hujan turun begitu derasnya. menyamarkan air mata Chen yang juga turun begitu deras.

" kenapa kamu ninggalin aku secepat ini sayang? bahkan kita belum menggendong baby ataupun memandikannya. kemana kamu yang dulu menjanjikan baby padaku? kemana janji kamu itu Sana?! dan dengan mudah kamu.. hikss... kamu ninggalin aku dan bawa serta anak aku?! kamu jahat "

bahu Chen bergetar, dia terisak ketika mengetahui fakta bahwa Sana meninggalkannya untuk selamanya.

" kamu bangun yah.. aku janji gaakan nakal sayang, aku janji gaakan khianatin kamu. aku janji gaakan goda kamu meskipun itu terpaksa. aku mau kamu sayang.. aku mau kamu bangun, kamu gak dingin apa tidur disini berdua sama anak kita? kamu gak takut sayang? ayok bangun dan pulang sama aku "

Chen mengusap nisan yang bertuliskan Sana JongTozaki. kepalanya ia rebahkan di pusara Sana. hingga pipinya menyentuh tanah itu.

" aku mau kamu sayang, aku mau kamu bangun. aku janji akan ngejagain kamu . aku janji kamu gaakan terluka, aku mohon bangun Sana. kamu gak kasian sama aku?"

Chen menatap nisan Sana. air hujan benarbenar menyamarkan air matanya.

Chen memejamkan matanya, dia membiarkan hujan membasahi tubuhnya. membiarkan hujan bersaing dengan air matanya. membiarkan hujan membunuhnya secara perlahan. hingga pelan tapi pasti sebuah suara menarik perhatiannya.

" bangun sayang.. apa kamu gak kangen sama aku?" suara lemah itu terus menganggu Chen. tapi entah kenapa Chen sulit sekali membuka matanya.

" Chen.. "

to be continued

Hehe penasaran kan:v

next?

Next chapter