webnovel

BOOM PART 19-20

jadi karena aku selalu up nya gak panjang jadi sesuai permintaan kalian untuk up panjang, aku boom part aja yahh:)

Sana membuka pintu dan melihat siapa yang datang ke rumah mereka.

" Seulgi "

Sana membulatkan matanya ketika ia melihat siapa yang berdiri dibelakang Seulgi.

" syakila? "

Syakila memeluk Sana, syakila terlihat menangis. Sana mengelus punggung syakila dan menatap seulgi heran

" Maaf. " Syakila terisak didepan Sana, Sana mengangguk tak mengerti

" maaf untuk apa? "

" maaf untuk semuanya. "

Chen turun dari atas dan melihat syakila sedang mengobrol dengan Sana.

" Aku maafin. tapi kenapa kamu ada di Indonesia? " tanya Sana, Sana melihat kemana syakila memandang. Syakila melihat Chen yang juga berbalik menatapnya.

" kenapa? " tanya Sana pada syakila yang memandang Chen penuh arti.

Syakila menggeleng dan tersenyum.

" Ayo masuk. " Ajak Sana, seulhi segera menghampiri Chen yang masih menatap syakila aneh.

~~~

" Siapa itu? " Tanya Chen. Chen memang tidak mengetahui Syakila, tetapi tadi syakila memandangnya penuh arti.

" syakila, temen Sana waktu SMA " Seulgi menarik Chen menuju dapur. dapur memang terletak di bagian belakang rumah.

" kenapa? " tanya Chen semakin aneh melihat tingkah Seulgi.

" syakila. dia itu pelaku penembakan "

Mata Chen membulat, wajahnya dengan cepat memerah. tak sadar Chen mengepal sendiri tangannya.

" dia? "

Seulgi mengangguk, Cheb semakin marah. " iya.. sama JiHyo "

" JiHyo? " Mata Cheb berubah sayu. dia tak menyangka JiHyo akan sejahat itu padanya. pada dia.. pada dia yang dulu mengorbankan nyawa untuknya.

Seulgi memegang tangan Chen, sangat tau bagaimana perasaan Chen saat ini.

" lo harus tegar "

Tibatiba, terdengar suara gebrakan pintu dan jeritan Sana. Chen dan seulgi mendapati Sana yang sedang di sandera oleh syakila.

seulgi menatap panik mereka. dan suasana saat itu cukup tegang.

" JANGAN MENDEKAT ! " syakila menempelkan sebuah pisau di leher Sana, Sana menangis. menatap Chen penuh harap.

Pisau yang dipegang syakila adalah pisau yang di peruntukan untuk memotong buah yang tadi ada dihadapan Sana dan syakila. mendengar sirine polisi dan gebrakan pintu, Syakila dengan cekatan menyandera Sana dan menempelkan pisau itu dilehernya.

Semua yang berada disana cukup tegang, Detektif Tyo, June yang ikut detektif tyo, Chen dan beberapa polisi lainnya. bahkan seulgi mulai menangis.

" lepasin dia " Chen dengan lambat mendekat. Syakila segera menghardik Chen.

" JANGAN MENDEKAT ATAU DIA AKAN MATI !! " syakila menangis, dia tidak mau mati dipenjara.

" aku mohon.. aku mohon lepaskan istriku " pinta Chen, " sudah cukup kamu mengambil anakku. tapi aku mohon jangan dia.. jangan diaa "

Ucapan Chen kali ini menganggetkan Sana, Sana menatap Chen yang terus melihat syakila.

" anak kita? " Sana mengelus pelan perutnya. " Chen.. anak kita? " Sana mulai menangis, Chen melihat Sana yang mendengat ucapannya.

" AKU BILANG JANGAN MENDEKAT ANGGA ! " bentak syakila, Sana seperti tak peduli sakit akibat goresan kecil pisau dilehernya.

" Cheenn anak kitaaa ! " Sana mulai terisak, Chen semakin dibuat bersalah olehnya.

" aku mohon syakila lepaskan Sana " Bujuk seulgi, air matanya terus mengalir.

" Syakilaa aku mohon lepaskan Sana. sudahh.. sudah cukup anaknya tapi tidak dengan dia syakila " Tambah June, Berharap syakila luluh dan melepaskan Sana.

" AKU BILANG JANGAN MENDEKAT CHEN !!! " syakila mundur dan menarik paksa Sana, Pisau itu terus menggores kecil leher Sana. tetapi Sana tidak peduli. yang sangat menyakitkan kali ini adalah dia kehilangan anaknya.

Tak lama mommy Chen datang kerumah anaknya dan kaget melihat mobil polisi terparkir di halaman.

" Cheennn ini ada apa" Semua menoleh pada Mommy yang baru masuk ke dalam rumah " ASTAGAAAAA Sannaaa" Mommy menjerit dan menangis, Syakila dan Sana memandang mommy yang langsung terkulai lemas.

" lepasin dia " ucap Chen ketika seulgi dan June mengurus mommy yang pingsan.

detektif tyo tidak melakukan negosiasi apapun dengan Syakila. beberapa polisi hanya bersiap dengan senjata mereka.

blughh!!!

Syakila jatuh tersungkur ketika salah satu polisi mendorong tubuhnya. polisi itu segera memborgol tangan syakila. Polisi itu datang dari pintu belakang rumah Chen dan menyusup ke ruangan kerja Chen yang berhadapan langsung dengan ruang tamu.

Sana jatuh lemas, bukan karna luka dilehernya tapi Kenyataan bahwa ia kehilangan anaknya.

" kamu gapapa? " Chen merangkul amanda yang terlihat sedih.

" anak kita? "

Sana merangkul Sana ke atas menuju kamar mereka, dibawa sudah diuruskan oleh detektif tyo, seulgi dan June. Mommy masih berbaring di kamar tamu.

" kamu gak papa? " ulang Chen, Chen mengobati luka di leher Sana.

Sana menepis tangan Chen yang mengobati lukanya.

" kenapa? " Sana menangis, Chen menatapnya sendu. " Kenapa !! kenapa harus anak kita Cheennn. kenapa ngga gue aja? "

Chen memeluk Sana yang menangis, tetapi Sana terus saja berontak.

" hiksss.. kenapa harus dia. " Chen menitikan air matanya tapi dengan cepat dia hapus.

" kenapa harus anak kitaaa " Sana terus menangis, dia tak peduli dengan luka dilehernya.

" Chen jawab aku !!!! " Chen mengecup kening Sana lembut, Ini cobaan paling berat untuk mereka berdua.

~~~

Chen dan Mommy memandang Sana yang tertidur lelap. mata Sana terlihat sembap karna kebanyakan menangis.

" sabar ya sayang " Mommy mengelus punda Chen, Mommy sudah tau bahwa Chen dan Sana kehilangan anak mereka.

Mommy duduk menghadap Chen kemudian memeluk putra tunggalnya itu.

disitulah... dipelukan Mommy Chen menangis, bukan karna cengeng, tapi pernahkah kalian kehilangan Orang yang kalian sayang dengan cara yang tragis?

" Momm.. maafin Chen "

Mommy mengecup rambut anaknya. Mommy juga menangis, dia merasakan bagaimana rasanya jadi Chen.

" nggak sayang kamu nggak salah.. "

Chen semakin menangis mendengar mommy mengatakan itu.

" Chen gak bisa jagain Sana. Chen gak bisa jagain Jia Bao mom " Chen mengingat bagaimana dia dan keluarga menguburkan Jia . Angga memberi nama Putra pertamanya Jong Jia Bao.

Mommy mengelus punggung anaknya.

" Sayang.. yang lalu biarlah. dan dimulai dari saat ini kamu harus jagain Sana. mommy sayang Sana, Kamu sayang Sana bukan? "

Chen menatap mommynya, dia juga masih bertanya pada hatinya. apa ia sayang Sana?

" Mommy mohon untuk kali ini jaga dia " Cheb mengangguk, Mommy menghapus air mata anaknya dan pamit pulang.

~~~

sinar matahari menyilaukan Chen yang masih tertidur pulas, tapi tidak dengan Sana. matanya terbuka tapi ia tak beranjak dari pelukan Chen.

Chen memang memeluk Sana ketika ia tidur, Dan saat ini Sana tak beranjak dari pelukan Chen.

®®® Amanda PoV ®®®

aku menatap wajah itu, wajah itu yang saat ini sangat dekat denganku. wajah itu yang mendekap tubuhku saat aku jatuh.

Aku tidak berpikir bahwa peristiwa itu merenggut separuh nyawaku. Aku merasa bahwa saat ini gairah hidupku seiring dia meninggalkanku. Anakku... maafkan Mama.

Aku semakin membenamkan wajahku pada tubuhnya, tubuh itu yang menjagaku siang dan malam. tubuh itu yang terus menjagaku.

apakah dia mencintaiku? jika iya tolong beritau. karna aku ingin mengembalikan separuh nyawaku dengan cintanya.

Aku tau kami menikah bukan atas dasar Cinta, tapi entah sejak kapan dia mulai memberikan perhatiannya. atau dia hanya perhatian ketika aku sakit?

Sudah cukup dengan cobaan kami saat ini. saat ini aku adalah istrinya dan dia adalah suamiku. kami masih punya kehidupan.

Aku harus merelakan separuh nyawaku pergi dan mengembalikan separuh nyawaku itu dengan cintanya.

®®® AUTHOR POV ®®®

Sana mengusap air matanya dan dengan pelan dia bangkit dari pelukan Chen, mempersiapkan kebutuhan Chen untuk berangkat ke kantor.

~~~~

" San? " Chen mencari Sana, Sana sudah tidak ada ketika ia bangun. Sana muncul dari balik pintu.

" cepetan mandi, bajunya udah aku siapin di sofa. terus kebawah ya sarapan " Sana tersenyum manis kemudian menghilang dibalik pintu.

Chen merasa Aneh tapi ia juga bersyukur bahwa istrinya seperti itu. Chen kemudian mandi dan menggunakan pakaian yang disiapkan Sana.

Chen turun kebawah dan menuju dapur, di meja makan dia melihat ada beberapa masakan yang disiapkan oleh amanda.

" Banyak banget masakan nya,aku coba yah sayang " ucap Chen tersenyum dan menyendok sayur sop yang dibuat Sana.

" enak sayangg "

Sana tertawa melihat suaminya makan dengan lahap.

"Alhamdulillah "

setelah selesai dari kamar mandi untuk menggosok gigi, Chen keluar dan memanggil Sana yang sedang membereskan piring. Chen memang belum mempunyai pembantu rumah tangga.

" sayangg.. nanti siang ke kantor ya sama mas udin,aku temenin kamu check up " ujar Chen, Sana mengangguk dan melihat dasi Chen.

Sana meraih dasi Chen dan kemudian membetulkannya. Chen mengusap pucuk kepala istrinya. dan menciumnya lembut.

" udah berangkat sana "

" ini? " Chen menunjuk pipi kanannya, Sana menciumnya.

" ini? ' tunjuk Chen pada pipi kirinya. Chen tersenyum geli kemudian menciumnya.

" ini?? " Chen tersenyum jahil dan menujuk bibirnya. Sana tertawa

" udah ah sana "

cupp

Chen mengecup bibir Sana kemudian berlari kabur.

" curang huu.. ati ati dijalann "

" oke bosss "

Sana tersenyum dan kembali membereskan Piring kotor.

~~~~~~~~~

Sejenak ia mengingat anak mereka dan juga mempertanyakan Chen, apa Chen mencintainya?

~~~

June terlihat serius mengerjakan sesuatu di ruangan Chen. ruangan itu cukup besar dan dari ruangan Chen.

" Gila gilaaa. tu si rose ngga bilang bilang mau resign " Chen gak bisa diam. dia pusing memikirkan Rose sekretarisnya.

" ya lo ngerti lah dia itu mau pindah ikut suaminya ke Korea. " Ucap June, June memang diminta Chen datang kekantornya untuk menyelesaikan tugas Rose. June dengan senang hati mengerjakannya karna memang saat ini perusahaannya dalam keadaan tenang.

" Tapi gue gak mau ya kalo disuruh jadi sekretaris lo " ucap June kemudian. Chen berdecak sebal.

" yakali siii... terus gue harus nyari siapa buat jadi Sekretaris gue? " Chen berpikir sejenak " Seulgi? "

June membulatkan matanya dan menggelengkan kepala.

" no no no. mrs. June gak boleh kerja. lagian dia itu kuliah ngga ngambil jurusan buat jadi sekretaris "

" terus jurusan apa? " tanya Chen, Chen ingat kalau Sana juga sekelas dengan seulgi.

" jurusan buat jadi ibu dari anakanak gue hahaha "

" sial lo " kesal Chen, disaat seperti itu June masih bisa bercanda, padahal Chen sudah sangat bingung.

" aku aja. " Suara lembut seseorang menarik perhatian Chen maupun June. Ternyata Sana sudah berdiri di depan pintu.

" biar aku yang jadi sekretaris kamu " lanjut Sana ketika ia hanya mendapat respon tatapan dari Chen, Sana kemudian menghempaskan duduknya disamping June, dan meraih laptop yang dipegang June.

" Aku kerjain ya? " tanya Sana pada June dan Chen. tapi kedua lakilaki itu tak merespon, mereka hanya menatap Sana kagum.

Sadar dengan tatapan mesum June pada Sana, Chen segera melempar June dengan pulpen yang ada ditangannya.

" jangan diliatin mulu kampret. dia istri gue " kesal Chen, Sana tertawa.

saat itu Sana memakai Dress sederhana selutut. rambut hitamnya ia biarkan tergerai dengan polesan makeup yang cukup natural.

" sialan lo " Gerutu June kemudian keluar, meninggalkan Chen dan Sana yang sibuk mengerjakan sesuatu di laptop.

Chen duduk disamping Sana dan membantu Sana mengerjakan itu.

" ini dipersenkan yah? atau dibagi dulu. tapi kalo dibagi rasanya nggak bisa soalnya nanti hasilnya bakalan kecil terus ke Tempatnya juga sama. "

Chen tak menggubris penjelasan Sana, dia hanya memandang wajah Sana saja. kemudian mengecupnya tanpa izin.

Sana mendelik kesal pada Chen.

" liatin ini Cheennn "

" apaan sih yang? aku maunya liat kamu nggak mau liat itu " Ucap Chen manja. Sana terkekeh geli

" ohh jadi kalo sekretaris kamu lagi ngejelasin juga kamu kaya gini? " Goda Sana.

" apa? enggak lah. kalo dia ngejelasin aku perhatiin nggak kaya aku sama kamu. " Elak Chen, Sana hanya tertawa.

" hahaha iyaiya. yaudah sini perhatiin "

Chen merangkul Sana dan menatap laptop, mendengarkan apa yang dijelaskan oleh istrinya tersebut.

~~~

" check up perut kamu yu " Ajak Chen ketika tugas mereka sudah selesai.

" udah tadi sama mang udin. "

" loh kok ngga sama aku sih? " Chen menatap Sana, dia purapura ngambek. hahaha

" aku takut kamu sibuk "

" kan aku udah bilang mau nemenin kamu " Chen memanyunkan bibirnya sebal.

" iyaiya aku minta maaf deh "

" gak mau maafin. " kesal Chen.

" loh kok gitu? maafin yaaa " Rayu Sana

Chen menggeleng, bibirnya tetap mengerucut. Chen menunjuk bibirnya seakan meminta Sana untuk mengecupnya.

" ini duyyyu "

" dihhh ada maunya. udah ah maafin yaa "

" engga. ini dulu " Ucap Chen terus menunjuk bibirnya.

Cupp.

Sana mengecupnya sekilas, Setelah itu Chen tersenyum.

" Chen. kan aku jadi sekretaris kamu, terus siapa yang jaga rumah kita? "

" nanti kita cari pembantu aja ya sayangg.. " ujar Chen mengelus tangan Sana lembut.

Sana mengangguk, " udah sana kerja bos " goda Sana.

Sana merebahkan dirinya disofa Chen dan menyangga kepalanya dengan bantal sofa.

" aku cape. kamu kerja aku tidur ya " ujar Sana kemudian mengecek handphonenya.

Chen mengangguk dan kembali ke meja kerja. meninggalkan Sana yang berbaring di sofa.

Sana mengecek google maps dan tempat yayasan anak yatim piatu disekitar jakarta. berharap ada anak yang ia inginkan nyangkut disana.. hahaha

" yangg udah makan? " tanya Chen, tetapi Chen tak melirik Sana . Chen masih fokus dengan laptopnya.

" kalo belum makan nanti aku suruh ob buat bawain makanan kesini "

" yangg kok nggak jawab aku sih? "

Chen menoleh sedikit dan mendapati Sana sudah tertidur pulas di sofa. dengan handphone yang berada di dadanya.

Chen menghampiri Sana dan mengecup keningnya. dia mengambil selimut dilemari. selimut itu biasanya yang dipakai Chen kalau Chen sedang lembur seperti sekarang ini.

tapi lembur malam ini terasa sangat beda, karna kehadiran Sana yang menemaninya.

Chen menyelimuti tubuh mungil Sana dan meraih handphone yang berada di dadanya. Chen mengucup pipi Sana dan keningnya

" tidur nyenyak sayang "

Ketika Chen hendak pergi. Dia melihat ponsel Sana. Chen kemudian mengambilnya dan melihat apa yang Sana cari.

" Yayasan yatim piatu? "

Chen menatap wajah pulas Sana. menatap sendu Sana dan menaruh kembali handphone Sana ke atas meja.

~~~~

Matahari pagi bersinar terang, Sana merasa tidurnya malam tadi sangat nyenyak.

" aaaah merdekaaaa " Teriak Chen dan sesekali meregangkan tubuhnya. " udah bangun sayang? " Tanya Chen ketika Sana bangun.

Sana mengangguk dan menatap Chen.

" engga tidur? " tanya Sana, dia berusaha mengumpulkan semua nyawanya.

Chen mengangguk dan menghampiri Sana yang berada di sofa kemudian menaruh kepalanya di paha Sana.

" iya cape banget " Keluh Chen. Sana tersenyum dan mengelus kepala suaminya.

" maaf ya aku tidur " Ucap Sana.

" iya sayang. oh ya besok pulang ke Bogor yuk ? "

Sana membulatkan matanya mendengar ucapan Chen.

" pulang ke Bogor? "

Chen mengangguk mantap " iya ketemu papa sama mama " ucap Chen.

" beneran? " Tanya Sana antusias matanya mulai berkacakaca

Chen duduk menghadap Sana. Chen menatap istrinya.

" iya. kita pulang ke Bogor tapi cuma 1minggu gapapakan? " Chen mengelus rambut Sana dan mengecup pucuk kepala Sana.

Sana meneteskan air matanya dan mengangguk. " Ajak seulgi sama June ya? "

Chen mengangguk dan tersenyum, kemudian memeluk Sana.

~~~

@keesokan harinya

Saat ini Chen seulgi Sana dan June berada dalam Mobil. mereka semua pulang ke Bogor.

" Chen " Ucap Sana, Sana melirik Chen yang memejamkan matanya. Chen tertidur.

" terimakasih " lanjut Sana, Sana merebahkan kepalanya di pundak Chen. Sana merasa itu sangat nyaman. berada disisi Chen sangatlah nyaman, tetapi apa Chen mencintainya?

Sana memejamkan matanya dan ikut tertidur karna perjalanan dari Bogor- jakarta lumayan jauh

~~~

Chen membawa koper mereka begitupun June membawakan koper milik seulgi. mereka sudah disambut keluarga Sana.

" sayaaaaaaaaaaaaang " Mama ree berteriak kencang ketika melihat Sana dan seulgi. mama ree kemudian memeluk kedua anaknya. Mama ree memang menganggap seulgi adalah anaknya juga.

" mama kangen " ucap seulgi. Mama seulgi tidak ikut untuk menyambut anaknya, Mama Sisil atau mamanya seulgi adalah sahabat kecil dari Mama Ree itu sebabnya seulgi dan Sana layaknya kaka beradik.

"yahh mama meluk anaknya mulu. kapan meluk menantunya? " ledek Chen. mama tertawa kemudian memeluk Chen dan June

" apa kabar kalian sayang? " tanya Mama.

" baik ma " jawab June,

" ateeeeeeeeuuuuuuuu " Teriakan cempreng nan imut membuat perhatian Sana, seulgi, Chen dan June teralihkan. disebrang mereka seorang anak kecil yang baru berumur 3 tahun berlari.

"sayang jangan lariilarian " Sana berteriak, namun gadis kecil tak menggubris perkataannya. di belakang gadis itu seorang wanita muda mengejarnya.

" ateu Sanaaaa " Beberapa kali gadis kecil itu menabrak orang dewasa yang lewat didepannya dan beberapa kali juga jatuh..

" ateu eulgiiii " teriak gadis kecil itu. June dan Chen memandang gadis kecil itu gemas.

~~~

" ateu Aanaaaa.. mana oleholeh buat Caca? " Dengan polosnya gadis kecil yang bernama Michelle aleka itu merentangkan telapak tangannya. Caca duduk dipangkuan Sana di mobil.

" nanti ya sayang. ada di Ateu kok " ucap Sana lembut kemudian mencium pipi cubby Caca

" sayangg duduk sama ateu seulgi yaa " bujuk swulgi mengingat perut Sana masih dalam masa penyembuhan.

Caca mengangguk dan berpindah ke pangkuan Seulgi.

" ateu.. ciapa meleka? " Tanya Caca menatap June dan Chen yang duduk dibelakang seulgi dan Sana.

June maupun angga tersenyum manis tapi ditatap takut oleh Caca.

" jangan takut sayangg. kita gak gigit kok " ucap Chen menatap lembut Caca. Sana tertawa melihat Caca yang takut melihat Chen dan June.

" hehe iya sayang jangan takut yaa " dukung June.

" ateu euigiii.. Caca. Caca takut cama meleka " Caca memeluk seulgi erat, tawa Sana semakin keras

" makanya June kalo punya muka tuh gantengan dikit kaya gue jadinya si Caca gak takut sama lo " ledek Chen

" apaan . sama lo juga dia takut Chennn berarti dengan kata lain lo itu jelek hahahaha "

" ngomong apa lo? "

" eehh eenggak engga hehe "

Sana tertawa, seulgi juga dan mengelus punggung Caca yang memeluknya erat.

.....

.........

...........

.......

........

.........

.....

......

...

to be continued

Happy reading

next?

Next chapter