webnovel

Menyangkut Harga Diri

"Ngomong-ngomong yang Kamu anterin tadi pagi itu, siapa? Aku tidak tahu kalau kamu punya temen-temen cewek yang punya mobil kayak, gitu? Kayaknya mereka orang kaya? Mana mereka cantik-cantik, lagi?" tanya Sam ketika mereka lagi ada di kosan.

"Aku juga kenal belum lama kok, jangan bilang kalau kamu mengincar salah satu diantara mereka?" tebak Karel membuat Sam memutar bola matanya dengan malas.

"Yang bener aja aku naksir sama mereka? Sebelum kita naksir sama orang alangkah lebih baiknya kalau kita sadar diri dulu, mulai dari kendaraan deh lihat mereka punya mobil sedangkan aku tidak punya. Ya punya sih tapi kan itu punya orang tuaku bukan punyaku sendiri dan kalau dilihat dari segi penampilannya,.sudah bisa ditebak mereka itu cewek-cewek sosialita dan cowok kayak aku begini mana mungkin bisa ngasih makan mereka. Bahkan bisa jadi skin care yang mereka pakai, harganya lebih mahal dari gajiku sebulannya, haduhh pusing deh kalau udah mikirin soal duit," ujar Sam seketika membuat Karel berpikir.

"Memangnya kalau semisal si cowoknya tidak punya duit banyak, berarti tidak boleh berpasangan sama cewek yang punya duit banyak, gitu?" tanya Karel.

"Ya sebagian ada yang mengatakan boleh-boleh aja, tapi kalau menurutku lebih baik kalau kita cari pasangan yang kastanya tidak terlalu tinggi jadi kita masih bisa menjangkaunya, tapi kalau kayak mereka udah kelihatan banget enggak bakalan mampu kayak kita gini ngidupin mereka, kecuali tiba-tiba jadi orang kaya atau tiba-tiba ada yang ngasih kita miliaran, terus kita bikin sebuah usaha kita taruh di beberapa lokasi, baru deh dari usaha tersebut kita bisa menghidupi mereka," jelas Sam dengan segala khayalannya.

"Tapi kalau seandainya kita tetap mencintai dan sudah terlanjur jatuh hati sama cewek dari kalangan orang kaya gimana dong?" sahut Andi yang baru saja kembali dari dapur sembari membawakan cemilan untuk menemani mereka bertiga mengobrol.

"Ya kalau menurut aku itu berat banget, alangkah baiknya mencari tahu terlebih dahulu sebelum semuanya terlanjur. Kita kan laki-laki sebagai laki-laki nantinya kita akan bertanggung jawab terhadap pasangan kita, bayangkan aja deh gimana perasaan kamu kalau nanti, kamu mengetahui gaji pasangan kamu lebih besar daripada gajimu? Pasti ada rasa iri, tidak enak, minder, dan segala macamnya. Mereka bisa menghasilkan gaji gede tiap bulan, sedangkan kita cuma segitu-gitu aja pasti ada rasa sakit tersendiri," ujar Sam yang dibenarkan oleh teman-temannya.

"Aku juga tidak mau kalau nantinya punya istri, dengan penghasilan lebih tinggi daripada aku. Karena biasanya kalau cewek udah punya penghasilan tinggi dan merasa dia bisa beli semuanya, dia tak butuh bantuan dari laki-laki. Dari situlah muncul sikap seenaknya dan tidak menghargai terhadap pasangannya," sahut Andi.

"Rel? Biar aku tebak deh, kamu pasti belum pernah pacaran kan selama ini?" tebak Sam membuat Karel menyengir.

"Darimana kamu tahu?" heran Karel karena dianya tidak pernah menceritakan soal kisah asmaranya sama sekali.

"Kelihatan banget, kamu kayak masih bingung dengan obrolan kita. Masa iya kamu dari SD sampai kuliah belum pernah pacaran sama sekali?" tanya Sam.

"Belum, dari dulu aku tidak pernah diperbolehkan untuk lebih jauh dekat dengan perempuan. Orang tuaku selalu mewanti-wanti setiap pulang sekolah, harus langsung pulang ke rumah dan mengerjakan tugas tidak boleh pergi main apalagi sama cewek-cewek," jawab Karel yang ingat banget bagaimana disiplin orang tuanya dalam mendidiknya.

"Wahh aku dulu juga pernah digituin sama orang tuaku, tapi aku tetap main sana-sini dan enggak begitu peduli dengan larangan mereka. Aku iri lah melihat teman-temanku main bola habis pulang sekolah, terus aku disuruh cuma diam diri di rumah dan berkutat sama buku mulu ya aku enggak mau," tolak Sam membuat yang lain terkekeh.

"Kenapa saat itu aku menurut? Karena di kampungku waktu itu lagi marak banget cewek-cewek SMA yang hamil di luar nikah, bahkan ada beberapa teman-teman sekelasku yang kayak gitu juga. Maka dari itu orang tuaku melarang aku untuk bergaul dan main terlalu jauh, takutnya aku ikut ke dalam pergaulan bebas yang kayak gitu," jelas Karel.

"Ah pantas aja sih kalau mereka melarang kamu gara-gara alasannya itu, pokoknya jangan sampai kita melakukan hal seperti itu apalagi di luar nikah. Karena aku punya keyakinan kalau kita sudah melakukan itu lebih dulu, pasti setelahnya masa depan kita bakalan berantakan. Kecuali kalau kita nikah dulu baru kita melakukannya nah dari situ rezeki akan mengalir," ujar Andi.

Begitu mereka menyelesaikan sesi curhat mengenai percintaan, Karel terpaksa pamit duluan karena harus pergi dengan alasan harus narik penumpang, padahal yang sebenarnya adalah ia disuruh datang ke rumahnya Yasmine karena si tante ingin bertemu.

Karel hari ini hanya mengenakan pakaian biasa dan tidak membawa jaketnya yang berwarna hijau, entah apa yang diinginkan wanita itu tapi yang jelas si tante menginginkan agar hari ini dirinya tidak perlu narik ojek.

Ting Tong Ting Tong!!

CEKLEKKK!!

"Eh, Karel? Masuk gih, istri kamu lagi mandi," ujar Yasmine membuat Karel mengerutkan keningnya.

"Istriku, siapa?" heran Karel membuat Yasmine terkekeh.

"Milea, dia kan istri kamu. Gimana, sih? Apa kamu lupa kalau kalian sebentar lagi, akan menjadi pasangan suami istri walaupun pura-pura sih," ujar Yasmine membuat Karel tersenyum kecut.

Sembari menunggu si tante selesai mandi, Karel memutuskan untuk memainkan game di ponselnya daripada gabut dan tidak tahu harus ngapain. Sedangkan si pemilik rumah, sedang membuatkan minuman dan juga mengambilkan cemilan untuk kamu.

"Ngomong-ngomong kalau aku boleh tahu, temen kamu yang tadi pagi bawa mobilku ke bengkel itu namanya siapa?" tanya Yasmine sembari menaruh makanan yang dibawanya di atas meja.

"Oh dia namanya, Sam." jawab Karel.

"Bagus juga namanya, apa aku boleh minta nomor ponselnya?" pinta Yasmine membuat Karel keheranan.

"Buat apa?" tanya Karel.

"Ya aku mau ngucapin makasih sama dia, karena dia udah bawa mobilku ke bengkel dan berkat dia juga mobilku bisa cepat diservis," ujar Yasmine membuat Karel berpikir sejenak.

"Emm aku tidak bisa memberikan nomor temanku ke sembarang orang, tapi coba nanti aku tanyakan dulu padanya kalau boleh langsung aku kasih ke kamu besoknya." Karel tentunya harus meminta izin dulu kepada sahabatnya, takutnya nanti temannya marah kalau ia lancang memberikan nomor begitu saja.

TAP TAP TAP!!

Obrolan mereka terhenti begitu mendengar suara langkah kaki orang yang menuruni tangga, Karel menatap ke arah sumber suara dan melihat seorang wanita cantik bak bidadari menuruni tangga sembari menenteng tas di tangannya.

"Apa kamu lihat-lihat, ha?" ketus Milea.