8 Run ! Run ! Run !

Tidak berhenti sampai disitu, Bu Ratna pun juga semaksimal mungkin menghubungi pihak kepolisian setempat untuk mencari keempat muridnya, namun dikarenakan bukti yang belum konkret, mereka menghentikan pencarian. Bu Ratna masih menyembunyikan hal ini, masing-masing orang tua dari keempat siswa itu, salah satu dari murid pun sempat berkata bahwa ini ada kaitannya dengan hal mistis, namun hal itu masih tabu dimata Bu Ratna.

Selagi Bu Ratna mencari keberadaan muridnya, Michael yang tertinggal oleh sahabat-sahabatnya harus sendiri melepas lelahnya, mungkin berdua dengan "Bu Sekar". Michael pun merasakan bahwa ada sesuatu yang janggal di hatinya, "ada apa sebenarnya dengan wanita itu?", namun Michael menepis perasaan itu dengan mengingat bahwa Bu Sekar juga memiliki beberapa sisi positif.

"Enak ya disini, udaranya seger, beda sama di kota" Vina yang berlari-lari sambal tertawa bahagia, angin mengibaskan rambutnya yang mengkilau. Vito dan Laura hanya berjalan perlahan mengikuti Vina, sembari menikmati pemandangan desa yang asri di sisinya. Namun, ada sesuatu yang mengejutkan mereka, ada sebuah pemandangan yang cukup dapat membuat bulu kuduk berdiri, bahwa warga penghuni desa memiliki postur wajah yang sama dan secar bersamaan, para warga desa menatap mereka dengan tajam.

"guys, gue bingung deh, kenapa ada desa seluas ini di tengah hutan? dan orang-orangnya kok aneh begini, termasuk Bu Sekar" Vito yang tampak kebingungan, membagikan pikirannya pada sahabat-sahabatnya, "Bahkan tadinya gue gak percaya, karena desa ini sempet ilang kemaren dan tiba-tiba muncul lagi waktu Bu keluar" Laura pun juga merasakan hal yang sama, dan ia pun juga membagikan perasaan itu pada Vito. "Udahlah guys, gausah negatif-negatif, disini seru lho, mendingan kalian lari-lari nih kayak gue, mumpung viewnya bagus" Vina bersenandung ria, namun berbanding terbalik dengan sikap Vito, kembarannya. Vito cenderung lebih optimis dan selalu melihat sesuatu sesuai fakta yang ada.

Sudah lebih dari satu jam mereka berjalan-jalan ke keluar menikmati pemandangan, rasa lelah dan dahaga pun mulai timbul. "guys, kita istirahat dulu yuk" Vina tampak lelah dan penat seusai bermain dan berlari-lari menyusuri desa. "Eh, ada tukang tukang es tuh disitu, beli yuk" Vina yang sangat bersemangat berlari menghampiri penjual es itu layaknya anak prasekolah. Namun, Laura menahan tangan Vina yang penuh gairah itu "Vin, gausah beli deh vin, ini kampung udah gak bener, perasaan gue dah gak enak, mendingan abis ini kita jemput Michael trus kita cabut" Vina tampak murung mendengar pernyataan sahabatnya itu, namun ia berhasil mengalahkan egonya.

Setelah kejadian itu, mereka mulai menempuh perjalanan untuk kembali menuju rumah Bu Sekar, mereka pun sudah tidak dapat menahan rasa lelah mereka. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka merasakan penat yang luar biasa hingga kaki mereka mati rasa, namun ada suatu hal yang membuat mereka terkejut. Vina yang berjalan di depan tiba-tiba menghentikan langkah sahabatnya, "Eh, guys...guys....guys... ini bukannya jalanan yang tadi ya" Vina mengingat dengan amat jelas bahwa itu adalah jalan yang ia lalui sebelumnya, "eh iya ya, itu tukang es yang tadi" Vito mengulurkan tangannya ke arah utara, dan semua berjalan seperti dugaan mereka, memang terbukti bahwa ada tukang es di depan mereka.

"Vin, gimana nih? takut banget gue, daritadi kan udah gue bilang harusnya kita balik" Laura menangis sesegukkan, ia seperti hilang harapan. "Guys, udah kalian semua gausah nangis, kita ikutin aja jalan ini lagi" Vito bersikeras untuk menyusuri jalan yang sama sebelumnya, ia berharap agar mereka bisa kembali ke rumah Bu Sekar. Setelah lebih dari 4 jam perjalanan menempuh desa, mereka sangat lelah dan kaki mereka nyeri. Namun, betapa terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa mereka telah menempuh jalan yang sama untuk kedua kalinya.

avataravatar