webnovel

Arif

Saat bubaran sekolah, aku jalan keluar sekolah untuk ke persimpangan tempat biasa aku nunggu angkutan umum, jalan sendiri karena Dwi sama Sari masih ada urusan disekolah.

Aku memang selalu naik angkutan umum kalo pulang sekolah, karna pak Toyo pasti sudah mangkal di daerah Malioboro, kasihan kalau harus jauh-jauh jemput aku ke sekolah untuk antar kerumah.

Waktu di depan gerbang sekolah, ada motor yang nyamperin aku dan berhenti di sampingku, ternyata itu si anak baru! mau apa dia?

Dia nanya gini;

"Hai, kamu Araya kelas 2 IPA 1??" Dengan sedikit logat Bandungnya.

"Iya, kenapa?"

"Enggak, takut salah."

"Ooh, iya" entah kenapa aku hanya bisa bilang gitu.

"Aku duluan ya??"

Kujawab hanya dengan sedikit senyum dan bahasa tubuh mempersilahkan.

Ih! Apaan sih, gak jelas! ngapain dia nanya aku benar Araya atau bukan, memangnya siapa lagi disekolah ini yang namanya Araya?? Cuma aku, jadi mana mungkin salah! Halah! Modus doang, kebaca banget! Basi!

Eh, Tapi dia kan anak baru, bisa jadi dia memang gak tau?? Haaaah...entahlah, kenapa juga aku yang ribet??!

Pikiranku seperti disibukkan dengan apa yang baru di lalukan si anak baru itu sampai-sampai aku gak sadar bahwa angkot yang aku tunggu sudah datang.

"Dek, naik gak?  Dek!"

"Eh, iya mas ke simpang perumahan griya indah mas."

Setelah duduk di angkot aku masih saja kepikiran si anak baru itu, apa sih maksudnya! Biasanya juga orang ngajak kenalan, ini malah cuma nanya, yakin banget dia kalo aku tau namanya sehingga dengan pedenya dia gak nyebutin namanya, walaupun memang aku sudah tau, kau pasti paham maksudku kenapa aku jadi jengkel, iya kan!?

Sampai dirumah aku langsung kekamar, ganti baju kemudian ke kamar mandi bersih-bersih terus makan ditemenin si bibi.

Pas sedang makan, ada telfon bunyi si bibi yang angkat terus gak lama dateng lagi ke aku dan ngasih tau kalo ada telfon dari Arif.

Duh! Males, tapi gak mungkin bohong kalo aku lagi di Mars, dia pasti tau.

"Iya Rif?"

"Kok tau aku yang nelfon?"

"Hehe..iya si bibi bilang"

"Yah, udah aku bilang telfon dari Polisi padahal ke bibi mu.. Hahaha"

"Hehe..dia gak bisa bohong"

"Hehe..iya, tadi aku telfon Hp kamu tapi g diangkat jadi nelfon kerumah, ganggu gak?"

"Ooh..iya, Hp nya ku tinggal dikamar, enggak kok ada apa??"

Padahal sih iya!

"Oh..pantesan hehe..gak pa-pa pengen nelfon aja, lagi apa?"

Duh!

"Ooh..kirain ada yang penting, aku lagi makan Rif"

"Ada sih, hehe mau ngajak kamu ke toko buku nanti sore rencananya, bisa gak Ray?"

"Hmm..yaudah jam berapa?"

"Jm 5-an aja biar gak rame"

"Iya"

"Nanti aku jemput kalo gitu, jam 4 ya"

"Iya"

Setelah nelfon aku lanjutin makan lagi dan sudah gak selera, aku sebenarnya malas, pengen dirumah aja nonton TV nyantai, tapi gak enak kalau nolak terus pas  dia ajak, biar gimanapun dia masih kawanku dan masih bersikap baik.

Bukannya aku memberi harapan, aku hanya tidak mau memutuskan hubungan pertemanan mengingat dia juga bersikap biasa saja, bahkan setelah ku tolak. Lalu apa benar kalo aku harus bersikap memusuh-musuhi atau menjauh? Enggak kan, kamu setujukan!?

Aku kemudian mandi dan siap-siap karna sudah jam 3, biar cepat-cepat pergi jadi bisa cepat pulang.

Jam 4 Arif datang dengan Mini Cooper-nya berbarengan dengan Mamah dan Irin yang baru pulang dari kirim paket buat saudaranya mamah yang di Sumatera, aku pamit pergi dengan Arif ke Mamah, Arif juga pamit terus langsung jalan.

Sampai di toko buku, aku langsung saja jalan sendiri cari buku bagus barangkali ada. Aku memang suka baca buku, buku apa saja yang penting aku suka dengan isinya.

Banyak juga buku tentang Desain Grafis yang ku punya karna aku suka Desain, Fotografi juga, itu lebih ke Hobby.

"Ray, ini bagus nih bukunya"

Sambil menunjukkan sebuah buku tebal dengan sampul Hardcover coklat tua berbingkai ukiran warna emas di sudut atas dan bawah bukunya dan bertuliskan 'Politik dan Hirarki Kekuasaan'

"Hmm..kamu suka baca buku berat kayak gitu Rif?"

"Ya lumayan lah..isinya bagus nih, nambah wawasan. bapakku juga bacaannya gini dan sering diskusi sama aku..hehe"

"Ooh..Yaudh kalo suka beli aja, Rif"

"Iya, edisi baru nih Ray dirumahku hampir lengkap edisi-edisi sebelumnya, bapakku cuma bisa ngobrol dan diskusi masalah kayak gini ya ke aku Ray, saudaraku yang lain sih gak ada yang ngerti."

Maaf, tapi aku gak nanya Rif.

"Ooh..bagus dong, jadi deket sama Bapakmu"

"Iya, seru sih kalo diskusi soal ini"

"Iya"

Aah! Ini yang aku bosan dari Arif, selalu mencoba terlihat Wah di mataku berusaha mendapat nilai dariku, aku tidak peduli! sekali lagi, TIDAK PEDULI!

Cobalah untuk bersikap sewajarnya dan jadi diri sendiri, gak usah sok intelek segala.

Huh! Kamu harus tau dia sering sekali bicara masalah mobilnya, usaha yang sedang dia coba rintis dengan Bapaknya, koleksi buku-buku nya karna dia tau aku suka baca, terus cewek-cewek yang mendekati dia dengan tujuan agar aku cemburu atau berpikir bahwa dia banyak yang mau, aku tidak peduli, sekalipun Britney Spears yang naksir dia!

Aku tidak peduli tentang uang dan kekayaan bapaknya yang sering dia banggakan, aku bukan perempuan matre yang melihat orang dari hartanya, apalagi uang bapaknya, harusnya dia ingat itu.

"Rif pulang yuk, sudah maghrib.. Aku belum Sholat"

"Sholat di mushalla aja Ray, kan ada mukena nya juga di sana, masa pulang sekarang kita kan baru jalan berapa jam"

Ish!!

"Iya tapi aku bilang nya sama Mamah cuma sebentar"

"Ya kan smpe jam 8-an juga gak apa-apa, kan cuma 3 jam-an Ray"

"Yaudah aku ke Mushalla dulu kalau gitu"

"Iya, tau jalannya kan?"

"Iya"

Sebeeeell!! Aku langsung berjalan dengan cepat menghentak-hentakkan kaki karna jengkel dengan orang itu selain karna takut kehabisan waktu Maghrib juga.

Sampai di Mushalla aku langsung wudhu terus sholat. Dan pas selesai sholat coba kamu tebak siapa yang sholat di depan ku? Iya! Si anak baru si Bimo itu yang aneh itu, selama ini aku berfikir dia tidak sholat ternyata aku sudah su'udzhon..

"Eh! Raya?" Dia kaget dan menyapa ku waktu berbalik.

"Iya"

"Lagi main? Kamu sama siapa?" Tanya nya.

"Sama Arif tadi, mau nyari buku"

"Ooh, ya sudah aku langsung ya?"

Maksudnya dia mau duluan keluar.

"Iya"

Setelah itu aku cepat-cepat kembali ke Arif dan ngajak pulang, dia sih tetap gak mau tapi aku paksa dengan bilang kalo aku capek belum istirahat seharian ini. Dia mau, tapi ngajak makan dulu dan kutolak, aku bilang makan dirumah saja karena Mamah pasti sudah masak. Akhirnya kami langsung pulang setelah kami membayar buku-buku kami masing-masing. YESS!

Sampai dirumahku dia gak langsung pulang tapi ngobrol dulu dengan Mamah, dan aku terpaksa ikut nemenin padahal aku pengen ke kamar istirahat. Gak peka banget deh kamu Arif!

Sekitar jam 9 akhirnya dia pulang, kalau tau kayak gini aku kapok deh jalan dengan dia lagi. Suntuuk. Iya kan? Rasanya seperti tidak bisa jadi diri sendiri saat bersama Arif.

haloo...tambah ke koleksi kamu kalo suka dengan karya ini ya ❤

jangan lupa vote dan komen masukan dan kritik supaya aki bisa jadi lebih baik lagi

MORAN94creators' thoughts
Next chapter