7 7. Ranggi-Waruna Bicara

"Aku ... aku pasti sudah gila." Ranggi mengerjap seperti orang bodoh saat melihat sosok berpakaian hitam-hitam yang sudah duduk anteng di atas tempat tidur.

Sosok itu adalah sosok yang sama dengan laki-laki dalam mimpinya semalam. Cuma bedanya dia tidak punya telinga dan ekor kucing.

"Hai," sosok itu menyapa sambil mengangkat sebelah tangan. Sama seperti di mimpinya semalam.

"Tuh kan aku benar-benar udah gila. Khayalan ini kelihatan kayak nyata!"

Waruna menatap bingung pada sosok di depannya. Dia kenapa?

"Ya Tuhaaaan. Aku akui kalau aku memang kesepian karena Papa sama Mama lebih sayang pada Randu daripada aku. Tapi bukan berarti aku harus dibuat gila seperti sekarang!" Rengek Ranggi kemudian menangis sambil berjongkok.

Waruna ikut berjongkok di depan Ranggi.

"Kamu nggak apa-apa?" Waruna menatap Ranggi khawatir.

"Dengan adanya kamu di depanku justru aku sekarang lagi apa-apa."

"Maksudnya?" Dia makin bingung dengan kelakuan absurd Ranggi.

Ranggi berhenti menangis. Dia saling bertatapan dengan Waruna selama beberapa menit, lalu dia bertanya ; "Kamu nyata kan?"

"Iya aku nyata."

Tangan Ranggi bergerak pelan mendekati wajah Waruna. Dia menoel pipi mulus cowok itu dengan jarinya, memastikan kalau mahluk di depannya benar-benar nyata--bukan khayalannya semata.

"Iya nyata," lirih Ranggi.

Dan sedetik kemudian, suara jerit ketakutan Ranggi disusul teriakan kesakitan Waruna terdengar di seantero rumah Ranggi. Gadis itu tiba-tiba meremas dan menarik pipinya kencang.

***

"Jadi kamu benar-benar nyata? Bukan cuma khayalan semata?"

Waruna mendengkus mendengar pertanyaan yang sama, yang dilontarkan gadis itu, untuk kesekian kali.

"Apa kamu tidak bisa memilih pertanyaan lain?" Cibir Waruna.

Ranggi tersenyum malu. Dia sekarang sedang duduk di tepi tempat tidur, sementara Waruna nangkring ganteng di atas meja belajarnya. Beruntung sedang tidak ada orang selain Ranggi di Rumah, kalau tidak kehebohan yang dibuat Ranggi dan Waruna akan mengundang kehadiran RT, RW, Petugas KUA, dan petugas polisi di rumah.

"Jadi benar kamu kucing hitam yang pernah kutolong itu?" Ranggi akhirnya mengubah pertanyaan.

"Yap."

Ranggi memperhatikan tangan dan kaki Waruna. "Bagaimana kakimu--eh maksudmu tanganmu?" Ranggi coba mengingat posisi cidera si kucing hitam yang dia tolong waktu itu.

"Sudah sembuh."

"Oh. Syukurlah." Angguk Ranggi.

Hening. Keduanya bingung memulai topik pembicaraan, mereka berdua sama-sama memiliki karakter yang canggung dan pendiam saat berhadapan dengan orang asing.

"Ada yang mau kamu tanyakan lagi?" Waruna buka suara setelah diam selama beberapa menit.

Ranggi mengangguk. "Sebenarnya kamu mahluk apa?"

"Badi."

"Badi? Maksudmu siluman? Kamu terlahir dari perkawinan silang antara manusia dan siluman kucing ya?"

Waruna mendengkus geli, "Yah. Manusia memang menyebut kami siluman. Tapi bukan berarti kami terlahir dari perkawinan silang antara manusia dan siluman. Kami juga lahir dari orangtua manusia kok."

"Kami? Berarti masih banyak yang kayak kamu diluar sana?"

"Iya."

Ranggi mengerjap bingung, "Dan bagaimana ceritanya manusia nikahin manusia trus ngelahirin kucing kayak kamu," dia menunjuk Waruna. Ranggi benar-benar penasaran. Besok Ranggi bersumpah akan menanyakan pada teman-teman IPA atau guru biologi, tentang proses reproduksi manusia yang bisa menghasilkan anak kucing ganteng macam Waruna.

"Kami lahir karena keserakahan. Karena orangtua atau para pendahulu di keluarga kami menginginkan hal-hal instan dan mustahil sehingga mereka bersekutu dengan iblis. Dan jadilah kami, beberapa orang di garis keturunannya harus menanggung karma atas apa yang mereka lakukan," jelas Waruna.

Ranggi mengangguk paham. Dan Waruna kemudian menceritakan tentang penyebab dia terluka waktu itu. Bukan karena terserempet motor, tapi karena diserang oleh Badi lain yang merupakan anak buah dari saingan bisnis orang yang menampung dia dan kakaknya. Sedangkan Ranggi hanya sesekali menyela untuk bertanya ; Bagaimana cara Badi berkelahi? Apa Waruna punya kemampuan khusus seperti spiderman atau catwoman? Dan kenapa Waruna masih belum pulang ke tempat asalnya, padahal pekerjaannya sudah selesai.

"Ng. Itu ...," Waruna mendadak gelisah, "Aku kemari sebenarnya mau minta bantuan."

"Bantuan apa?"

"Aku tidak tahu jalan pulang. Aku juga lupa alamat tempat tinggalku dimana. Bisa tidak kamu antar aku pulang?"

GUBRAAAAKKK!

Ranggi sukses jatuh dari tempat tidur.

Ya ampun. Kok ada ya siluman bego macam ini?

avataravatar
Next chapter