3 3. Waruna

"Waruna belum pulang."

Perempuan cantik berambut pirang, yang sedaritadi sibuk mengecat kuku, melirik malas ke arah laki-laki rupawan di sampingnya.

"Memangnya kenapa kalau kucing buduk itu belum pulang?" Ketus Tania. Dia merasa kedatangan Angkara hanya mengganggunya karena menyampaikan berita tidak penting.

"Praha Adikarta mencarinya. Sudah dua hari, sejak menjalankan tugas menyingkirkan Andra Manik, pesaing Praha di daerah antah-berantah, Waruna menghilang," jelas Angkara frustrasi.

"Lalu?"

Sebelah alis Angkara terangkat tinggi melihat sikap cuek Tania.

"Praha membutuhkan dia untuk menyingkirkan saingan bisnis dari perusahaan lain. Si Wijaya tua terus merongrong Praha agar proyeknya kali ini sukses."

Tania mendengkus sebal, " Kenapa harus selalu Waruna yang diandalkan? Praha juga kan memiliki kita?" Gerutunya mulai kesal dengan sikap berat sebelah tuan mereka, "memangnya apa bagusnya kucing hitam budukan macam Waruna, dibandingkan dengan ular dan rubah macam kita."

"Mungkin karena dia adiknya dan dia juga yang paling kuat," sahut Angkara. Mengabaikan kemarahan Tania, dia menarik tangan ular betina itu untuk berdiri, "ayo bangun."

"CAT KUKU GUEEEE! ITU BELUM KERING RUBAH KAMPRET!"

"Praha menyuruhmu untuk mencari keberadaan Waruna."

Tania menggeram mendengar perintah Angkara. "Kenapa nggak kamu aja?!"

"Aku ada tugas lain," sahut Angkara cuek.

"Ssstttss." Tania mendesis marah.

"Oh ya Tan. Dengan rambut yang dicat pirang begitu, kamu nggak kayak siluman ular kece, kamu lebih kelihatan kayak hantu noni belanda yang gagal gaul."

"Grrrr. Angkara Adikartaa awas kamuuu!"

avataravatar
Next chapter