webnovel

Tempat Berlabuh Ternyaman

"Kamu akan tetap jadi milikku," ucap seorang lelaki, sambil memeluk wanita yang ada di hadapannya dengan sangat erat.

Malam yang membisu dan langit yang gelap gulita menjadi saksi bisu kisah percintaan antara Elina dan Bryan. Tiada hal yang terindah bagi Bryan kecuali menghabiskan waktu malamnya bersama dengan wanita yang amat ia sayangngi.

Elina Isabella, gadis berumur 19 tahun. Yang harus membanting tulang sendirian demi mencukupi kebutuhannya, orangtua yang broken home membuat Elina, memutuskan tak lagi mengambil alih untuk meneruskan pendidikannya, dan memilih bekerja di salah satu club malam.

Tak mendapatkan kasih sayang dan tak mendapatkan uang bulanan lagi, itu yang saat ini Elina rasakan, pahitnya perjalanan hidup harus membuat gadis berumur 19 tahun itu tetap bangkit demi masa depannya dan kehidupan selanjutnya.

Akan peduli atau tidak, sudah tak di hiraukan oleh Elina lagi, hatinya benar-benar sudah lelah akan sikap orangtuanya yang seketika menelantarkan dirinya begitu saja.

Bekerja sebagai pelayan club bukanlah minta Elina yang sebenarnya, ia hanya membutuhkan uang dalam jumlah besar, dan dengan bekerja disini setiap bulannya Elina selalu mendapatkan gaji di atas UMR namun, terkadang bisa lebih dari itu.

Dan disisi lain, harus ia melayani pria-pria hidung belang dengan suka rela, demi semata-mata mendapatkan uang dalam jumlah yang gede.

Bryan, adalah salah satu pelanggan tetap, Elina. Dia tak akan pernah mau di temani dengan wanita mana pun kecuali dengan Elina, entahlah hal apa yang mampu membuat wanita itu sepesial di mata Bryan.

Karena, wanita-wanita yang ada di club malam ini sangatlah cantik-cantik. Namun, tetap saja Elina lah yang paling beautiful bagi Bryan.

"Elina, kamu harus tetap jadi milikku. Jangan berani-berani kau bermain dengan lelaki mana pun," ucap Bryan, memeluk gadis itu dari belakang. Hingaa membuat Elina merasakan sulit untuk bergerak, pelukan yang sangat erat dan tenaga Bryan yang cukup kuat, tak mampu membuat Elina berbuat banyak.

"Sudahlah Byan, kamu saat ini dalam keadaan mabuk. Istirahatlah dan aku akan segera kembali," balas Elina, perlahan mendorong tubuh lelaki kekar itu ke arah kasur yang empuk.

Byan ialah panggilan istimewa Elina, untuk lelaki yang bernama Bryan Sandavid. Begitu lama mereka saling mengenal hingga membuat keduanya mempunyai panggilan tersendiri.

Bryan Sandavid, lelaki berumur 21 tahun berasal dari keluarga yang berada dan terhormat. Bahkan Bryan, sudah memiliki calon yang di jodohkan sejak lahir. Hal ini adalah salah satu pemicu dia tak nyaman berada di rumah sendiri, dan memillih pergi ke club setiap malamnya. Dan di temani oleh Elina.

"Elina, jangan pergi. Aku ingin bersamamu," ucap Bryan, mengangkat tubuhnya dalam keadaan sempoyongan bahkan pandangnya tak kadar kabur.

Elina, sama sekali tak peduli denga ucapan Bryan. Dia tetap memilih pergi dan melanjutkan kerjaannya jika, tidak begini maka ia pun tak aka mendapatkan gaji saat ini uang adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya, tak ada hal lain lagi selain uang dan terus bekerja.

"Elinaa," panggil seseorang, berjalan mengarah wanita itu.

Gadis tesebut segera mempercepat langkahnya untuk menemui lelaki yang sedang berjalan kearah dirinya.

"Hari ini kamu shift sampai malam ya?"

"Hah! Kok begitu, bukanya jatah saya besok?" sontak Elina, spontan dengan mata yang melotot.

"Iya, hari ini Erika lagi ada urusan dan dia enggak bisa berangkat. Jadi kamu sebagai gantinya, nanti fee saya tambahin deh," sahut lelaki itu.

"Oke deh, Ren," jawab Elina, dengan nada yang pasrah.

"Oke, jangan balik lu," sahut Reno. Tersenyum lalu meninggalkan Elina dengan wajah yan terpaksa.

Tak ada pilihan lain lagi, untuk Elina tak meneriman tawaran yang di ajukan oleh Reno, yakni manager di club PLAY HOUSE. Dia ialah lelaki yang sangat berperngaruh dalam club ini dan termasuk tangan kanan dari pemilik club PLAY HOUSE.

Alasan Elina, ragu untuk menerima tawaran ini karena, ia sudah mempunyai janji dengan Bryan untuk menemani lelaki itu, membeli beberapa pakaian. Namun, apalah dirinya yang saat in sedang membutuhkan uang untuk kehidupannya di masa ini dan mendatang.

"Huh! Nanti gua bilang baik-baik aja deh sama dia," dengus Elina, lalu melanjutkan langkahnya.

Arloji terus saja berputar, mata Elina tak pernah berhenti menatap alroji yang berada di tangan kirinya, ia begitu khawatir mengapa hingga saat ini Bryan belum juga menelvon dirinya padahal hari sudah kian larut malam. Elina, hanya kasihan saja dengan Bryan, ketika dia ketahuan pulang larut malam pasti akan terkena masalah, dan hal itu pastinya akan terjadi.

"Kamu kenapa? Sepertinya tidak bahagia menemani saya?" tanya seorang lelaki yang berada di sisi kirinya dengan keadaan sedikit mabuk.

"Eee-ee, enggak kok. Saya bahagia," jawab Elina, sambil tersenyum tipis.

Meski sedang bekerja dan mencoba profesional akan tetapi, Elina sama sekali tak bisa mengendalikan pikirannya yang terus saja kepikiran Bryan yang tak kunjung pulang, ia sengaja menidurkan lelaki itu di kamar karyawan. Karena, hatinya tak tega melihat dia pulang dalam keadaan mabuk.

"Emmm, gua lihat aja deh. Dari pada hati gua enggak tenang begini gara-gara dia," batin Elina.

"Kok diam aja sih? Ayo dong tuangin lagi,"pinta lelaki hidung belang.

Dalam keadaan tersenyum tipis, dan menatap sekilas wanita itu pun langsung menuangkan sebotol minuman ke gelas.

"Ayoo kita CHEERS!!!" sorak para lelaki hidung belang bersamaa, penuh kebahagian.

Elina yang baru saja akan berhenti seketika langkahnya terhenti, karena lelaki yang ada di samping kiri tiba-tiba merangkul dari belakang dengan tenaga yang lumayan kuat. Wanita itu, terdiam dan sedikit merasa amat risih akan tetapi inilah pekerjaannya mau bagaimana pun ia harus mencintai apa yang menjadi sumber penghasilan.

"Eeee-eee, saya permisi dulu mau ambil minum," pamit Elina.

"Iyaa-iyaa, ambil lagi yang banyak," sahut lelaki hidung belang.

Tak memperdulikan apa yang dikatakan oleh para lelaki tersebut, Elina pun langsung pergi ke kamar khusus karyawaan. Rasa peduli yang dirinya miliki pada Bryan sangatlah besar, dirinya juga tak ingin jika sampai dia terkena masalah.

*Ceklek*

Mata Elina di kejutkan dengan seorang lelaki yang masih bersimbah di atas kasur, dalam keadaan tak sadarkan diri. Tanpa basa-basi lagi wanita tersebut langsung membangukan Bryan.

"Heeh!!! Bangun ini sudah larut malam, apa kamu tidak berpikir untuk pulang yang ada kamu akan dapat masalah," ucap Elina, menepuk-nepuk pipi Bryan, sambil mempercikan air pada wajah lelaki tersebut.

"Jangan ganggu akuuuu," ringik Bryan, tangannya yang kekar, seketika menumpahkan air yang ada di tangan Elina.

"Omg, ini orang susah banget yaaaa," dengus Elina.

Tak ada pilihan lain lagi untuk menyadarkan Bryan, Elina dengan sekuat tenaga menyeret tubuh lelaki tersebut kedalam kamar mandi. Lalu menghidupkan kran air yang di bawahanya terdapat wajah lelaki tersebut.

Sungguh hal yang tak menyenangkan jika dalam posisi tidur di ganggu, seketika lelaki tersebut tersadar dari tidurnya dan glagapan bingung, layaknya orang onga-ongo.

"Kamu apa-apaa sih!" sentak Bryan merasa tak terima dan kesal dengan apa yang sudah Elina lakukan pada dirinya.

"Aku cuma mau bangunin kamu aja kok, ini udah larut malam. Apa kamu enggak ingin pulang, aku cuma takut kamu bakalan dapat masalah kalau sampai pulang larut malam," ungkap Elina, mencoba menjelaskan maksud dan tujuannya.

*Tlitttt Tlittt*

Bryan yang mengenali suara ponselnya langsung sigap mengambil dan melihat siapa yang sedang menghubungi dirinya.

Elina keluar dari kamar mandi dan mengikuti langkah Bryan.

Melihat sikap lelaki yang adadi depan matanya ini menimbulkan suatu pertanyaan pada benak Elina,

"Siapa itu? Kenapa tidak di angkat?" tanya Elina, dengan tatapan yang fokus pada Bryan.

Next chapter