10 --Chapter 9--

Seorang wanita cantik turun dari mobil mewah miliknya. Ada beberapa laki laki berseragam hitam untuk menjaga wanita cantik itu. Wanita itu berjalan masuk ke arah gedung yang sangat tinggi.

"Selamat pagi Mrs."

"Pagi Mrs."

"Pagi Mrs. Carra"

Wanita itu hanya menganggukan kepalanya. Wanita itu masuk keruangan yang besar untuk menemui laki laki yang sedang duduk sambil menghadap kaca besar.

"Akbar!" Wanita itu memanggil pria itu dengan sedikit menyentak.

Laki laki yang bernama Akbar itu menoleh dan tersenyum.

"Kamu datang?" Akbar berdiri dan memeluk wanita itu. Wanita itu hanya mengangguk tanpa perlu membalas pelukan Akbar.

"Aaahhh, kamu emang selalu cantik," ucap Akbar. Wanita itu mendengus dan memukul pundak Akbar pelan.

"Sadar diri, udah punya tunangan, malah ganjen!"

Akbar tertawa. Wanita itu bernama Caramel Kamelia Putri, semenjak kejadian dimana dia di tukar oleh mayat Caramelia orang tua angkatnya mengubah namanya, Amel tidak keberatan. Amel akan pulang jika sudah tepat.

Caramelia Candy, anak tunggal dari orang tua angkatnya yang meninggal karena gagal ginjal, karena pada saat itu orang tuanya melihat Amel masih hidup, mereka memohon mohon untuk menukar jasad mereka.

Ketika Amel dinyatakan meninggal, orang tuanya sibuk menangis tanpa melihat dirinya, dan lebih memilih pulang. Tapi ternyata Amel hidup kembali ketika detak jantungnya terdengar kecil di alat yang hampir dilepaskan oleh perawat.

Dokter itu meng-iyakan karena dia mengetahui alasan orang tua angkat Amel menukar anaknya dengan Amel.

***

"Ini beneran dok?"

"Iya pak," ucap laki laki paruh baya yang dipanggil dokter.

"Ya Allah, kemana aja aku ini?"

Laki laki paruh baya itu memeluk wanita paruh baya yang sudah menangis sedari tadi. Tangis haru mengisi ruangan serba putih itu, dokter pun terlihat senang karena bisa membantu pasangan di depannya ini.

"Alhamdulillah, kita ketemu anak kandung kitaa!!" Laki laki paruh baya itu berucap girang, dan diangguki oleh wanita paruh baya itu.

Pasangan ini bernama Arya dan Sinta. Arya dan Sinta adalah orang tua kandung Caramelia Candy dan orang yang sudah mengangkat Amel untuk menjadi anaknya.

Mereka keluar dengan wajah senang dan bahagia. Pulang dengan gembira serta senyuman yang tidak pudar di wajahnya. Arya dengan semangat segera menghubungi Amel.

"Halo Mel!"

"Halo pah. Kenapa?"

"Pulang dulu sayang, ada yang mau dibicarain."

Amel yang sedang duduk di sofa ruangan Akbar menoleh sekilas ke arah Akbar. Akbar dengan sekilas mengangguk dengan makshud menyuruh Amel terlebih dahulu menemui papa dan mamanya.

"Yaudah pah, aku langsung pulang."

"Iya!"

***

"Ini."

Arya memberikan selembar kertas berlogo rumah sakit kepada Amel. Amel membacanya dengan wajah datar. Setelah membacanya, Amel meletakan itu di meja dan menatap papa dan mamanya.

"Aku tau." Jawaban dari Amel membuat Arya dan Sinta terkejut.

"Kenapa ga bilang sayang?" Tanya Sinta.

"Mah, ini alasan aku ga mau pulang ke Indonesia. Ini alasan aku ga mau menemui mereka, aku bakal temuin mereka, kalau mama sama papa bersedia untuk menemui mereka. Aku mau tinggal sama mama sama papa."

Sinta menyernyit bingung.

"Kenapa sayang? Kamu ga dapat perlakuan baik dari mereka?"

Amel menunduk dengan dalam.

"Aku..."

Sinta berdiri dan duduk disebelah Amel lalu memeluknya erat. Amel mengeluarkan semua tangisannya di pundak Sinta.

"Gapapa nak, kamu bisa cerita nanti!" Ucap Arya dengan bijak.

"Eng-ngak, aku mau cerita." Amel melepaskan pelukannya dan menyenderkan kepalanya di pundak Sinta. Dengan sabar, Sinta mengelus kepala Amel dengan lembut.

"Dulu, aku punya abang yaaa mungkin bisa dibilang abang tiri. Namanya Daffa. Sewaktu aku SMP, aku hampir dapat pelecehan dari Daffa."

Sinta mengelus pundak Amel yang mulai bergetar.

"Aku selalu cerita sama Ayah dan Ibu, tapi mereka ga pernah percaya."

—FLASHBLACK ON—

"Ibu!!!!" Amel yang saat itu sudah memasuki usia remaja menangis histeris dengan pakaian yang lecek.

"Kenapa Amel? Kenapa?" Amel bercerita bahwa Daffa hampir memperkosanya. Tapi ibunya tidak percaya. Daffa yang mendengar Amel mengadu makin geram.

Amel sudah beberapa kali seperti ini, tapi tidak ada yang percaya. Untungnya, Daffa selalu gagal menyentuh Amel. Amel selalu mencari kesibukan diluar jika orang tuanya keluar.

Tapi hari ini, Daffa meminta ibunya untuk jangan kasih Amel main, dengan dalih Amel nilainya turun, paldahal tidak. Amel tentu takut saat hanya berdua dengan Daffa, untung dia hari ini selamat.

Hari hari berikutnya masih terjadi, dan sampai akhirnya dimana dia tidak sengaja menusuk leher Daffa menggunakan gunting saat Daffa berusaha menyentuhnya.

Orang tua 'angkat' Amel marah dengan Amel, karena Amel mereka kehilangan Daffa. Paldahal mereka tidak tau kalau mental Amel terguncang. Dapat perlakuan yang membuat dia tidak nyaman, dan tidak sengaja membunuh orang.

"JAHAT KAMU AMEL!!! KAMU MEMBUNUH ANAK SAYA!!!! HIKS HIKS"

Amel menutup telinganya dan menggelengkan kepalanya.

"ENGGA!!!! AKU GAK JAHAT!!!!! KA DAFFA YANG JAHAT!!!!!"

"DIAM KAMU!!! DASAR PEMBUNUH!!!" Teriak Kelvin.

Amel menggelengkan kepalanha takut. Dia selalu berteriak kalau Daffa adalah penjahat dan dia bukan pembunuh. Untung saja, ada CCTV tetangga yang mengarah ke jendela kamar Amel.

Karly dan Kelvin begitu terpuruk karena anaknya sangat jahat. Hubungan mereka dengan Amel memang dekat kembali, tapi Amel tidak merasakan itu. Amel selalu konsultasi ke dokter psikologi bila dirinya stress.

Amel tau kalau mereka bukan orang tua Amel karena surat wasiat kakeknya. Saat mencari cari doa menemukan surat wasiat itu. Isinya tentu membuat dirinya menangis.

—FLASHBLACK OFF—

"Ini surat wasiatnya."

Arya membaca kertas yang diberikan Amel kepadanya.

"Kamu bawa?" Amel menggeleng.

"Setelah menikah, Amel kasih surat itu ke Akbar, dan ternyata ada manfaatnya hehe."

Surat itu berisi tentang bagaiman murkanya dirinya ketika Amel hampir di lecehkan. Menulis surat dengan amarah serta tubuh yang sudah tidak kuat. Amel dijodohkan oleh keluarga Agam jika Karly dan Kelvin tidak ingin mengurusnya. Surat itu berisi juga tentang adopsi anak di panti pelita anak.

Dan ini sebabnya kakeknya menulis wasiat perjodohan tanpa keharusan karena ini demi kebahagiaan cucunya. Jika Karly dan Kelvin sudah malas mengurus Amel, lebih baik nikahkan dengan salah satu keturunan Agam. Tapi kalau Amel menolak, jangan memaksa.

"Ini sebab..."

"Iya, ini sebab aku minta menikah dengan keturunan agam yang tak lain walas aku sendiri. Semenjak kejadian itu, mereka ga tau kalau aku dihantui rasa bersalah dan ketakutan. Aku meminta dinikahkan bukan semata mata karena mencinta guru aku sendiri, tapi aku ingin menghilangkan trauma masa lalu yang pernah ada pah!"

"Yasudah, kamu akan papa ambil kembali. Bukan makshud—"

"Enggak apa apa pah, aku tau alasan papa meletakan aku di panti itu."

"Memangnya apa?" Tanya Sinta.

"Karena aku satu satunya keturunan Xavier yang berjenis kelamin perempuan!!" Arya melotot.

"Tau dari mana?"

"Keponakan papa lah!!" Amel menjawab dengan wajah senang. Ini yang dia impikan, ini yang dia dambakan. Terwujud setelah kecelakaan yang hampir merenggutnya.

"Siapa?"

"Akbar hahahahah."

***

"Sayang?" Amel menoleh ke arah ibunya. Ibunya tersenyum ke arah Amel dan memberikan ponsel yang menunjukan keluarga Xavier.

"WOOOOOHOOOO LO BENERAN SEPUPU GUA YANG ILANG MEL?" Amel terkekeh dan meletakan ponselnya lalu mengambil ponsel milik ibunya.

"Iyaaaa," jawab Oliv.

"Maen dong kesini, kita lagi kumpul tau." Amel tersenyum dan mengangguk.

"Besok gua kesono, ada oma?" Pertanyaan Amel membuat sepupunya menunjukan layar untuk mengarah ke arah wanita yang sudah tidak muda lagi. Meski lanjut usia, masih bisa tampil segar dan sehat.

"Halo sayang!"

"Halo oma! Besok aku kesono, hari ini lagi ga bisaa oma!"

Wanita tua itu mengangguk lalu tersenyum.

Amel berbincang bincang lewat panggilan layar yang terhubung di ponsel mamanya. Setelah selesai, Amel memberikan ponsel mamanya kepada pemiliknya.

Setelanya Amel memilih mengerjakan apa yang harus dia kerjakan.

***

avataravatar
Next chapter