5 Debaran

Sisi mulai bersiap untuk ke butiknya, hari ini pasti banyak langganan meminta untuk mengenakan butiknya. Senyuman selalu merekah di sepanjang wajahnya.

Saat masuk ke dalam, di sana Arga sudah menunggu sedari tadi, membuat wajah Sisi kembali merona mengingat semalam Arga tiga saja mencium pipinya.

"Morning," sapa Arga dengan senyumannya.

"Mor-morning," balas Sisi gugup, Detak jantungnya berdebar-debar tidak menentu. Arga mendekati Sisi menyentuh keningnya membuat Sisi semakin panas di wajahnya.

"Tidak panas, kamu kenapa?? Merah banget wajahmu. Apa perlu aku cium ya pipinya biar hilang merah?" Arga senyum jahil, membuat Sisi segera masuk tidak menghiraukan Arga yang super gombal itu.

Benaran jantung Sisi seperti habis lari maraton. Arga di luar senyum geli melihat sikap Sisi barusan.

"Akan ku buat kamu semakin tergila ketampananku, Si," batin Arga merasa berhasil menaklukkan wanita yang kokoh itu.

Sisi masuk ke dalam ruangannya segera ia minum air putih sebanyak tiga gelas. Lega saat merasakan detakan jantungnya seperti tadi.

"Kenapa sih hanya lihat wajahnya saja, sudah berdebar-debar pakai susuk apa sih dia! Semoga saja aku tidak mudah jatuh cinta. Tapi, dia boleh sih, tinggi sesuai dengan kriteriamu, kalau Richi pendek gak mungkin dia tinggi. Ahh... kenapa harus memikirkan dia sih!!!" - batin Sisi membuatnya pusing akan nya pria mendekatinya.

"Hei, Si!" teriak Via dari tadi panggil tidak menyahut.

"Apa??" balas Sisi jute, "Yaelah, sok jutek banget sih lo? tadi siapa tuh cogan?? Gebetan lo ya??" pertanyaan dari Fia, malas dijawab oleh Sisi terlalu kepo banget sahabatnya.

"Bukan urusan, lo. Kerja sama, bukan suruh lo menggosip di pagi hari ya?!" jawab Sisi mulai melakukan kegiatan rutinitas nya.

"Yaelah, gue mah tanya doang, kalau nggak mau dijawab juga nggak apa kali. Kan dia masih di sini. Kulinernya kan dekat di butik elo," kata Fia berlalu keluar dari ruangan Sisi

Sisi berhenti, saat mendengar kuliner Arga di dekat butiknya, jadi yang tadi itu hanya kebetulan saja atau bagaimana sih? Pikiran Sisi semakin memusingkan.

Fia senyum cengiran, pasti si Sisi nya ke pikiran, Fia memang suka banget jaili Sisi tapi memang kenyataan kuliner Arga dekat butiknya.

Buktinya Arga tahu banget sifat Sisi bagaimana, sejak kuliner Arga buka di sana, Arga memang selalu diam memperhatikan gerak-gerik Sisi di tempat usaha butiknya. Kebetulan Gea dan Arga itu sahabat dekat sudah dekat malahan dari kuliah. Karena Gea sudah anggap si Arga ini adiknya sendiri. Ke mana-mana Arga selalu di bawain makanan dari Gea. Dia suka membuat kuliner Online, seperti masakan rumah, camilan kering, kue, segala macam kuliner Gea ada. Jadi tidak heran kalau Arga tertarik sama adik tiri nya ini. Selain itu Arga kenal baik dengan keluarga Gea, keluarga Gea adalah usaha kuliner terkenal di Surabaya.

Jadi Arga sengaja buka kuliner di dekat butik Sisi agar setiap hari bisa memperhatikan rutinitas Sisi, meskipun banyak pelanggan yang datang itu bukan untuk membeli baju untuk kekasihnya melainkan mengambil hati Sisi. Dari cerita Gea, Sisi sulit membuka hati pada seseorang, ada masa lalu menyangkut di hatinya. Mungkin itu sahabat kecilnya yang sudah tumbuh bersama. Awal Sisi akan di angkat oleh kedua orang tua Gea, berbulan-bulan Sisi terus menangis karena harus terpisah dengan sahabat kecilnya. Di bujuk oleh mama Gea tetap tidak mau, selalu menyendiri di kamar hingga dia jatuh sakit.

Saat dokter mengatakan Sisi terlalu merindukan orang terdekatnya sehingga dia jadi lemah. Tapi, kedua orang tua Gea mengerti, sampai mereka membawa Sisi jalan-jalan keluar demi menghilangkan rasa kerinduan di hatinya walau bukan di kota kelahirannya.

Arga merasa perasaan Sisi sama seperti satu tim temannya yaitu Richie. Banyak wanita mendambakan rasa cinta di hatinya malah menolak mentah-mentah sampai surat menumpuk di loker kampusnya. Arga yakin kalau Sisi dan Ricky itu ada hubungannya. Kalau Arga sudah benar jatuh hati sama Sisi apalagi cinta. Perlahan mungkin Arga bisa membuat Sisi jatuh cinta padanya. Seegois apa pun Arga tidak peduli, karena Sisi dan Richie belum tentu mereka saling mengenal lima belas tahun itu lama paras wajah saja sudah berubah.

avataravatar
Next chapter