10 Surprise for Lala

Pagi yang ceria mengawali hari, seorang  gadis manis dan jelita dihiasi dengan kebisingan para kendaraan roda dua dan empat di sekitar wilayah Jakarta, kota metropolitan dengan ciri khas betawi dan ondel-ondel.

Lala pun sudah siap, untuk bekerja di resto kembali dengan mengenakan dressing putih dengan lepis pencil abu-abu, keluar di balik pintu kosannya dan duduk di jok motorya.

Ia pun mulai menjalankan motor beat merahnya, menuju perjalanan ke restoran indah.

Dua jam berlalu, motor Lala sudah terpampang di parkiran yang berada di area restoran.

Ia melangkahkan kakinya, memasuki resto disambut dengan senyuman pak Heri sang pemilik restoran.

"Pagi bos," sapa Lala pada pak Heri yang ada di hadapannya.

"Pagi juga La…hari ini, kelihatannya kamu bersemangat sekali,"ucap pak Heri melihat raut wajah Lala yang ceria.

"Yaiyalah bos, hidup itu harus dijalani dengan keceriaan," gumam Lala pada bosnya itu.

Lala pun melangkah meninggalkan pak Heri, menuju ruang ganti untuk mengenakan seragam waiters.

Beberapa menit berlalu, Lala sudah keluar dari ruang ganti dan siap untuk melayani para tamu hari ini.

Kemudian ia melangkah, ke beberapa meja tamu yang ada di restoran menanyakan pesanan yang diinginkan para tamu untuk makan siang.

Lepaskanlah ikatanmu

Dengan aku biar kamu senang

Bila berat melupakan aku

Pelan-pelan saja

Nada kontak Lala tiba-tiba bergetar, saat ia sedang sibuk dengan pesanan para tamu yang ada di restoran, Lala pun bergegas mengambilnya tertera di layar LCD ponselnya revan calling.

Ia pun, segera menekan tombol hijau.

"Halo Van ada apa?," tanya Lala singkat.

"Sorry ganggu waktunya, loe bisa ga ketemuan sama gue di café elesca?," ucap Revan sembari bertanya pada Lala.

"E…klo sekarang, ga bisa tapi ntar malem insyaallah bisa," jawab Lala sambil menggigit bibir mungilnya.

"Oh yahudah deh, ampe ketemu nanti malem,"ucap Revan, sembari mengakhiri obrolannya dengan Lala.

Lala pun melanjutkan pekerjaannya, melayani para tamu yang ada di restoran.

"Hai La…ke mana aja sih, udah lama ga keliatan," sapa Nina dari belakang sambil menepuk bahu Lala.

"Akh loe Nin ngagetin gue aja, eh akhir-akhir ini gue sering jalan sama Revan," ucap Lala panjang lebar pada Nina.

"Oh iya, by the way gue denger dari Ari katanya loe diajak dinner sama bokap nyokap Revan dari amrik," ucap Nina.

"Iya…semalem gue diundang ke rumah Revan," ucap Lala.

"Terus, pendapat ortu Revan tentang loe gimana?," tanya Nina penasaran.

"Menurut mereka, gue tuh cantik, anggun dan sopan," ucap Lala pelan pada Nina.

"Wah…bisa masuk criteria calon menantu tuh," ledek Nina dengan suara lantang.

"Apaan sih loe Nin," ucap Lala, sembari menjitak kepala Nina serta mencubitnya.

"Duh La, ampun-ampun…gue ga akan ngomong gitu lagi," ucap Nina memohon pada Lala yang kesal padanya.

Mereka berdua pun fokus kembali, ke pekerjaan menghampiri tiap meja pelanggan yang ada di dalam restoran indah.

Semetara Revan dan Ari, sedang diberikan setumpuk tugas oleh beberapa dosen yang masuk ke kelas mereka.

"Aduh Van, tugas seabrek kayak gini…bikin otak ngebul tau," keluh Ari sembari meletakkan pulpennya.

"Dibawa enjoy aja sih, ntar juga kelar," ucap Revan.

"Te…otak loe sama otak gue jelas beda, loe encer gue padet, iya…loe cepet kelar nah gue kagak,"celoteh Ari pada Revan.

"Ari…Ari…,"ucap Revan seraya tertawa kecil.

"Yahudah, ntar klo ada yang susah gue bantuin deh," ucap Revan menyemangati sohibnya, dan Ari hanya sersenyum penuh makna pada Revan.

"Revan Aditya, Ari Saputra, jangan buat keributan di kelas," ucap dosen Rezky sedikit membentak.

"Iya pak," ucap keduanya sambil menunduk.

Semua mata tertuju pada Revan dan Ari, namun hanya sekilas mereka pun fokus kemabali pada tugas yang diberikan pada dosen begitupun Revan dan Ari konsen pada setumpuk tugasnya.

Kini suasana kelas begitu hening, hanya suara angin yang berhembus waktu bergulir seperti air yang mengalir deras.

Materi kuliah hari ini berakhir, dengan terkumpulnya setumpuk tugas di meja dosen hasil usaha para mahasiswa serta dosen pun keluar dari ruangan.

Rumunan mahasiswa menyebar ke setiap tempat, sementara Revan dan Ari melangkah ke parkiran.

"Ri doain gue yah!," ucap Revan histeris pada sohibnya.

"Emang, loe mau ke mana dan mau ngapain?," tanya Ari heran sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gue mau ke café, dan rencananya mau nembak Lala ntar malem," ucap Revan panjang lebar pada Ari.

"Hah…loe mau nembak Lala! Terus pas banget, malem ini kan malem minggu,"ucap Ari histeris.

"Oh iya Ri, by the way gimana kabar loe sama Nina?," tanya Revan pada Ari sembari menyikut lengan Ari.

"Bae kita juga sering telponan, smsan, terus jalan sama dia," jawab Ari sambil tersenyum.

"Yahudah gue cabut duluan Ri," pamit Revan sambil masuk ke dalam mobil mercy miliknya.

"Good luck bro, buat misi terpenting dalam hidup loe," ucap Ari sembari mengacungkan kedua jempolnya.

Revan pun menjalankan mobilnya, dan melesat meninggalkan area kampus disusul dengan BMW support milik Ari meluncur ke permukaan jalan menuju perjalanan pulang ke rumahnya.

Begitupun dengan Revan menuju rumahnya, untuk mempersiapkan mental dan kata-kata, buat nembak Lala di café elesca yang sudah di booking Revan.

Di Jakarta pukul 19.00 wib, rintik hujan begitu deras dengan angin yang berhembus kencang serta petir yang terdengar nyaring di langit.

Malam ini begitu mencekam, Lala masih berada di dalam kosannya mengenakan switter hitamnya dengan lepis pencil biru miliknya, serta rambut ikal yang terurai indah namun ekspresi wajahnya bingung.

"Aduh…gimana nih? Ujannya deres banget terus banyak petir lagi," gumam Lala dalam hati.

Semetara Revan sudah berada di café elesca, menunggu kedatangan Lala gadis yang membuat hati Revan luluh.

"Akh…mendingan, gue nyuruh pak Bejo supir pribadi Papah Mamah buat jemput Lala ke kosannya," gumam Revan dalam hati.

Revan pun, mencari nomor pak Bejo di daftar kontak.

"Pak Bejo, saya minta tolong jemput Lala di kosannya sekarang…," ucap Revan dengan lantang.

"Maaf den Revan, temen aden yang mana yah?," tanya pak Bejo bingung karena tidak mengenal nama Lala.

"Cewek yang pernah dinner bareng bokap nyokap, terus nih alamatnya loe catet sekarang," ucap Revan sedikit mengertak pak Bejo.

"Oh…perempuan yang pernah ke rumah, baik den pak Bejo jemput sekarang," teriak pak Bejo dari seberang sana.

Mobil escudo hitam pun melesat, dengan kecepatan tinggi menuju kosan Lala sementara Lala sudah pergi dari kosannya, dengan memakai jas hujan berwarna biru menuju perjalanan ke café elesca di tengah hujan deras yang mengguyur Batavia malam ini.

Mobil escudo hitam sudah terpampang di depan kosan Lala, Pak Bejo pun membunyikan klakson mobil beberapa kali.

Tetapi tak ada jawaban dari dalam kosan Lala, dan terpaksa pak Bejo keluar dari mobil dengan menggunakan payung melangkah ke kosan Lala.

"Tok…tok…tok...assalamualaikum," ucap pak Bejo sambil mengetuk pintu kosan Lala.

Namun tak ada yang menjawab, berulang kali pak Bejo mengucap salam tetap tak ada jawaban.

Akhirnya ia meninggalkan kosan Lala, dan masuk ke mobil escudo hitam menuju rumah Revan.

Dan pak Bejo segera, mengetik beberapa kata di ponselnya dan setelah itu mengirimnya ke kontak Revan.

Kau mimpi-mimpiku

Cinta gilaku

Hanya padamu

Hanya kau belahan jiwa

Cinta membara tiada tara

Nada sms Revan tiba-tiba saja bergetar, Revan sontak segera melihat layar LCD di ponselnya tertera new massage from pak Bejo, ia pun membuka pesan dari pak Bejo.

Pak bejo

Maaf den, tadi saya udah ke sana tapi,

Ga ada orang…sepertinya non Lala

Udah berangkat ke sana.

Tiba-tiba pintu café terbuka, sosok gadis yang menubruk pintu café cukup keras.

"BRUK!!!," suara keras terdengar dari  luar pintu.

"Lala…," ucap Revan terkejut melihat Lala basah kuyup.

Dan Lala pun bangkit dari pintu café, seraya melangkah menghampiri Revan dengan tubuh menggigil.

"Van…so…rry yah gue…telat, so…alnya ujan deres,"ucap Lala yang masih menggigil kedinginan.

"La maafin gue, udah bikin loe bash kuyup kayak gini…nih pake jaket gue dulu," ucap Revan cemas, sembari memakaikan jaketnya ke badan Lala.

"Thank yah Van," ucap Lala kemudian.

"Waiters," ucap Revan, sambil menjentikkan jarinya ke atas.

Dan waiters cowok pun, menghampiri meja paling tengah.

"Coffee milknya dua, plus dua pizza,"ucap Revan singkat.

"Van emang loe, mau ngomong penting apaan?," tanya Lala pelan.

"E…gue…gue…gue…," ucap Revan gugup.

"Gue apaan Van? Jangan bikin gue bingung…," ucap Lala penasaran.

"Gue suka sama loe," ucap Revan penuh percaya diri, sembari menggenggam tangan Lala dan kedua mata mereka saling beradu pandang, Revan menatap Lala begitu tajam dengan dua bola matanya.

"Van loe becanda kan…," ucap Lala, sambil melepas genggaman tangan Revan darinya.

"La gue serius…gue emang bener-benr suka sama loe," ucap Revan tegas.

"Gue butuh jawaban loe sekarang," sambungnya lagi.

"Gue juga suka sama loe Van," jawab Lala pelan, sembari menunduk seketika raut wajanhnya berubah menjadi tomat merah.

"Uhu…yes! Woi, Lala terima cinta gue…," teriak Revan.

"Van, perasaan dari tadi ga ada yang ke café ini, yang ada cuma pemain biola dan waiters…emang tamu yang lainnya pada ke mana?," tanya Lala heran dengan suasana café yang sepi.

"Oh iya, gue belum ngasih tau loe yah, tempat ini sengaja gue booking buat kita berdua," ucap Revan menjelaskan pada Lala.

"Wah…dia romantis banget! Dan impian gue jadi kenyataan, Revan jadi pacar gue…," gumam Lala dalam hati, sembari tersenyum penuh arti.

Waiters pun datang, membawa dua coffee milk dan dua pizza seraya meletakkannya di meja yang telah diduduki Revan dan Lala.

"Yahudah La sekarang kita makan pizza," ajak Revan ketika Lala hendak mengambil satu bagian pizza tiba-tiba.

"Eitz…gue harus nyuapin loe," ucap Revan, sembari menahan tangan Lala dan menyodorkan pizza ke mulutnya.

"Van sekarang, gantian gue yang nyuapin loe," ucap Lala kemudian.

Seusai makan pizza, mereka berdua menikmati coffee milk disaat hujan deras yang mengguyur kota Jakarta.

"La gimana udah mendingan?," tanya Revan pelan.

"Udah Van, badan gue udah lebih baik dari yang tadi," jawab Lala.

"Oh iya, by the way gue ga pernah liat ortu loe sih?," tanya Revan penasaran pada Lala.

"Hmmm…itu gue dibesarin di panti asuhan, dan sampai sekarang gue ga tau asal-usul keluarga gue," jawab Lala sembari tersenyum tipis dan menunduk.

"La gue ga bermaksud…," ucap Revan terpotong ucapan Lala.

"Udahlah Van…wajar klo loe nanya gitu," ucap Lala.

Suasana pun hening, keduanya tak berbicara satu patah kata pun disertai hujan deras di luar sana serta udara yang dingin.

"La sorry, klo gue ngingetin masa lalu loe," ucap Revan, sambil menggeggam tangan Lala erat.

"Never mind Van, not your false," ucap Lala singkat.

"Yahudah La, sekarang gue anter loe pulang…biar motor loe dianter sama sopir pribadi keluarga gue," ajak Revan perlahan.

Dan mereka berdua pun keluar dari café, Revan membuka payung berwarna putih serta keduanya melangkah bersama menggunakan satu payung.

Revan merangkul pinggang Lala, serta Lala mendekap tubuh Revan berjalan menuju parkiran.

Dan masuk ke dalam mobil, seraya menjalankan mobil melaju dengan maksimal menuju kosan Lala.

Setelah mengantar Lala, Revan mengemudi mobilnya menuju rumah mewah miliknya.

avataravatar
Next chapter