5 Revan Visited Lala In Hospital

Pukul 09.00 wib Lala masih tertidur di kasurnya, sementara matahari sudah condong di langit yang biru, burung-burung pun sudah bebertabangan ian kemari.

Akhirnya sorot matahari tertuju pada jendela kosan Lala, ia pun terbangun dari tidurnya.

"Hmmm...jam berapa sih?," tanya Lala, sambil menggeliatkan tangannya ke atas dan melihat ke arah jam dinding.

"Hah...jam sembilan lewat!," ucap Lala histeris.

Ia pun langsung, beranjak dari tempat tidurnya berlari menuju kamar mandi.

Setengah jam berlalu, Lala sudah siap untuk berangkat ke restoran keluar dari kosannya, dan menjalankan motor beatnya meninggalkan kosan.

Di perjalanan motor beat Lala melaju dengan kecepatan yang dasyat, saat ingin berbelok ada kendaraan roda empat dari arah berlawanan.

Lala tidak bisa mengedalikan motornya, karena kecepatan yang sangat tinggi.

Motor beat Lala pun, terhantam oleh kendaraan roda empat begitu pun ia terpental ke tepi jalan dan ia tak sadarkan diri, hingga darah yang cukup banyak keluar dari kepalanya.

Sementara kendaraan roda empat, menabrak pohon besar beberapa orang melihat kejadian itu langsung menghubungi ambulan.

Satu jam berlalu, ambulan sudah datang di tempat kejadian, dan membawa Lala serta pengemudi kendaraan roda empat ke rumah sakit cipto jakarta.

Sementara polisi mencari identitas Lala di KTPnya, dan kartu nama pak Heri, polisi pun menghubungi pak Heri, untuk memberitahukan keadaan Lala saat ini.

"Halo selamat siang pak Heri, kami dari tim kepolisian ingin memberitahukan keadaan saudari Lala saat ini kritis," ucap Polisi panjang lebar pada pak Heri.

"Apa...sekarang Lala di mana pak?," tanya pak Heri khawatir.

"Sekarang, saudari Lala ada di rumah sakit cipto jakarta," ucap Polisi tegas pada pak Heri.

"Terima kasih pak, saya akan segera ke sana," ucap pak Heri sambil mengakhiri obrolannya dengan polisi.

Pak heri pun, menghampiri Nina yang berada di meja utama.

"Nin, kamu ikut saya soalnya Lala habis kecelakaan, dan sekarang dia ada di rumah sakit cipto jakarta," ucap pak Heri pada Nina.

" Lala..., ayo bos sekarang aja kita ke sana," bujuk Nina yang matanya sudah berkaca-kaca.

Mereka pun keluar dari restoran, dan masuk ke mobil mercedes hitam menuju perjalanan ke RS cipto jakarta, dalam perjalanan nina mengambil ponselnya, dan mengetik serta mencari nomor Revan di daftar kontak.

Takkan ada yang pisahkan kita

Sekali pun kau telah tiada

Akan ku pastikan

Ku kan memeluk menciummu di surga

Nada kontak milik Revan bergetar, dan tertera di LCD Nina calling, revan langsung mengangkatnya.

"Halo Van, Lala sekarang di rumah sakit dan keadaannya kritis hik...hik...hik...," ucap Nina sembari menahan isak tangisnya.

"Apa...Lala kritis! Yahudah gue langsung ke sono," ucap Revan sambil mengakhiri obrolaannya dengan Nina.

Revan pun menuju garasi dan masuk ke dalam mobil, mobil mercy cream melesat menuju rumah sakit cipto dengan kecepatan maksimal.

Mobil pun sampai di area rumah sakit cipto, dengan cepat Revan menuju administrasi rumah sakit.

"Sus pasien kecelakaan beberapa jam lalu bernama Lala di ruang berapa?," tanya Revan pada suster.

"Oh pasien yang bernama Lala ada di ruang ICU, karena keadaannya saat ini kritis," jawab suster pajang lebar.

"Makasih sus," ucap Revan, sambil berlari menelusuri rumah sakit menuju ruang ICU.

Akhirnya Revan menemukannya, ia melihat di depan ruang ICU ada Nina dan pak Heri yang kelihatan khawatir dengan Lala, dan ia menghampiri mereka berdua.

"Nin gimana keadaan Lala?," tanya Revan cemas.

"Gue juga belum tau pasti, soalnya dokter belum keluar dari ruang ICU," jawab Nina pada Revan.

Satu jam berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang ICU, sontak Revan menghampiri dokter disusul Nina dan pak Heri.

"Dok gimana keadaan Lala?," tanya Revan perlahan.

"Keadaannya masih kritis, karena pasien terlalu banyak mengeluarkan darah, jadi kondisinya sangat lemah," jawab dokter Andi sembari menjelaskan keadaan Lala saat ini.

"Golongan darah Lala apa dok?," sambung Revan kembali.

"Golongan darah pasien AB," jawab dokter singkat.

"Kebetulan golongan darah saya AB dok, dan saya mau donorin darah saya demi Lala," ucap  Revan yakin.

"Baiklah ikut saya ke ruang tranfusi darah," ucap dokter Andi pada Revan.

Ia bersama dokter pergi, untuk mengambil darah Revan untuk ditransfusi darah ke Lala.

Setengah jam berlalu, Revan sudah kembali ke depan ruang ICU lagi. sementara dokter andi masuk ke ruang ICU, sembari membawa sekantung darah Revan untuk lala.

Satu jam kemudian, dokter keluar dengan wajah bahagia.

"Saudara Revan, pasien sudah melewati masa kritisnya, tetapi pasien belum siuman," ucap dokter Andi pada Revan.

"Dok kita boleh masuk ga?," tanya pak Heri pelan.

"Oh...boleh silahkan, tetapi jangan mengganggu istirahat pasien," ucap dokter sambil meninggalkan mereka bertiga.

Ketiganya pun masuk ke ruang ICU, dan mereka hanya bisa melihat Lala yang terlihat pucat dan lemah.

Kemudian Revan duduk di samping Lala, sambil memegang tangannya erat.

"La loe harus sembuh, dan loe harus sehat," ucap Revan, sambil menatap Lala yang terbujur lemah dan belum siuman.

Sementara Nina hanya bisa menahan isak tangisnya, melihat sohib dekatnya sedang sakit dan lemah.

Tak disadari Lala membuka matanya perlahan, dan tersenyum pada Revan, Nina dan pak Heri.

"Van...loe ga usah khawatir, gue bae-bae aja," ucap Lala yang masih lemah pada Revan.

Dan Revan hanya, tersenyum mendengar perkataan Lala.

"La loe udah sadar, syukurlah...," ucap Revan, sambil mengusap rambut ikal Lala.

"La pokoknya loe harus sembuh, klo perlu gue jenguk tiap hari deh," sambung Nina bersemangat.

"Makasih yah Nin, loe sobat gue yang paling care ma gue," ucap Lala pelan.

"Sebaiknya kita pulang dulu La, karena udah tengah malem," pamit pak Heri pada Lala.

Sementara Lala hanya, mengangguk pelan pada pak Heri.

"Udah pak Heri sama Nina pulang duluan, biar Revan jaga Lala di sini," ucap Revan singkat pada pak Heri.

"Baiklah klo gitu, saya dan Nina pamit pulang dulu yah," sambung pak Heri dan Nina, sembari keluar dari ruang ICU.

Tak terasa, Revan tertidur di samping Lala.

"Van gue ngerasa, loe tuh care banget sama gue, tapi...apa gue pantes seorang waiters falling in love sama orang tajir kayak loe," ucap Lala dalam hati.

Dan Lala pun memejamkan matanya, serta tertidur dengan lelap ditemani Revan.

avataravatar
Next chapter