13 Revan Leave Lala for One Year

Setelah beberapa bulan, Revan bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, perkembangan perusahaan begitu pesat karena Revan begitu professional dalam menyampaikan presentasinya pada client atau perusahaan lain, yang bekerja sama dengan perusahaan Revan.

Revan sedang ada, di ruang direktur dengan sohib gokilnya Ari.

"Ri, gue cape banget akhir-akhir ini, ngegantiin bokap gue di perusahaan ini," keluh Revan pada Ari.

"Gue juga ngerasain hal yang sama, masuk perusahaan bokap gue dan menangin proyek besar dengan perusahaan lain," sambung Ari panjang lebar.

"Oh iya, by the way gimana hubungan loe sama Nina?," tanya Revan.

"Yah...akur-akur aja," jawab Ari santai.

"Loe sendiri gimana? Terus loe serius sama Lala?," tanya balik Ari penasaran.

"Hubungan gue bae-bae aja, gue juga serius sama dia malah gue berharep sampe merried," jawab Revan mantap.

"Ternyata cinta loe begitu besar yah sama Lala, gue salut bro...punya sahabat yang gentleman kayak loe," puji Ari dan Revan hanya menampakkan senyum pada sohibnya.

Mereka pun keluar ruangan melangkah, menuju lift dan menuju lantai utama perusahaan serta keluar dari kantornya untuk makan siang dengan Ari sohibnya.

Mobil mercy cream Revan dan BMW support Ari pun, meninggalkan perusahaan menuju restoran indah.

Satu jam berlalu, dua mobil mewah itu pun sudah terparkir di area restoran indah.

Kedua cowok cool itu pun, turun dari mobilnya bersamaan dan memasuki restoran, mereka berdua mengambil meja yang paling tengah, Ari menjentikkan jarinya ke atas untuk memanggil pelayan.

"Waiters," ucapnya dari meja paling tengah.

Dua waiters cewek pun, menghampiri meja mereka sambil tersenyum pada kedua cowok cool itu, dua gadis itu tak lain Lala dan Nina.

"Mau pesan apa?," tanya mereka berbarengan.

"Kita mau pesen nasi gorenga spesial," jawab kedua cowok itu sambil tertawa kecil.

"Bentar yah...kita ke belakang dulu," ucap kedua gadis itu, sembari melangkah pergi meninggalkan meja tengah.

Lima menit kemudian, dua gadis itu membawa empat nasi goreng dan empat lemon tea di tangannya mengampiri meja tengah, dan duduk berhadapan dengan kedua cowok cool itu.

"Kalian mau ngapain?," tanya Ari heran.

"Mau makan siang bareng kalian...," teriak Lala dan Nina.

Dan keempatnya pun, tertawa bersama dengan lelucon yang mereka buat sendiri.

"Ehem...ehem...kayak, bentar lagi ada yang merried deh," ucap Nina jail.

Seketika wajah Revan dan Lala pun, seperti tomat yang baru matang karena malu pada kedua sahabatnya.

"Udah...ga usah dipikirin, mendingan kita santap hidangan yang ada depan mata," ucap Ari sambil memandangi nasi goreng spesial di meja.

"Akh...Ri kamu nafsu banget sih," ucap Nina, sambil menyuntulkan kepala Ari ke samping.

Revan dan Lala hanya tertawa, melihat tingkah laku kedua sohibnya itu, seusai makan siang Revan dan Ari meninggalkan restoran indah untuk kembali ke perusahaan mereka masing-masing.

Sementara Lala dan Nina, melanjutkan kembali pekerjaan mereka sebagai waiters di restoran indah.

Gemerlap bintang berkilauan di langit, yang hitam serta bulan sabit yang senantiasa menemani dan hembusan angin yang lembut menyejukkan malam yang memukau.

Revan sedang terbaring di kamarnya, sembari melihat hiburan di salah satu cenel tivi.

"Hah...cape banget gue hari ini," keluh Revan pelan.

Takkan ada yang pisahkan kita

Sekalipun kau telah tiada

Akan ku pastikan ku kan memeluk

Menciummu di surge

Tiba-tiba nada kontak milik Revan bergetar, ia pun bergegas mengambilnya dan langsung tertuju ke layar LCD ponselnya tertera Pap calling.

Revan pun segera, menekan tombol hijau tanda menerima panggilan itu.

"Halo Pah, ada apa?," tanya Revan singkat.

"Halo Van, gimana kabar kamu?," tanya Papah balik.

"Bae Pah, Papah nelpon Revan ada perlu apa?," tanya Revan kemudian.

"Van, kamu siap ga buat ngegantiin Papah di sini selama setahun?," tanya Papah ragu.

"E...Revan siap aja, tapi...apa ga terlalu cepat Pah," ucap Revan heran atas apa yang didengarnya.

"Memang terlalu cepat Van, tapi Papah rasa ini saat yang tepat untuk kamu menggantikan Papah di amrik, dan selain itu Papah sering dapat laporan dari kaki tangan Papah, katanya kamu memprentasikan proyek sangat professional pada client, dan kemajuan perusahaan sangat pesat dengan adanya kamu di sana," ucap Papah panjang lebar.

"Oke, Revan mau gantiin posisi Papah di amrik," ucap Revan singkat.

"Of course Van, Papah bangga padamu nak...salam buat Lala dan semuanya," ucap Papah, sambil mengakhiri obrolannya dengan putra tunggalnya.

Revan pun meletakkan kembali ponselnya, dengan malas dan mengambrukkan dirinya ke kasur putihnya.

"La, gue terpaksa harus ninggalin loe...dalam jangka waktu yang lama," gumam Revan pelan.

"Tok...tok...tok...den Revan," suara pintu diketuk bi Marni dari luar.

"Masuk aja Bi, pintunya ga dikunci kok," ucap Revan, dan bi Marni pun masuk dengan membawa nasi goreng serta jus jeruk hanya menghampiri Revan yang ada di kasur.

"Nih den, silahkan dinikmati," ucap bi Marni sambil menyodorkan hidangan pada Revan, dan berlalu pergi meninggalkan kamar Revan yang megah.

Revan pun memanggil bi Marni, seketika itu bi Marni menoleh ke belakang.

"Ada apa lagi Den?," tanyanya heran pada Revan.

"Tolong bilangin pak Bejo, urus paspor saya buat pergi ke amrik besok yah Bi," jawab Revan.

Dan bi Marni hanya mengagguk pelan, seraya menutup pintu kamar Revan dari luar serta turun dari lantai dua untuk menemui pak Bejo, menyampaikan apa yang diminta Revan.

Sementara Revan menyantap makan malamnya, di kamar dengan lahap hingga tak tersisa, usai makan Revan melangkah menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Revan kembali menuju ke kasur dan mulai memejamkan mata seraya tertidur lelap di kasurnya.

Minggu pagi yang cerah, dengan sorotan sinar ultraviolet dan burung-burung yang bernyanyi menghiasi pagi yang ceria.

Revan sudah selesai, mengemasi barang-barangnya ke dalam koper besar dan setelah itu ia melangkah menuju kamar mandi untuk mandi, sementara pak Bejo sedang mencuci mobil di halaman rumah sambil bersiul ceria.

Sesampainya di Airport Revan bergegas mencari sosok yang sangat pentinf baginya, di kejauhan Lala sudah menyunggingkan senyumannya pada Revan lalu perlahan menghampirinya.

"Pasti kamu nyariin aku kan..." ucap Lala dengan mata yang menyipit

"Siapa bilang, orang aku lagi nyari si Ari ye..." sahut Revan yang mengalihkan pandangannya dari Lala

"Yahudah deh aku pulang aja...klw gitu mah," ujar Lala yang hendak pergi meninggalkan Revan

"Ikh...gitu aja ngambek, becanda kali La," ucap Revan sembari menaril tangan Lala seraya memeluknya

"Habis kamu nyebelin, aku sedih mau ditinggal kamu," sambung Lala dengan nada sedih yang tak bisa ditutupi

"Hmmm...kita dikacangin yah, jadi nyamuk nih liat orang mesra-mesraan" sindir Ari sementara Nina hanya tertawa kecil

"Sirik aja loe...kan loe bisa mesra-mesraan juga sama si Nina pacar loe," sahut Revan sembari menyikut tangan Ari

"Tapi ga di tempat umum juga kali...malu inget bukan anak ABG lagi Van," sambung Ari nyinyir

"Udah ikh...kok malah ribut sih kan kita mau salam perpisahan sama Revan," ucap Nina melerai keduanya

"Owh iya La, aku mau kamu kuliah selama satu tahun kedepan yah...selama aku di Amerika," pinta Revan tiba-tiba

"Tapi kan aku kerja di Restoran full time dan itu tiap hari lagi Van, gimana bagi waktunya?" Ujar Lala bingung

"Kamu Resign aja dari Restoran, aku udah nyiapin toko bunga buat kamu kelola kok," sambung Revan kemudian

"Toko bunga? Punya siapa Van? Kamu nyewain buat aku?" Tanya Lala penasaran

"Punya Mamah aku dong, kebetulan ga ada yang ngurus usaha Mamah aku itu...jadi daripada ditutup mending kamu yang kelola kan," ucap Revan bersemangat

"Yahudah deh kalo itu mau kamu, aku ikut aja daripada kamu marah nanti sama aku," ucap Lala pasrah

"Nah gitu dong...itu baru calon istri dan mantu idaman buat aku sama Mamah," ucap Revan yang tertawa geli sendiri mendengar ucapannya barusan pada Lala

"Akh...kamu bisa aja deh, jadi malu" ucap Lala sembari menunduk karena pipinya sudah merah merona

"Owh iya satu lagi, yang harus kamu inget baik-baik yah...kamu ga boleh lirik-lirik cowok lain selama aku di Amerika dan...kita harus sering video call oke," ucap Revan panjang Lebar

"Oke siapa takut, lagian aku kan tipe cewek setia...eits tapi jangan lupa juga kalo kamu ga boleh genit sama cewek bule di sana," ucap Lala sedikit mengancam

"Tenang aja La...aku sukanya cewek lokal kok kayak kamu gini," ucap Revan sembari mencubit hidung Lala

"Oke kalo gitu, aku pegang janji kamu," ucap Lala mantap

"Den pesawatnya bentar lagi mau berangkat," ucap pak Bejo tiba-tiba

"Yahudah aku berangkat yah La, Ar, Nin," pamit Revan pada ketiganya

"Hati-hati di jalan Van...kalo udah nyampe kabarin kita-kita," ucap Ari kemudian

"Sip Bro, owh iya La aku juga pegang janji kamu sama aku yah,"  ucap Revan seraya mencium kening Lala dan mengusap rambutnya pelan

"Dah Revan...miss u so much," gumam Lala pelan sambil melambaikan tangan untuk yang terakhir kalinya pada Revan

Revan pun berlalu pergi sembari membawa koper memasuki gerbang utama menuju pesawat yang akan membawanya menuju Amerika.

avataravatar
Next chapter