20 Nina and Her Veil

Setelah beberapa bulan menjalani aktivitas barunya mengikuti kajian islam di kampus sahabatnya, Nina pun mengambil keputusan besar yaitu mengenakan tudung islam sebagai ciri dari wanita muslimah.

"Bismillahirohmanirrohim," ucap Nina saat pertama kali mengenakan hijab di depan cermin

Nina bergegas pergi menuju restoran indah tempatnya bekerja.

"Pagi pak Heri," sapa Nina

"Nina? Wah bikin pangling saya kamu...saya aja sampe ga ngeh itu kamu," ucap Heri 

"Wajar kok Pak kalo kaget liat penampilan baru saya," ucap Nina tersenyum

"Saya suka kok perubahan kamu ini," puji Pak Heri

"Tapi saya kesini mau resign Pak soalnya kan saya pake hijab, sedangkan jadi waiters disini harus pake baju yang serba minim," ucap Nina panjang lebar

"Ga harus kok Nin...kamu kan karyawan lama yang sudah saya percaya, jadi mau kamu berubah kayak apa juga saya akan tetap mempertahankan kamu di sini," ucap Pak Heri menerangkan

"Kalo gitu saya masih boleh kerja di sini Pak?" Tanya Nina 

"Iya Nin malah saya mau angkat kamu sebagai manager restoran ini karna saya mau urus cabang restoran kita yang ada di kota lain," ucap Pak Heri 

"Yang bener Pak? Alhamdulillah ya Allah baru pertama niat jadi orang yang lebih baik dari pake hijab, eh...dapet rezeki tak terduga lewat Pak Heri," gumam Nina sembari mengucap syukur pada sang khalik

"Iya Nin saya dukung kamu seratus persen buat ngelola restoran ini," ucap Pak Heri 

"Yah...tapi saya ga bisa ketemu Bapak lagi dong di sini," keluh Nina 

"Tenang aja Nin, nanti saya sering-sering maen ke sini kalo ada waktu buat pantau restoran juga," ucap Pak Heri

"Alhamdulillah kalo gitu mah, saya ikut seneng dengernya...oh iya pak sekali lagi makasih banyak Pak," ucap Nina

"Iya sama-sama kamu pantas kok nerima itu semua, lagian karna kesetiaan kamu sama restoran ini juga," ucap Pak Heri 

"Abis saya betah di sini Pak soalnya dapet bos kayak Bapak yang baik...banget terus juga di sini banyak kenangan saya Pak," ucap Nina

"Ah kamu bisa aja, padahal sering saya omelin kalo telat ke resto," ucap Pak Heri

"Justru itu Pak...yang bikin saya disiplin sama waktu," ucap Nina

"Kenangan sama siapa tuh?" Tanya Pak Heri penasaran 

"Banyak Pak hehehe," ucap Nina sambil nyengir kuda

"Paham saya...pasti sama Ari kan," ledek Pak Heri

"Ikh...Bapak tau aja sih, jangan-jangan Pak Heri punya indra keenam yah," ucap Nina asal 

"Gimana saya ga tau Nin, orang tiap hari si Ari ke resto mulu nemuin kamu," ucap Pak Heri 

"Wow...diem-diem Bapak merhatiin saya sama Ari yah," ucap Nina

"Iya dong...kan kamu karyawan saya," ucap Pak Heri 

"Jadi terharu deh...yahudah Pak saya lanjut kerja dulu," pamit Nina 

"Yang rajin yah kerjanya...kan udah diangkat jadi manager baru," ucap Pak Heri saat Nina pamit 

"Siap delapan enam komandan," ucap Nina tegas ala polisi

"Hahahaha kamu bisa aja Nin," ucap Pak Heri 

"Udah dong Pak...jangan ajakkin saya ngobrol ntar ga kerja-kerja nih," keluh Nina 

"Yahudah sono ga enak juga sama junior kamu," ucap Pak Heri yang mengusir Nina secara halus

Nina pun pergi ke dapur untuk mulai bekerja sebagai waiters melayani pengunjung yang datang untuk makan di restoran indah.

Lala dan Revan pun tiba-tiba datang ke restoran indah, lalu memesan beberapa menu favorit mereka dulu.

"Ada yang bisa saya bantu mbak,masnya?," tanya Nina

"Saya pesan menu biasa kesukaan saya mbak," ucap Revan setelah melihat daftar menu 

"Revan sama Lala yah," ucap Nina

"Kok tau sih mbak pelayannya?," tanya Lala bingung

"Ini gw Nina La...sahabat lu," ucap Nina

"Ya ampun...sorry gw ga ngenalin lu nih," ucap Revan 

"Jadi ceritanya ada yang hijrah nih kayak gw," sindir Lala

"Boleh dong...selama itu membawa dampak positif buat kita kan," ucap Nina 

"Bercanda Nin...gw seneng kok lu kayak gini," ucap Lala

"Btw si Ari udah tau belum?," tanya Revan 

"Belum sih...niatnya mau ketemuan abis pulang kerja," jawab Nina

"Sekarang aja gimana? Sekalian makan bareng sama kita rame-rame," usul Revan 

"Yahudah gw telpon dulu deh si Ari," ucap Nina seraya mengeluarkan ponsel

"Halo Nin, ada apa telpon aku?," tanya Ari 

"Kamu bisa ke resto ga buat makan siang?," tanya Nina

"Bisa sih...kebetulan kerjaan aku juga udah selesai," jawab Ari sembari menutup laptopnya 

"Yahudah cepetan ke sini, ada Lala sama Revan juga," ucap Nina 

"Oke aku jalan sekarang, assalamualaikum," ucap Ari seraya menutup sambungan telponnya

"Waalaikumsalam," jawab Nina 

"Gimana Nin bisa si Ari ke sini?," tanya Lala 

"Bisa katanya tinggal nunggu aja, lagi otw ke sini," jawab Nina

"Alhamdulillah ada temennya," gumam Revan 

"Yahudah gw ke belakang dulu buat pesenan kalian, sekalian buat Ari sama gw juga," ucap Nina lalu melangkah ke arah dapur

"Wah...pahala kamu banyak tuh bikin orang berubah," ucap Revan

"Wawllahualam Van...yang penting niat aku cuma ngajakin kalian buat jadi orang yang lebih baik," ucap Lala 

"Subhanallah aku makin sayang deh sama kamu," ucap Revan

"Kalo sayang cepet dong dihalalin," ucap Lala 

"Kamu udah ga sabar yah jadi istri aku," ucap Revan 

"Aku cuma ga mau banyak dosa Van," ucap Lala 

"Tenang La aku bakal tepatin janji aku kok tapi nunggu Mamah sama Papah pulang dulu," ucap Revan 

Ari pun sampai di restoran, mengahmpiri meja yang di duduki kedua sahabatnya 

"Woi bro udah lama nunggu," sapa Ari 

"Ga juga sih baru malah," ucap Revan 

"Btw Nina mana?," tanya Ari sembari duduk

"Ada di belakang lagi buatin pesenan buat kita-kita," jawab Lala

Seorang wanita berhijab datang, meletakkan satu persatu piring berisi makanan di meja.

"Makasih mbak," ucap Ari sembari menoleh 

"Ri lu ga ngenalin Nina?," tanya Revan 

"Hah...Nina aku kira siapa," ucap Ari kaget 

"Ikh...sebel sama kamu, calon istri sendiri ga ngenalin," Nina merajuk

"Yah maaf...kan aku pangling liat kamu pake hijab," ucap Ari 

"Terus gimana pendapat kamu?," tanya Nina penasaran

"Yah...adem aja gitu liatnya beda," jawab Ari 

"Berarti kamu suka aku pake hijab," gumam Nina 

"Harus dong...masa calon istri mau jadi wanita sholehah dilarang," ucap Ari 

"Kita kayak kacang yah dianggurin," sindir Revan 

"Aku juga kayak makanan dilalerin," sambung Lala 

"Eh iya sorry lupa kalo ada kalian berdua," ucap Nina 

"Yahudah ayo pada makan jangan didiemin aja," ajak Ari 

"Asyik dibayarin sama bos Ari nih," celetuk Revan 

"Tenang...hari ini gw yang teraktir," ucap Ari

Mereka pun menyantap makan siang dengan khusu dan hidmat, awal yang baik untuk hubungan mereka selanjutnya.

avataravatar
Next chapter